"Jikalau benang takdir sudah dipintal maka tidak ada lagi manusia yang mampu lari dari jeratannya"
-
Qleo selalu beranggapan sepulang kuliah bukan lah saat yang santai, dia masih harus berurusan dengan pekerjaan paruh waktu dan tugas-tugas yang menunggu di penghujung hari, seperti sekarang dia harus mengantarkan pesanan para pegawai agensi di dekat tempatnya bekerja untung si pemesan tadi sempat memberi tahu ke ruangan mana dia harus melangkah. Manik coklat itu nampak termenung mengamati orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan menyadari kalau atensi dirinya disini benar-benar semu.
"Permisi Americanonya 4, choco oreonya 2, dan red velvet mocha 1"
Berusaha mencari atensi dari sekitar, namun tetap saja tidak ada yang menyadarinya. Sekali lagi ia bersuara agar dapat diperhatikan mencari si pembeli yang hilang entah kemana. Punggungnya ditepuk dari belakang nampak seorang anak laki-laki yang sama bingungnya dengannya tapi dia tahu anak itu adalah salah satu pemesan yang dia cari.
"kak redvelvetku"
Anak itu bercicit kecil nampak ragu untuk berucap mungkin ini pertama kalinya baginya pergi sendiri, dia tersenyum lanjut menanyakan dimana si ibu yang tadi bersamanya dan memberikan satu gelas Red Velvet kepunyaan si bocah. Dengan senang hati si anak menunjuk jalan untuk bertemu si Ibu, tanpa disadari satu ikatan benang takdirnya yang pertama sudah terbuka. dia yang mengikutinya dari belakang nampak kagum dengan suasana ruangan yang dilewatinya, sebuah studio besar ditengah kota tempat biasanya para aktor beradu acting dan bermain sandiwara.
Akhirnya mereka berdua berhenti dan masuk kesalah satu ruangan, di sana ada ibu si anak yang nampak sibuk menyiapkan penampilan seorang pria muda. Ah dia tau itu siapa pria muda itu si bintang yang akan selalu gemilang Nanda, tanpa sadar mata mereka bertatapan seiring dengan para stylish yang berhenti merias wajah si bintang dan menghampirinya mengambil pesanan mereka tadi. Sedangkan sosok Nanda dipojok sana masih mengamati dan menilai Qleo bahkan setelah gadis itu berlalu pergi dari ruangannya , walaupun pakaiannya rapi namun tampak usang seperti telah digunakan berkali-kali, rambut yang tidak teratur dan hanya di tata seadanya nampak tidak ada yang istimewa. Timbul pertanyaan aneh dalam benaknya apakah sosok gadis kelabu dan tidak istimewa itu bisa menjadi gemilang sepertinya?
Karena bagi Nanda dunia yang dipijaknya sedari kecil ini sudah amat sangat membosankan, bertemu orang baru setiap hari dan pujian yang entah tulus ataupun tidak, bahkan sebulan belakangan dia tidak bisa melakukan hal apapun yang dia mau, fokus mengikuti jadwal yang sudah disiapkan untuknya dampak dari perbuatan bolosnya kemarin. Jauh dilubuk hatinya dia penasaran bagaimana rasanya kebebasan tapi dia sendiri tau hidupnya adalah impian banyak orang dan dia tidak boleh iri akan yang lain. But life most goes on right? mau sebanyak apapun Nanda menolak dia hanya bisa menikmati segala jenis pencapaian yang dicapainya, dari awal hidupnya sudah tertata dan dikotakan.
"Habis ini giliran kamu.. tadi ibu mu bilang jangan kaku lebih relaks dan detail lagi setiap adegannya perhatikan juga ekspresi wajah dan emosimu" Seperti biasa sebelum Nanda beraktifitas sang manager pasti akan mengarahkan bagaimana seharusnya dia bertindak dan harus sesuai dengan apa yang diinginkan si ibu, kalau sudah begini rasanya seperti ibunya sendirilah dewi penentu takdirnya dan dia yang tidak punya kuasa apa-apa atas itu.
"Baik kak" Jawaban singkat yang selalu keluar setiap tuntutan-tuntutan itu muncul soalah dia kehilangan kemampuan untuk menolak dan menyuarakan kata lain selain iya dan baik sembari berharap shoot adegan miliknya nanti tidak banyak, bukan karena dia ingin cepat-cepat kembali kerumah tapi dia sudah terlalu lelah ingin cepat menjauh dari tempat itu.
Sesi shoot adegan dimulai lawannya kali ini adalah remaja sama sepertinya dan masih baru dalam dunia perfilman namanya Anggara, alhasil sering kali mereka harus mengulang beberapa adegan karena kesalahan lawan mainnya ingin marahpun rasanya tidak bisa melihat sosok disana sudah menampilkan wajah gusar dan merasa bersalah. Ditepuknya punggung Anggara sambil mengeluarkan beberapa kata penyemangat walaupun nampaknya anak itu justru malah semakin grogi. Yahh mungkin hari ini dia tidak bisa pulang lebih cepat
Jarum jam terus berputar dan matahari semakin memudarkan sinarnya berganti dengan sang rembulan dan bintang-bintang, adegan terakhirpun berhasil diselesaikan dengan baik, Anggara mengucapkan terimakasih untuk Nanda yang sudah mau tetap ramah kepadanya selama proses syuting dan berjanji untuk mentraktir minum kopi sepulang proses syuting.
Bersama manager masing-masing dua pemuda itu diantar kan ke caffe dekat lokasi syuting yang sudah mulai sepi pengunjung, setelah memesan dua gelas Americano mereka memilih duduk dan berbincang sebentar sebelum pulang menunggu pesanan kopi mereka. Nanda sempat tertegun saat Anggara bercerita tentang teman masa kecilnya bekerja disini namun ia tidak pernah berani menyapanya karena takut membebani sosok itu yang nampaknya hanya ingin hidup lebih tenang dan meninggalkan masa lalunya. Nanda lantas mengangguk dan menepuk punggung teman barunya itu untuk menguatkan sosok Anggara,
"2 Americanonya ya, terimakasih ini bills pembayaran tadi"
Dua gelas minuman disajikan selembar kertas juga ditaruh, Anggara yang tadi nampak murung tersenyum berterimakasih pada pelayan itu begitupun Nanda. Anggara lantas berbisik takut ada yang mendengar, mengatakan kalau yang tadi itu adalah sosok teman masa kecilnya. Dua laki-laki itu pun memandangi punggu Qleo yang sudah menjauh dan muncul perasaan aneh di diri Nanda maupun Anggara.
To Be Continued
Anggara Adrian
Dirinya yang penuh luka dibalut dengan topeng kekanak-kanakan nampak seperti anak remaja pada umumnya, kadang dia merajuk, kadang dia marah, dan kadang dia tertawa. Sosok dewasa yang ditenggelamkan demi terus mendapatkan perhatian dan kasih sayang hingga jauh dari kata kesepian yang sejatinya sudah jadi takdir setiap manusia.
Nanda & Anggara main kucing pas syuting
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Crime | Lee Heeseung x Oc
Teen FictionBukan salahnya jika dia terlalu berkilauan sedari lahir dirinya telah menjadi pusat disemesta kecilnya, uluran tangan yang selalu ada kemanapun dirinya melangkah serta setiap keinginan yang terwujudkan. Egoiskah dia saat ini mengharapkan cantiknya y...