Hinata baru akan menarik kopernya sebelum seseorang menghentikannya.
Pria itu menatapnya dengan penuh harap, tersimpan kerinduan disana, tapi hinata bukan hinata yang dulu, hatinya kosong dan berharap pria itu segera enyah dari hadapannya.
"Aku minta maaf hinata, haruskah kau pergi seperti ini?".
"Apalagi sasuke, kita sudah putus".
"Memangnya aku mengiyakan?".
"Aku tidak peduli".
Hinata ingin menarik kopernya lagi tapi sasuke kembali menahannya.
"Kumohon, dengarkan penjelasanku dulu".
"Sasuke sepertinya kau salah paham". Hinata menyunggingkan senyum meremehkan, ia menatap tak suka pada pria di depannya, "ada dua hal yang kubenci di dunia ini, pertama, orang yang selingkuh, dan kedua....."-- Hinata berjalan selangkah hingga kini berada tepat di depan pria itu, "....--orang yang tak mau mengakui kesalahannya".
"Hinata aku...".
"Itu terserah padamu, kau selingkuh atau tidak, aku tidak peduli lagi, hubungan kita sudah berakhir".
Mendengar hinata yang keras kepala, sasuke mengepalkan tangannya, ia menggenggam pergelangan tangan hinata dan menatap penuh permohonan pada wanita itu, entah dimulai sejak kapan, sasuke merasa tak bisa hidup tanpa hinata disisinya.
"Kau ingin pergi bahkan tanpa memberitahuku kebenarannya?".
"Maksudmu?"..
"Kau mengandung anakku, kenapa kau menyembunyikannya dariku?".
Hinata terdiam, "kau tau darimana?". Satu kesalahan hinata karena percaya pada sahabat embernya, ino pasti yang memberitahu sasuke soal ini, dasar tidak bisa dipercaya.
"Tidak peduli ini benihmu atau bukan, tapi sekarang hanya akan menjadi milikku". Kata hinata cuek sambil mengayunkan tangannya agar lepas dari cengkraman sasuke.
"Kau suka atau tidak, aku akan bertanggung jawab, bagaimanapun juga dia adalah pewarisku".
Tch...
Hinata berdecih, dasar pria licik, berani-beraninya dia mengatasnamakan anaknya sebagai pewaris uchiha, siapa yang mengijinkan?.
"Aku tidak mau".
"Aku akan tetap menikahimu".
Dia apa-apaan?...
Setelah mengatakan itu, hinata benar-benar diseret ke sebuah pernikahan mewah yang bahkan hinata tidak tau kapan pria itu menyiapkannya.
Gaun ini, lebih mewah dari yang hinata bayangkan, sasuke benar-benar pria bajingan, hinata sudah bilang tidak mau menikah, semua karena ino.
Ngomong-ngomong dimana wanita rubah itu?, dia harus diberi pelajaran.
"Hinata".
Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya seseorang yang mengaku sahabatnya tapi mengkhianatinya kini muncul.
"Ya ampun, kau cantik sekali, suatu hari nanti aku juga mau gaun yang seperti ini".
"Kau masih bisa bicara seperti itu setelah apa yang kau lakukan?".
"Aku?... Ino menunjuk dirinya sendiri, ...-memangnya apa yang kulakukan?".
Hinata mendecih kesal, "kau harus membantuku sekarang".
"Membantumu?".
"Cepat potong gaun sialan ini, aku benar-benar tidak mau menikah dengan pria bajingan itu".
"Apa, hinata kau gila?".
"Justru karena aku waras, mana mau aku menikah dengan pria yang mencintai wanita lain, sudah cepat lakukan saja".
Ino gelagapan, hinata benar-benar nekad, "tapi hinata, ak-".
"Kalau kau tidak mau membantuku, aku akan memusuhimu seumur hidupku".
"Eh jangan". Ino menggigit bibir bawahnya, hinata adalah sahabatnya sedari kecil, kehilangannya sama saja dengan kehilangan orang yang dicintai, mau tak mau ino mengambil gunting di ruangan itu dan mulai memotong gaun pernikahan itu, sayang sekai padahal gaun itu sangatlah mewah, dan sudah pasti harganya fantastis.
"Ino, kali ini kau harus benar-benar membantuku, aku tidak mau menikah dengannya, aku bisa mati jika terus menjadi boneka sialannya".
"Hinata kau yakin soal ini?".
Hinata mengangguk pasti, "kau alihkanlah para penjaga, aku akan kabur lewat pintu belakang".
"Tapi...".
"Tidak ada waktu, cepat lakukan".
Hinata mendesis, ia melihat sekeliling, ia harus kabur sekarang juga, masadepannya dipertaruhkan sekarang, "sasuke maaf, tapi kali ini aku benar-benar sudah muak denganmu....".