Last Wishes 2 (Ubi ver.)

900 64 3
                                    

"Lee Jeno!"

Jeno yang mendengar teriakan itu segera mendatangi kamar Donghyuck. Ia melihat Donghyuck yang masih tertidur bermandikan peluh. Sudut mata pemuda itu juga tampak basah hingga meninggalkan jejak air mata.

"Apa Donghyuck bermimpi buruk? Tapi kenapa dia memanggil namaku?" gumamnya.

"Donghyuck, bangun Hyuck."
Jeno berusaha membangunkan Donghyuck dari tidurnya. Ia menepuk lengan Donghyuck beberapa kali.

Sesaat kemudian mata Donghyuck terbuka lebar. "Jeno?"

Tanpa banyak kata lagi Donghyuck langsung memeluk erat Jeno yang duduk di hadapannya.

Pemuda kelahiran April itu mengernyit bingung. Kenapa lelaki gemini ini tiba-tiba memeluknya sambil menangis?

"Jangan tinggalkan aku Jeno. Aku mohon. Aku minta maaf atas semua sikap burukku padamu, aku menyesal Jen. Tolong jangan pergi, jangan tinggalkan aku. Aku tidak mau kehilanganmu."

Jeno balas memeluk Donghyuck dan mengusap pelan punggung pemuda itu. "Kau bermimpi buruk ya?"

Donghyuck masih menangis. Ia enggan melepas pelukan hangat Jeno.

"Makanya jangan tidur sore-sore, gak baik tau! Ayo bangun, kau masih punya janji untuk menemaniku ke festival lampion."

"Gak mau." Donghyuck semakin mengeratkan pelukannya dan mendusalkan kepalanya pada leher Jeno.

"Kau kenapa sih Hyuck? Bukannya kau membenciku? Kenapa kau jadi seperti ini?"

"Tidak Jeno, aku tidak membencimu. Aku hanya merasa malu pada diriku sendiri, dan egoku terlalu tinggi untuk meminta maaf padamu. Aku minta maaf Jen, sungguh. Kau juga harus tahu kalau aku sangat suka padamu, aku sangat mencintaimu."

Jeno membeku seketika. Ia tidak salah dengar kan? Apa kepala Donghyuck terbentur sebelumnya sampai Donghyuck berubah seperti ini?

"Donghyuck, lihat aku. Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Ayo ceritakan padaku."

Pelukan keduanya perlahan terlepas, Donghyuck menatap manik cerah milik Jeno. "Aku tidak ingin mengingat mimpi buruk itu. Aku benar-benar minta maaf padamu Jen, dan aku memohon padamu, jangan tinggalkan aku."

Tangan Jeno terangkat untuk menghapus air mata yang membasahi pipi Donghyuck. "Aku di sini Hyuck, selalu di sini. Aku sudah memaafkanmu. Jadi ayo bangun dan bersiap! Aku tidak mau ketinggalan festival itu."

"Bisakah kita tidak pergi? Aku takut kau akan meninggalkanku setelah kita pergi ke festival itu."

"Kau bicara apa sih Hyuck?! Ini hari terakhir festival, dan aku tidak mau melewatkan itu. Kalau kau tidak mau pergi, ya sudah aku pergi sendiri." Jeno mencebik kesal dan segera bangkit dari duduknya. Ia juga harus segera bersiap jika tidak mau ketinggalan acaranya.

"Jeno, kau sedang sakit kan?"

Jeno yang hendak keluar segera menghentikan langkahnya dan menoleh sedikit ke arah Donghyuck. "Sakit? Sakit apa? Aku sehat kok!"

"Jangan berbohong padaku Jeno."

"Hyuck kau semakin aneh. Sudahlah, kau membuang waktuku Hyuck, aku akan pergi sendiri." Jeno sudah melangkahkan kakinya keluar kamar dan Donghyuck dengan cepat menyusulnya.

"Baiklah, baiklah. Kita akan pergi. Tunggu aku sebentar."

Jeno kemudian tersenyum, "Cepat."

Donghyuck bersiap dengan cepat, ia tidak ingin Jeno hilang dari pandangannya untuk waktu yang lama.

Jeno terlihat sedang duduk di ruang tengah sambil menelpon ibunya. Donghyuck tersenyum hangat melihat Jeno yang begitu ceria, hatinya berdesir merasakan perasaan yang sebelumnya pernah lenyap.

Nohyuck/Hyuckno Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang