4. Bersembunyi

27 3 0
                                    

"Namanya Haruna Permata, semester empat, tapi gue nggak tahu ada di Fakultas mana. Kemungkinan anak hukum," ujar Adrian sambil menunjukkan foto gadis berambut sebahu.

Wasis menyambut ponselnya dan memperhatikan foto Haruna.

"Itu foto tiga tahun lalu. Mungkin sekarang rambutnya udah pendek," Adrian mengangkat bahu sekilas seraya memindahkan letak tusuk gigi ke bagian kiri mulutnya. "Tadi pagi gue lihat kayak gitu sih."

"Gue belum pernah lihat cewek ini di Fakultas Hukum," ujar Wasis setelah beberapa saat mengamati, lalu mengembalikan ponsel Adrian.

"Kroscek lagi lah. Gue kirim fotonya ke handphone lo."

"Kenapa nggak lo cari sendiri?"

"Kalau cewek itu bener ada di Fakultas Hukum. Udah pasti dia bakalan lebih hati-hati dan waspada karena tahu gue bakal nyari dia lagi ke sana. Tapi kalau dengan bantuan lo, otomatis dia nggak akan ngerasa gue incar karena lo kan anak Hukum jadi bisa leluasa bergerak. Dengan begitu dia akan lebih gampang ditemukan."

Wasis mengangguk-angguk. "Sepadan nggak nih?" tanyanya sambil menyeringai.

Adrian mengeluarkan tusuk gigi dari mulut, lalu melemparkannya ke jalan. "Amanlah." 

Setelah pertemuannya dengan Wasis, Adrian meninggalkan kampus. Hari sudah menjelang sore, tidak ada gunanya tetap mencari Haruna sekarang. Jika memiliki kesempatan, gadis itu pasti sudah pergi dari kampus sejak tadi.

Dia juga tidak akan memberikan sepenuhnya pekerjaan ini kepada Wasis. Tentu dia juga akan mencari di gedung-gedung fakultas lain, sebagai alternatif solusi jika ternyata Haruna tidak ada di Fakultas Hukum.

Yang Adrian tidak habis pikir, berarti selama ini gadis itu sengaja bersembunyi. Menjaga jarak tepatnya, supaya Adrian tidak bisa menemukan dan menjangkau gadis itu. Bisa-bisanya Adrian kecolongan selama dua tahun ini.

Tapi tidak apa-apa, belum terlambat! Sesuai dengan janjinya, kali ini dia tidak akan melepaskan gadis itu. Dengan rencana yang dia punya ini, Adrian hampir punya keyakinan penuh akan menemukan gadis itu.

***

Haruna menatap kedua orangtuanya dengan air mata yang diam-diam mengalir. Hari ini mereka berencana pergi ke taman bermain. Papa baru saja pulang bertugas dari luar kota, karena itu mereka merencanakan untuk pergi jalan-jalan. Tapi mobil yang dikendarai Papa tidak pernah sampai ke tempat itu.

Setelah Mama menerima telepon entah dari siapa, suasana gembira tiba-tiba berubah. Orangtuanya bertengkar dan Papa memutuskan mereka tidak jadi pergi jalan-jalan.

Sebenarnya bukan hal itu yang membuat Haruna sedih. Tapi pertengkaran merekalah penyebabnya. Ini bukan pertama kalinya Haruna melihat orangtuanya bertengkar. Beberapa hari sebelum Papa pergi ke luar kota, mereka juga sempat bertengkar. Haruna tidak tahu penyebabnya, dia takut dan tidak berani bertanya.

"Harus gimana lagi aku jelasin biar kamu percaya, Mas?" Haruna melihat Mama mendesah pasrah sambil menatap Papa.

Papa tidak menjawab, tapi tangannya yang mencengkeram setir dengan begitu kuat membuat Haruna tahu Papa sedang sangat marah. Setelah itu Haruna merasakan mobil melaju kencang. Tubuh Haruna terayun-ayun, refleks dia berpegangan di jok erat-erat. Meskipun kondisi jalan lengang, tetap saja Haruna merasa takut.

Beberapa kali Mama meminta Papa menurunkan kecepatan, tapi permintaan itu tidak sekalipun diindahkan. Haruna semakin takut, dan ketakutannya bukan tanpa alasan karena beberapa saat setelahnya, tiba-tiba Papa kehilangan kontrol pada kemudinya. Mobil meluncur menabrak pembatas jalan, diiringi teriakan yang tumpang tindih dengan suara berdebum keras yang memekakkan. Haruna tidak bisa melihat dengan jelas karena semua hal di sekelilingnya berputar-putar. Beberapa saat kemudian, Haruna menyadari mobillah yang berputar-putar. Dia merasakan kepalanya terantuk berkaki-kali ke badan mobil hingga kemudian debum keras kembali terdengar.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang