vi. kemunafikan yang harus dicerna, iyakan?

225 18 0
                                    

SEMASA KITA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEMASA KITA

“karna sebagian dari kita, memiliki masa tersendiri untuk jatuh dan runtuh lalu kemudian berganti masa yang baru”



Kala itu, dua anak yang baru saja tumbuh menjadi seorang remaja, di balkon kamar lantai dua, keduanya masih lengkap mengunakan seragam putih biru yang sama, jam sudah menunjukkan pukul lima sore.

Di samping kanan Arana ada gitar, sedangkan di dada kiri Arana ada Kalintang yang sedang merebah di pelukan gadis itu, tangan kiri Arana mengusap lembut surai Kalin, kedua gadis itu menyaksikan langit abu-abu yang sudah mengeluarkan gema petir juga kilatan-kilatan.

"Lin, cukup sampai sini, gimana?"

"apanya?"

"Kita"

Lagi-lagi suara petir mengagetkan Kalintang yang sedang termenung di dapur, ada Adan di sebelahnya, pria itu terkekeh lantas mengusap lembut pipi Kalintang.

"Jangan bengong!" Katanya, lantas mengambil alih nampan di tangan Kalintang.

Kalin tersenyum sesaat, ia pun berjalan mengikuti Adan yang membawa nampan berisi minuman, di luar sudah terdengar suara tilawah, orang-orang mengaji, meskipun Kalin, Adan, Remar, Letnan bahkan Kejora, Remi dan Juli serta Praja itu masih mengunakan baju putih abu-abunya.

"Diminum pak" kata Adan sopan, pada orang-orang yang sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an itu.

Sedikit terkekeh, melihat Juli dan Praja ikut bergabung meski di saat yang lain memakai buku Yasin Juli malah memakai ponsel untuk melihat latin nya, Remi dan Letnan pun ikut bergabung dengan pengajian para lelaki itu, dapat Kalin lihat wajah Remi yang sudah dibilas dengan air wudhu, ia tersenyum getir melihatnya.

Adan pun ikut duduk untuk mengaji, sementara Kalin berjalan kebelakang, di ruang tengah sudah ada para sanak saudara dari Arana juga Kejora dan Remar yang duduk disebelah Arana yang sedang memeluk si bungsu Ashel.

"Teh Kalin!" Ucap Ashel getir, Kalin mendekat. Tiba-tiba saja Ashel yang masih memakai seragam putih birunya memeluk Ashel, Arana yang melihat itu terdiam untuk sesaat, sudah lama— sangat lama ia melihat Ashel memeluk kesayangan nya, iya Ashel sangat dekat dengan Kalin lebih daripada ia yang Kaka kandungnya sendiri, Ashel pun marah ketika tahu Kalin dan Arana bertengkar sehingga punya hubungan dingin.

Ashel sangat sayang pada Kalintang— begitu juga Arana, sangat ; sangat sayang.

Tadi saat di kamar, tidak ada percakapan hanya ada pelukan erat yang sebenarnya Arana tak mau usai kalau tidak ada ketukan dari Kejora dan Remi di luar sana, tapi rasa enggan menahan karna takut hal lalu terjadi lagi membuat mereka kembali dingin.

Kalin pun mengusap-usap lembut punggung Ashel "Ada Teh Kalin, Ashel punya teteh juga punya teh Arana ya?, jangan takut sendiri!" Katanya.

"Teh Kalin mah bohong, Teh Kalin udah gamau kan ketemu Ashel? Kenapa? Gara-gara Teh Arana?, Ashel maunya Teh Kalin terus disini, sama Ashel" tangis gadis itu pecah dipelukan Kalintang.

Arana yang melihat itu menghela, lantas bangkit dari duduknya dan menarik perlahan Ashel "Shel, udah." ucapan itu membuat tangis Ashel semakin deras, dan Arana hanya menghela.

"Ashel sama aku dulu" kata Kalin, menatap Arana.

Arana pun mendekat "Lo tau kan, ini semua udah selesai"

Lantas Kalin pun mengerutkan dahinya "memang gue punya kata selesai sama Ashel?"

"Jangan datang lagi, itukan yang kita sepakati?" Desis Arana tajam, pada Kalin.

"TEH ARANA!" Kesal Ashel, melihat itu Remar pun bangkit, perlahan menarik Ashel diantara Kalin dan Arana, Kejora pun bangkit sesaat setelah ketiganya pergi membiarkan dua orang yang bertatap kelu ini memiliki ruangnya.

Arana pun yang pertama mengalihkan pandang dari Kalin, gadis itu menghela lantas duduk di sofa kembali, Kalin masih menatap Arana dengan raut tak terbaca nya.

"Walaupun lo udah jiji liat gue. Ya, ya gue tau itu" Kalin menghela lantas menatap Arana yang ngga menatapnya "Yaudah gapapa, apapun pandangan lo tentang gue, gue terima Arana tapi satu hal yang harus lo tau gue sayang Ashel, dia udah kaya ade gue sendiri, kalau memang lo anggap gue virus gapapa setidaknya Ashel masih anggap gue manusia, jangan larang Ashel buat main sama gue ya? karna gue tau kehilangan itu berat"

Seolah melupakan dirinya yang dipeluk rapuh juga menangis riuh, Arana kembali menjadi sosok tak tersentuh kembali dan memilih seolah nggan mendengar ucapan dari Kalin, Kalin yang menyaksikan penolakan itu memilih pergi dari ruang tengah menuju ke belakang, menemui Kejora dan Remar.

Kalin melihat Ashel yang menangis di bangku meja makan, sementara Kejora dan Remar yang menatapnya bingung karna Ashel nggan untuk diajak bicara juga dipeluk, anak itu hanya menangis di lipatan tangan nya.

Kalin pun duduk di sebelah Ashel, mengusap lembut rambut lepek itu dengan kasih, hal yang paling membuat hancur adalah ditinggalkan, namun meninggalkan juga ngga mudah buat sebagian orang— karena meninggalkan bagi sebagian orang bukan pilihan tapi keharusan yang di tetapkan atas nama takdir.

Goresan takdir memang rumit, bagi beberapa orang untuk menerima. Seolah ia dituntut untuk lapang, namun pada kenyataannya manusia bingung untuk mendeklarasikan rasa ; sedih di bilang ngga untuk bangkit. Padahal mana ada manusia yang siap menerima rasa sakit yang datang secara tiba-tiba atas nama kepergian?.

Pergi ; adalah sebuah suratan untuk meninggalkan atau ditinggalkan.

Pergi, bagi sebagian orang adalah untuk mereda dan bagi sebagian orang lainya adalah untuk menambah luka.

Nyatanya, ngga ada yang siap tentang kepergian hanya ada kemunafikan yang harus dicerna— ikhlas itu, apakah ada?. Omong kosong.

Memilih untuk diam sendiri, seolah tak mau diusik— Arana memilih mengunci dirinya sendiri untuk malam ini, di balkon dengan gitar di pangkuan nya juga selembar kertas , masih dengan petikan asal, lirik yang semuanya tapi ini satu-satunya cara agar pedihnya tak bertahan lama. Kehilangan adalah yang paling ia benci, tapi di dalam hidupnya kehilangan adalah suratan takdir yang menyertainya.

Ayah, apa di surga sana ayah tau perasaan Arana yang sebenarnya?

Ayah, apa di surga sana ayah tetap bangga menyebut pendosa ini anak ayah?

Ayah, apa bunda menyampaikan kecewanya kalau Arana ini anak yang ngga sempurna?

Bunda, kalau bunda mendengar ini tolong bilang ke Ayah— nanti, kalau Arana masuk api amarah tuhan atas dosa-dosa yang mereka bilang akan masuk neraka yang paling kekal, Arana ngga akan membawa nama ayah bunda.

Ntah Arana masih pantas berdoa dan meminta, tapi Arana minta untuk Ayah dan Bunda di tempatkan di surga paling indah, Bun— Arana senang bisa mengenal bumi, tapi mengapa Arana ditakdirkan seperti ini?

Apakah, akan lebih baik jika tidak dilahirkan?

SEMASA KITA

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMASA KITA | WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang