Klotho

14 4 0
                                    


Katanya sebelum kita lahir, kelahiran kita sudah menjadi sebuah pertanyaan. Siapkah kita? Mampukah kita? dan Bisakah kita? dan semua kita iyakan, lantas mengapa sekarang kita harus mengeluh?

-

Ini hanyalah kisah 21 tahun yang lalu tentang kelahiran seorang bayi perempuan yang hanya dicintai ibunya, hasil kesalahan di usia muda yang menjadi petaka tidak hanya untuk si bayi tapi juga untuk siapapun yang dekat dengannya. Qleo lahir dari ayah dan ibu yang sudah menjalin kasih sejak usia belia, seolah hubungan mereka memang diberkati oleh dewa cinta hingga rela melakukan apa saja untuk satu sama lain. Sampai akhirnya, karena besarnya cinta mereka, ayah dan ibu melakukan kesalahan. Ibu hamil saat seharusnya bersiap melanjutkan pendidikan dokternya, sementara ayah hanyalah laki-laki miskin biasa. Kehamilan di usia belia dan tanpa restu kakek dan nenek membuat orang tua Qleo harus pergi jauh. Ibu melarikan diri bersama ayah tanpa membawa harta benda apapun, meninggalkan kehidupan indahnya.

Ayah merasa bersalah pada ibu. Karena dirinya, mimpi ibu harus rusak, masa depan ibu hancur, dan karena kehadiran bayi mereka, mereka harus melepaskan angan-angan untuk bersama di bawah ikatan yang layak. Bahkan di awal masa kehamilan, ayah berulang kali mengatakan, "Gugurkan saja anak itu. Aku cuma perlu kamu," kepada ibu. Sayangnya, cinta yang diberikan ibu pada anaknya lebih besar daripada cintanya kepada sang kekasih.

Seiring dengan tumbuh kembang Qleo di dalam perut ibu, cinta ayah mulai tumbuh padanya. Di tengah keterbatasan, ayah berusaha memberikan dunia kepada sang kekasih dan buah hatinya. Mereka yang baru memeriksakan kandungan di akhir periode kelahiran harus menerima kenyataan pahit: kelahiran Qleo tidak akan mudah karena usia ibu yang terlalu muda untuk hamil dan tubuhnya yang kekurangan gizi. Tidak ingin cintanya pergi meninggalkannya selamanya, menjelang proses persalinan, ayah menghalalkan segala cara. Sebuah ironi masyarakat yang kekurangan.

Malam itu, saat ibu berjuang menghadapi persalinan, ayah juga sedang berjuang membobol brankas keluarga kaya tempat ayah bekerja untuk menafkahi kekasih dan anaknya. Namun, roda takdir tidak memberikan nasib baik padanya. Sayangnya, ayah tertangkap oleh anak pemilik rumah setelah berhasil mengantongi beberapa perhiasan dan uang. Bocah polos nan lugu itu, yang menaruh banyak cinta pada ayah Qleo, pengasuhnya, dan menjadikan pengasuhnya itu idolanya karena dianggap serba-bisa, tidak pernah berpikir kalau hari itu harus meregang nyawa di tangan sosok idolanya. Ayah yang panik, takut anak kecil itu akan melaporkannya, malah berbuat nekat menculik dan membunuh anak itu serta membuang jasadnya.

Meskipun gemetaran, ayah kembali mendatangi si pujangga, tidak peduli ada yang meregang nyawa, yang penting uang yang dia dapatkan hasil menjual barang rampokannya mampu memberikan perawatan yang layak untuk si kekasih. Namun, bagaikan jatuh tertimpa tangga, ia terlambat. Yang didapatinya malah tubuh kaku kekasihnya dan tangisan anak kecil yang berwajah mirip dengan dirinya. Ayah mengamuk habis-habisan, tidak terima akan kematian si kekasih. Berulang kali menyalahkan bayi yang bahkan hanya bisa menangis itu sebagai penyebab kematian cintanya. Kewarasannya sudah hilang. Tubuh ibu yang sudah dingin dibawanya pergi dari rumah sakit, meninggalkan putrinya seorang diri.

Bukan hanya ayah yang berduka. Tangisan keluarga yang putranya telah tewas di tangan ayah mulai terdengar di media. Mereka membuat pengumuman dan pesan agar siapapun yang menculik putranya dapat mengembalikan putra mereka dalam keadaan hidup. Mereka tidak akan menuntut apapun karena masih berharap akan keselamatan putranya. Penyelidikan besar-besaran dilakukan. Seluruh area diselidiki dan sidik jari ayah yang tertinggal di brankas menjadi titik terang dalam kasus itu. Sayangnya, di hari ketiga penyelidikan, yang ditemukan justru jasad anak kecil dengan penuh luka lebam terkubur 10 km jauhnya dari rumah kedua orang tuanya. Hancurlah keluarga itu, tidak ada harapan lagi. Ayah dicari ke setiap pelosok. Tidak butuh waktu lama, dia berhasil ditangkap saat menyakiti dirinya sendiri di sebelah jasad ibu yang membusuk.

Dari kasus ini lah akhirnya Qleo bertemu keluarganya yang sekarang, keluarga yang putranya direnggut ayah namun masih baik kepadanya. Saat ayah dalam proses hukum, ada yang memberitahukan keberadaan Qleo di rumah sakit kepada papa dan mama. Tanpa pikir panjang, mereka mengadopsinya dan mencurahkan seluruh perhatian mereka kepadanya.

Dan inilah cerita yang Qleo ketahui dari saudari ibu kandungnya tentang bagaimana kejam dan sialnya proses kelahirannya yang merenggut nyawa banyak orang. Qleo yang sudah mengetahui cerita itu dari bangku kelas 2 SMP berusaha bersikap tenang karena papa dan mama sendiri tidak pernah menceritakan hal ini kepadanya dan selalu memperlakukannya selayaknya putri mereka. Tapi seiring berjalannya waktu, Qleo semakin tidak sanggup menahan rasa bersalah yang ada.

Semakin dewasa, Qleo semakin malu menatap wajah mereka. Layakkah dia mendapatkan cinta mereka? Bahkan untuk memanggil mereka papa dan mama saja rasanya tidak pantas. Saat SMA, Qleo memutuskan untuk pergi dari rumah setelah menjelaskan kalau dia ingin mencoba hidup mandiri dan bekerja. Tentulah permintaan itu ditolak oleh mereka, namun Qleo berusaha terus meyakinkan sembari terus membangun tembok tinggi sampai akhirnya diperbolehkan.

Bermodalkan pakaian dan foto keluarga yang dia bawa dari rumah, Qleo pergi, tinggal di kota yang dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Qleo tetap bisa hidup sampai sekarang bahkan berkuliah. Qleo menatap lagi foto keluarga itu. Senyum papa dan mama merekah dengan amat indah. Jauh dari dalam hati, muncul pertanyaan apakah dia layak untuk kembali dan mendapat cinta papa dan mama? Sudah lama Qleo tidak pulang dan memeluk mereka. Namun, dia tahu itu adalah sebuah pemikiran konyol yang dia sendiri tidak mampu melakukannya.

Akhirnya, sebelum berangkat kuliah pagi itu, Qleo mengirim pesan singkat ke papa dan mamanya:

"Aku kangen kalian, jaga kesehatan sampai aku bisa pulang nanti."

Hari ini tidak banyak yang dilakukan Qleo. Hanya ada jadwal membuat tugas jurnalistik dan siaran radio sebagai bagian dari tugas kuliahnya, podcast bersama seorang bintang tamu yang dia sendiri tidak tahu siapa. Salah satu info yang Qleo dapat hanyalah bahwa dia bintang muda terbaik tahun ini.

Saat sebelum sesi siaran dimulai, Qleo selalu menyempatkan diri untuk bertemu dan berkenalan dengan bintang tamu. Entah bagaimana caranya, ini sudah kali ketiga Qleo melihat bocah itu. Nandana nampak tersenyum ramah dan humble, berusaha berbaur dengan Qleo dan tim yang lain. Sesi siaran dimulai dan berlangsung dengan baik. Sosok Nandana memang sudah ditakdirkan menjadi bintang. Podcast kali ini berjalan dengan lancar. Tidak jarang celetukannya terdengar amat sangat lucu, khas anak SMA yang lugu dan manis. Itulah pikiran Qleo sejenak setelah siaran. Saat kamera itu dimatikan, seketika bocah itu menjadi sosok yang berbeda. Kemana hilangnya sosok lugu tadi? Sekarang Qleo dihadapkan dengan remaja puber yang dengan gencar mengajaknya berkenalan dan bertukar kontak entah untuk apa.

"Kak, kalau lo kasih WA lo ke gua, gua bakal balik podcast ke sini lagi tanpa bayaran," rayuan konyolnya itu berhasil membuat Qleo tertawa dan memberikan kartu namanya padanya.

To Be Continued


Nanda pas dikasih kartu nama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nanda pas dikasih kartu nama


Favorite Crime | Lee Heeseung x OcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang