"4"

594 70 10
                                    

Nomer yang anda tuju tidak aktif.....

"Sial....". Sasuke mendesis, membanting asal handphonenya, matanya menelisik jalanan yang ramai, suasana hatinya buruk dan bertambah buruk karena ia terjebak macet.

"Apa ada sesuatu, sasuke?". Pria yang menyetir di depan bertanya, seraya melihat wajah gusar pria di belakangnya.

"Ini tak ada hubungannya denganmu".

"Ahh....". Mendengarnya si supir hanya mengangguk setuju, "aku tau jika ini ada hubungannya dengan hinata, kau pergi bersama sakura bahkan disaat kalian berlibur, bukankah kau sangat bodoh".

Tak menanggapi ocehan sai, sasuke hanya mendecih, ia tak suka ada orang lain yang mencampuri urusan pribadinya.

"Bisakah kau diam...".

"Aku akan diam seandainya kau tidak melanggar janjimu, bagiku, hinata adalah segalanya, jika tau kau akan menyakitinya, aku tidak akan mengizinkanmu mengencani gadis yang kusuka".

"Sai....". Sasuke menatap tak suka pada pria di depannya, bagaimanapun juga pria itu hanya bawahannya, bisa-bisanya dia menasehatinya, terlepas dari status keluarga mereka sebagai sepupu, bawahan tetaplah bawahan.

"Jika kau berani merebutnya dariku, akan kuhancurkan dirimu, karirmu, bahkan keluargamu".

Sai tersenyum palsu mendengar ancaman sepupunya, itu tak membuatnya takut sama sekali, "jika kau bicara seperti itu, aku semakin yakin merebut hal yang memang seharusnya milikku".

"Dia milikku".

"Ya sebentar lagi dia akan meninggalkanmu".

Sasuke terdiam, setelah membaca pesan singkat hinata, ia tau bahwa kesalahannya kali ini memang tak bisa dimaafkan, sai benar, mungkinkah hinata akan meninggalkannya?.

Tidak.....

Selama ini, hinata adalah miliknya, dan selamanya akan menjadi miliknya, hinata tak boleh meninggalkannya, apapun yang terjadi.

...

....

Hinata memegang kepalanya yang sedikit pusing, sepertinya ia banyak minum, "kau mabuk, ayo pulanglah".

Hinata menggeleng, "tidak, segelas lagi saja ino, aku belum mabuk".

Ckck... Ino berdecak, hinata memang selalu keras kepala.

Apa bagusnya sasuke sampai hinata seperti ini karena pria bajingan itu.

Melihat hinata yang sudah terlihat sangat mabuk mau tak mau hinata memaksanya untuk pulang, dia menyeret gadis itu meski hinata melawan.

Sampai di depan club, sebuah mobil berhenti dihadapannya, pria itu membuka kaca mobilnya, "hinata, ada apa dengannya".

Ino yang sempat terpana pada pria di mobil itu pun berdehem, "dia mabuk, dan aku kewalahan membawanya pulang, tunggu, kau mengenalnya?".

"Ya...aku sai, sepupu sasuke, aku akan mengantarnya pulang, masuklah".

Ah...ternyata sepupu sasuke, pantas wajahnya mirib, inopun mengiyakan dan membawa hinata masuk ke dalam mobil.

...

"Terimakasih sudah mengantar kami". Ino mengucapkan itu sebelum masuk ke apartemen hinata, sai sepertinya pria baik, sangat berbeda dengan sasuke yang brengsek.

Sai pun mengangguk dan masuk ke mobilnya setelah memastikan hinata dan ino masuk ke dalam.

....


"Huh....dia masih tidur". Ino bergumam saat melihat hinata yang masih tidur begitu pulas, ia pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, kemarin malam ia sangat lelah jadi langsung tidur begitu saja.

Saat hendak menggosok gigi, ino tak sengaja melihat benda pipih yang diletakkan begitu saja, di atas wastafel.

Matanya membelalak melihat dua garis merah menghiasi benda itu, "hinata". Gumamnya tak percaya.

....

"Kau tidak bisa egois seperti itu hinata".

"Memangnya kenapa?, aku akan menggugurkannya". Katanya tak peduli, ayah di dalam perutnya saja tak peduli, kenapa ia harus peduli.

"Bayi itu tak bersalah, bukankah lebih baik menggunakan bayi itu untuk membalas dendam pada sasuke".

Ckck...

Sepertinya kepala ino yang bermasalah, bukankah lebih berdosa jika melakukan hal itu.

"Aku yakin sasuke akan bertanggung jawab". Ino kembali bersuara, ia tak bisa bayangkan bagaimana kehidupan hinata jika benar melakukan hal keji seperti itu.

"Kami sudah putus". Satu kalimat itu membuat ino terdiam, "putus?". Gumamnya tak percaya, "tapi kenapa?, bukankah kau sangat mencintainya?". Ino tak percaya, jelas-jelas hinata tak pernah menceritakan perihal putusnya hubungan mereka, kemarin ino berpikir mereka hanya bertengkar biasa.

"Putus ya putus, aku tidak mau bertemu lagi dengan pria seperti itu, dia jahat". Kata hinata dengan pandangan kosong, tangan kanannya mengelus perut yang masih rata, ada kepedihan yang tak bisa ia ungkapkan.

Selama berpacaran, sasuke memang sering menginap di apartemen hinata, hinata ingat sebulan yang lalu pria itu datang dalam keadaan mabuk dan basah kuyup, tanpa basa basi langsung memperkosanya, yah..meski hinata juga menikmatinya, ia menginginkan sasuke lebih dari apapun pada saat itu.

Tapi jika tau pada akhirnya akan seperti ini, ingin rasanya hinata memutar waktu.

"Ino jangan bilang apapun pada sasuke, aku akan segera meninggalkan jepang". Gumamnya penuh keyakinan.

"Tapi kenapa?".

"Kau ingin aku mempertahankan anak ini kan?".

Ino pun mengangguk, ia tak mengerti kemana arah pembicaraan hinata.

"Uchiha tak akan tinggal diam jika tau aku hamil keturunannya, aku akan pergi dan tidak pernah kembali lagi".

"Tapi setauku sasuke anak tunggal, mereka akan senang jika kau hamil".

"Tidak....., hyuga dan uchiha tidak akan pernah bersatu, jadi ino, bantu aku merahasiakannya".


....


Cut...

Cut...

Cut....




Sad ending kalik ua

Sad ending kalik ua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You And Me (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang