3. Menemukanmu

91 10 0
                                    

Sebelum hari ini, Haruna tidak percaya dengan yang namanya hari sial. Menurutnya selalu ada asal musabab suatu hal terjadi, bahkan untuk kejadian yang terburuk sekalipun. Tetapi ketika menyaksikan sepasang mata pekat itu--yang selama kurun waktu yang lama selalu dihindarinya--menemukan dirinya, Haruna langsung berpikir bahwa mungkin saja hari sial itu memang ada.

Haruna masuk ke ruang kelas yang kosong dan bersembunyi di balik meja setelah beberapa waktu berlari untuk menghindar. Dia menjatuhkan tubuhnya yang lelah karena berlari sembari mengatur napasnya yang tidak beraturan. Dia yakin, di luar sana orang itu masih berusaha mengejarnya. Dan dia memejamkan mata berdoa, supaya orang itu tidak menemukannya bersembunyi di sini.

Sambil meringkuk memeluk tasnya, Haruna memasang telinga baik-baik. Entah sudah berapa lama, dia menjaga pendengarannya dan selama kurun waktu itu, dia tidak mendengar suara apa-apa, selain suara napasnya sendiri.

Haruna tiba-tiba teringat sesuatu, cepat-cepat diambilnya ponsel dari dalam tas, lalu menonaktifkan benda itu. Saat melihat layar ponselnya berubah menjadi gelap total, barulah Haruna menyandarkan kepalanya di sisi meja sembari mengembuskan napas panjang.

Jujur saja, dia belum merasa lega. Dia juga tidak tahu kenapa bisa merasa setakut ini. Padahal orang yang dihindarinya bukanlah binatang buas yang akan menelannya hidup-hidup. Orang itu hanya manusia biasa, sama seperti mahasiswa-mahasiswa yang berkeliaran di luar sana.

Alih-alih serupa binatang buas yang langsung menghilangkan nyawa, sebenarnya, di matanya orang itu lebih mirip seperti drakula penghisap darah. Makhluk yang bisa membunuhnya secara perlahan-lahan.

Sayup-sayup terdengar suara mendekati kelas, pintu yang terbuka dan suara langkah-langkah kaki. Haruna tidak berani mengintip karena jantungnya berdegup cepat. Yang dia lakukan hanya memejamkan mata dan terus menajamkan pendengaran.

Seiring dengan langkah kaki, terdengar juga suara orang bercakap-cakap. Lambat laun, suara itu bukan hanya berasal dari satu sumber. Legalah dia begitu yakin, orang-orang yang memasuki kelas, hanya mahasiswa-mahasiswa biasa, penghuni yang kelasnya Haruna jadikan tempat persembunyian.

Suara kelas yang mulai ramai memaksa Haruna untuk beranjak dari balik meja. Dia tidak mungkin tetap bersembunyi di sana, sementara mungkin saja tidak lama lagi mata kuliah di kelas itu akan dimulai. Haruna berdiri hati-hati, berusaha untuk tidak menarik perhatian penghuni kelas. Dia melihat beberapa mahasiswa sempat memperhatikannya, lalu Haruna bergerak cepat menuju pintu kelas.

Sampai di koridor, Haruna langsung menuju tempat yang agak terlindung, sebelum bergerak keluar gedung Fakultas Hukum. Haruna memindai sekeliling sambil mengira-ngira di mana letak toilet perempuan. Sejauh mata memandang, dia tidak familiar dengan tempat ini. Jelas karena ini bukan gedung fakultasnya. Lagipula  kalau sampai tadi dia bersembunyi di Fakultas Kesehatan Masyarakat itu sama saja dengan mengungkap identitasnya sendiri.

Setelah yakin dengan letak tempat yang akan dia tuju, Haruna keluar dari tempat persembunyian sementara itu. Sesampainya di toilet, dia biarkan dirinya berlama-lama di sana, memastikan keadaan benar-benar aman. Berkali-kali Haruna memperhatikan jam tangannya. Sepertinya dia harus rela kehilangan satu mata kuliah hari ini.

Setelah waktu yang cukup lama, yakin kalau keadaan cukup aman, barulah dia memutuskan keluar dari gedung fakultas Hukum, dengan tetap membangun kewaspadaan.

Hati-hati tapi tetap bergerak cepat, Haruna menuju gedung fakultasnya. Dia menahan napas sepanjang menuju lahan parkir, menghampiri motor matic hitam biru sambil merogoh tas mengambil kunci.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang