05. Tiga anak bebek

1 1 0
                                    

Sang mentari mulai menampakan sinar jinganya bersamaan dengan dirinya yang perlahan menuju barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang mentari mulai menampakan sinar jinganya bersamaan dengan dirinya yang perlahan menuju barat. Angin meniupkan daun-daun kering memisahkan mereka dari ranting pohon.

Bel pulang sekolah yang terdengar bagaikan lonceng surgawi bagi mereka yang sudah letih di sekolah. Salam hormat menjadi penutup belajar mengajar hari ini, para siswa langsung berhamburan keluar kelas.

Beberapa siswa dijemput, ada pula yang pulang dengan bus atau jalan kaki dan sisanya memilih naik sepeda. Di tempat parkir sepeda, tiga anak manusia masih harus berpikir bagaimana caranya membawa mereka bertiga dengan satu sepeda.

"Kita lakukan seperti dulu saja," ucap Aloka yakin, sangat berbeda dengan kedua temannya.

"Jangan gila, aku gak mau masuk semak-semak lagi." Nampaknya Nalu masih trauma dengan kejadian tadi pagi, setiap mengingatnya bulu kuduknya berdiri.

"Terus gimana?" Aloka melihat Zhan, "Kau pulang naik bus sana," usirnya pada Zhan.

Dengan cepat Zhan melayangkan satu pukulan di kepala Aloka. "Dasar bodoh, seharusnya dari awal. Ku pikir kalian bawa dua sepeda, sekarang bus menuju rumah sudah lewat."

Mereka bertiga menghembuskan nafas bingung, menatap sepeda dengan tatapan memelas lalu menatap satu sama lain dan menganguk bersamaan. Sepertinya cara lama akan mereka gunakan.

"Pelan-pelan Aloka!" Teriak Zhan takut.

"Hahaha lagi lagi, lebih cepat!"

"Nalu kau mau mati yah!"

"Hehehe tenang saja, tidak akan jatuh," ucap Aloka semangat.

Nalu duduk di kursi bonceng tangannya ia bebaskan ke udara merasakan hembusan angin, Aloka sangat bersemangat mengayuh pedalnya sedangkan Zhan ia harus duduk di kerangka sepeda antara Aloka dan stang dengan posisi duduk ke samping, sangat anggun. Bayangkan saja menjadi Zhan duduk paling depan, bokongnya sakit bila ada lubang atau polisi tidur karna sudah pasti bokongnya akan melompat-lompat di kerangka tersebut tapi Aloka justru terlalu semangat mengayuh mungkin ia merasa euforia mengenang masa lalu saat mereka masih kecil.

"Dari lampu merah kita belok ke kanan jangan lurus, kita ambil jalan pintas." Zhan menunjuk belokan di depan.

"Okie dokie," balas Aloka.

Sore ini jalan raya di penuhi banyak kendaraan, beruntung bagi mereka yang memilih naik bus atau sepeda karna memiliki jalurnya sendiri mereka bisa terbebas dari macet.
Nasib buruk harus diterima mobil dengan model Station Wagon berwarna merah dengan garis vertikal putih di kabnya yang harus ikut terjebak dalam kemacetan panjang lalu lintas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Apple And Orange In The Same TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang