Banyak yang berfikir bahwa dunia luar itu menakutkan. Bahkan ada juga yang berfikir bahwa dunia luar itu menarik untuk dijelajahi. Salah satunya adalah Kilara Atheina.
Gadis remaja yang dikurung selama belasan tahun di dalam rumah, tanpa adanya tema...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kobaran api perlahan melahap bangunan berusia puluhan tahun itu, seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun dengan mengenakan baju berwarna hijaunya menangis histeris ketika kakinya tertimpa kayu yang jatuh dari atap. "Bundaa!" Panggilnya menjerit. Perlahan dadanya diserang dengan rasa sesak yang luar biasa. Ia kesulitan bernafas.
"Ega!" Panggil wanita paruh baya kepada putranya. Regano yang mendengar panggilan ibunya berusaha membuka mata, ia terbatuk karena asap yang ditimbulkan oleh kobaran api ini. "Bunda... Ega di sini, tolongin Ega... Ega takut," Regano kecil bergumam ketakutan. Bunda dari Regano kecil bersusah payah memindahkan kayu yang menimpa kaki putra semata wayangnya. "Sabar ya Nak... Sebentar," ujar Ibu Regano pada Regano kecil.
Brukk!
Kayu berhasil dipindahkan, Regano kecil meringis, ia menangis. "Bunda- ini... Sakit!" Ringisnya dengan memegangi kaki bagian tulang kering. Ibu Regano dengan cepat merobek bajunya sehingga menjadi balutan kain, ia melilitkan kain tersebut di lengan Regano kecil yang mengeluarkan darah segar, kemudian Ibu Regano menggendong Regano kecil ala koala. "Tutup matanya sayang... Peluk Bunda erat-erat ya? Ega anak yang baik kan? Nurut ya ..." Perintah Ibu Regano kecil saat itu.
Regano kecil berdasarkan sifatnya yang penurut, ia menuruti perkataan Ibunya, memejamkan mata erat-erat, dan memeluk Ibunya dengan erat. Ibu Regano kecil mengusap peluh yang menetes di dahi anaknya, perlahan ia menyunggingkan senyumnya dari bibirnya yang tipis.
Ia tahu, mungkin jika ia lebih memilih untuk menyelamatkan nyawa malaikat kecil ini, kemungkinan besar nyawanya tidak akan selamat. Ibu Regano berlari ke arah kamar mandi, ia mengambil handuk dan membasahinya dengan air, kemudian ia membalutkan handuk tersebut di tubuh Regano kecil dan wajahnya, hanya menyisakan mata untuk melihat jalan di depan.
"Tuhan... Bila ini saatnya Engkau mengambil kembali nyawa yang Engkau titipkan di raga ini, maka ambillah. Akan tetapi... Tolong berilah putraku keselamatan, aku ingin melihatnya selamat dari bencana ini. Setelah itu, aku bisa pergi dengan tenang ..." Mohon Ibu Regano dengan membatin. Sudah cukup berdiam dirinya, ini saatnya ia mengeluarkan malaikat kecilnya dari kobaran api ini.
Ibu Regano dengan penuh keberanian melangkahkan kakinya menuju keluar rumah, langkah demi langkah ia lewati dengan penuh hati-hati, ia takut jika langkahnya salah, maka ia akan membahayakan nyawa putranya. "Argh!" Pekik ibu Regano saat punggungnya tertimpa kayu kecil. Punggungnya mendapati luka bakar karena hanya dilapisi oleh kain tipis dari baju yang ia kenakan.