v. katanya, cinta akan tumbuh

151 12 0
                                    

SEMASA KITA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEMASA KITA

“karna sebagian dari kita, memiliki masa tersendiri untuk jatuh dan runtuh lalu kemudian berganti masa yang baru”



  Pagi hari, meja makan sepi hanya berisi Kalintang sendiri ia terdiam kala mendengar detak jam dinding menggema di ruangan, Ayahnya sedang dinas dan tentu Bunda menemani, nanti di jam tujuh datang bibi untuk membantu bersih-bersih pulang ketika malam dan Kalintang sepi kembali.

   Dulu di rumah ini, tidak sesepi ini. ada tawa canda dua hawa yang setiap hari mengisi tiap-tiap gema pada tembok.

  Sudah pukul enam lewat lima belas, Kalin memutuskan untuk sudahi sarapan nya meski di mejanya masih tersisa separuh roti yang belum ia habiskan, ketika membuka pagar ia memeluk dirinya sendiri merasakan udara dingin sebab semalam hujan deras turunya.

  Matanya memicing, kala beberapa pengendara motor membawa bendera kuning di tempelkan di tiap-tiap tiang listrik juga tembok warga, jantungnya bergetar hebat ia perlahan mengikuti kemana arah bendera kuning, matanya terkejut kala melihat dua orang remaja yang nampak familiar di hadapannya, bibir Kalin bergetar hebat, tiba-tiba bahunya di tepuk oleh seseorang.

"Lin?" Itu Adan, yang datang untuk menjemputnya namun wajah Kalin yang nampak seperti memiliki ancang-ancang untuk menangis membuat Adan mengerutkan dahinya bingung, di tambah lagi banyak bendera kuning di sepanjang tembok komplek perumahan ini, siapa yang telah berpulang? berita kehilangan ini tentang siapa? itu yang ada di dalam benak Adan.

"Ka-kamu duluan aja, ya? aku ngga sekolah dulu dan hari ini, maaf banget kamu repot-repot jemput hari ini ak—"

"Siapa? siapa yang berpulang?"

Mendengar itu Kalintang terdiam sejenak, menelan saliva saat Adan menatapnya penuh khawatir, tanpa menjawab Kalintang berlari dengan seragam putih abu-abunya dan tasnya yang masih di pundak.

"Kalintang?" Sapa Remar bergetar, begitu juga letnan yang menatapnya, mereka pun memakai seragam putih abu-abunya.

Kalin sudah menangis, tau kabar apa yang akan ia dapatkan sementara Adan sudah ada di belakang gadis itu, seperti enggan meninggalkannya, Letnan yang menyaksikan pemandangan itupun membuang wajahnya.

"Kapan?" Tanya Kalintang bergetar.

Remar menghela "semalem kita bawa om rando ke rumah sakit, tadi arana ngabarin kalau subuh om rando udah gada lagi" katanya.

Kalintang pun menunduk, bahunya di tepuk oleh Remar "ayo kedalam" ajaknya.

Kalintang pun mengaguk, mengusap air matanya, lantas tiba-tiba saja tangan nya di genggam oleh Adan dengan seulas senyum yang seolah memberi energi kuat, Kalintang hanya terdiam lantas keempatnya berjalan menuju rumah duka.

SEMASA KITA | WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang