2. Malam Bersamamu

102 6 0
                                    

2 bulan sebelumnya

***

Rahayu kembali terbangun untuk ketiga kalinya sepanjang malam ini, dan mendapati sisi lain tempat tidur masih kosong yang berarti Dutra belum juga kembali. Dia tidak tahu kapan suaminya akan pulang. Ketika laki-laki itu pergi beberapa jam lalu, keresahan sudah bersemayam sejak itu.

Semestinya dia tidak perlu cemas karena Dutra kerap meninggalkannya di waktu tengah malam seperti ini. Tapi malam ini semua terasa berbeda karena beberapa jam yang lalu mereka baru saja merayakan pesta ulang tahun Rahayu. Dia berharap malam ini menjadi pengecualian, Dutra bisa terus bersama di sisinya hingga pagi menjelang. Ditambah lagi, di usia kehamilannya yang terus membesar, Rahayu begitu sulit mendapatkan ketenangan ketika Dutra tak bersamanya.

Lama dia memandangi ruang kosong itu, sampai kemudian memutuskan bangun. Bobot tubuh yang sudah kian bertambah, membuat Rahayu harus bersusah payah untuk mengangkat tubuhnya sendiri. Dia mendorong tubuhnya ke belakang hingga punggungnya bertemu dengan kepala tempat tidur.

Rahayu masih mengenakan gaun berwarna biru laut yang dipakainya saat pesta tadi, terlalu enggan untuk menggantinya karena gaun itu cukup longgar dan nyaman saat dipakai. Hanya riasan wajah saja yang sempat dia bersihkan sebelum akhirnya merebahkan diri di tempat tidur. Memang bukan pesta mewah, hanya pesta sederhana yang mengundang sedikit tamu, tapi pesta itu cukup menguras tenaganya, padahal selama pesta berlangsung Rahayu lebih banyak duduk dan menikmati acara. Tidak mendampingi ke mana pun Dutra menyapa dan beramah tamah dengan tamu.

Samar, dia mendengar alarm singkat di luar kamar yang menandakan seseorang baru saja memasuki kondominium. Tak lama berselang juga terdengar langkah kaki mendekat. Rahayu yakin itu bukan para penjaga, tapi terlalu enggan mengangkat tubuh untuk mengecek. Tidak sampai sepuluh detik, pintu kamar terbuka, menampakkan laki-laki yang sejak tadi sudah dia tunggu.

Sesaat mereka beradu pandang, sebelum kemudian Rahayu tersenyum kecil. Melihat laki-laki yang malam itu mengenakan pakaian serba hitam, refleks saja keresahannya sedikit berkurang.

"Sudah kubilang jangan menungguku," tegur Dutra sambil menutup pintu kamar.

"Aku sudah tidur, lalu terbangun sampai tiga kali, tapi kamu juga belum kembali."

Lalu Dutra mendekati Rahayu, hendak membantu Rahayu kembali berbaring, tapi Rahayu menolaknya. Saat itulah samar Rahayu menangkap bercak kemerahan di salah satu lengan Dutra yang tidak tertutup lengan kemeja. Rahayu terpaku menatapnya. Keresahan yang mulai mereda kembali hadir, kali ini jauh lebih pekat. Dutra menangkap ekspresi Rahayu.

"Aku baik-baik saja," gumam Dutra.

Dengan tubuh yang diam-diam bergetar, Rahayu mengangguk, mencoba membayangkan kemungkinan lain dari asal muasal bercak kemerahan itu.

"Aku mau mandi dulu," ujar Dutra.

"Aku akan menunggu," Rahayu menjawab.

Dutra tak menyahut, tapi langsung menuju kamar mandi.

Rahayu menatap punggung lebar Dutra, memperhatikan gerak-geriknya tanpa berkedip. Sebelum melepaskan pakaiannya, laki-laki itu mengeluarkan pistol dari balik celananya. Benda itu dia letakkan di meja samping pintu kamar mandi, kemudian langsung menanggalkan kemeja gelapnya. Menatap benda di atas meja itu, Rahayu menahan napas. Benda itu selalu Dutra bawa ke mana-mana. Tidak ada satu detik pun dari waktunya, Dutra melepaskan benda itu dari jangkauannya. Setiap kali melihat benda itu tubuh Rahayu menggigil, padahal dia sudah hidup bersama laki-laki itu hampir dua tahun. Benda itu tetap tidak bisa membuatnya terbiasa.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang