05

632 89 10
                                    

Gracie POV

Setelah menyelesaikan urusan ku di toilet aku pun segera keluar untuk mencuci tangan dan kembali ke kelas. Diperjalanan ke kelas aku tidak sengaja mendengar nama ku yang disebut seseorang.

"Btw yang semalem tuh lo beneran ngeliat kalo si Gracie sama om-om?"

What?! Om-om?! Apa-apa ini?! Gosip aneh dari mana ini?!

"Bukan om-om juga sih, tapi emang keliatannya lebih tua gitu dari kita."

Apa maksud mereka berdua membicarakan ku seperti ini? Dan apa-apaan itu om-om dan kelihatan lebih tua?!

"Iya tapi tetep aja kan berarti dia memang lebih suka sama yang lebih tua."

Karena merasa kesal mendengarkan pembicaraan kedua orang yang sangat amat ku kenal ini. Aku memutuskan untuk menabrak salah satu dari mereka dan berjalan dengan cepat untuk meninggalkan mereka setelahnya. Lagi pula apa maksud mereka berdua membicarakan ku seperti itu?! Tau apa mereka tentang ku?! Dasar, membuat mood orang rusak saja.

Sesampainya di kelas aku memutuskan untuk mendiamkan orang yang duduk di sebelah ku hingga bel pulang berbunyi. Tapi dilihat-lihat selama sepanjang hari ini hanya mereka berdua saja yang sepertinya membicarakan ku saat itu dan tidak ada lagi yang lainnya, itu berarti gosip aneh itu memang hanya mereka yang tau. Untung saja, aku benar-benar malas jika harus menjelaskan apa yang sebenarnya tidak perlu dijelaskan.

Seperti biasa aku keluar dari kelas saat keadaan sekolah sudah sepi. Tetapi saat sedang fokus berjalan sambil memperhatikan lantai aku melihat sepasang sepatu, aku menaikan arah pandangan ku dan segera bertemu dengan sepasang mata itu, Greesel. Aku pun memilih untuk melewati nya karena masih merasa kesal atas apa yang dia lakukan. Tetapi aku merasakan pergelangan tangan ku yang digenggam oleh nya.

"Gre gua minta maaf banget ya soal tadi siang kalo lo denger pembicaraan gua sama Jeane, gua ga nuduh lo macem-macem kok. Sumpah." Sambil memberikan pose peace dia menatap ku dengan sungguh-sungguh.

"Udah?" Respon ku seadanya.

"Lo maafin gua ga?" Dia kembali bertanya.

Enak saja, setelah seenaknya membicarakan yang tidak benar tentang ku. Dia langsung meminta untuk dimaafkan? Sepertinya akan seru jika aku sedikit mengerjainya.
"Lain kali kalo gatau apa-apa itu ga usah sok tau sampai-sampai ngomongin orang gitu." Sambil menatap tajam ke arahnya berusaha melepaskan genggaman tangan itu.

"Iya makanya gua minta maaf, karena gua tau gua salah." Genggaman itu malah semakin menguat, orang ini sebenarnya niat ga sih minta maaf?

"Sakit, lepasin. Lo mau minta maaf apa mau cari gara-gara sih?" Sambil merintih kesakitan aku kembali berusaha melepaskan genggaman itu.

Akhirnya genggaman itu pun terlepas, ku lihat pergelangan tangan ku yang memerah. Karena kembali merasa kesal akan tindakannya aku pun memilih berlari untuk meninggalkan nya.
_________________________________________

Saat sampai di halte, keadaan halte sudah sepi. Aku mendudukkan diri ku lalu melihat ke arah pergelangan tangan ku yang masih memerah. Aku mengusapnya secara perlahan untuk meredakan rasa perihnya.

"Gracie."

Suara dia lagi, apa lagi mau dia sih? Aku menatap ke arahnya. Terlihat dia membawa sekantung plastik.

"Maaf." Dia berucap pelan sambil memberikan kantung plastik tersebut, aku menatap ke arah matanya yang benar-benar menunjukkan rasa bersalah. Lalu aku beralih menatap kantung plastik yang dia bawa. Dia kembali menyodorkan kantung itu. Lalu aku kembali lagi menatapnya. Apa isinya? Apa dia ingin mengerjai ku sekarang?

Dia: Greesel Gracie (Greecie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang