"Manusia yang paling berarti adalah mereka yang mampu menjadi berkat bagi orang lain"
-
Kala itu sang Surya kembali menampakkan sinarnya menyibakkan cahayanya ke seluruh hamparan bumi, dentingan peralatan masak dan bunda yang masih asik berkutat di dapur menjadi pertanda kalau hari sudah seharusnya dimulai mengusik mimpi-mimpi indah mereka yang sedang tertidur. Anggara bangun dari tidurnya dengan gontai berjalan ke kamar mandi membasuh wajahnya dan berjalan ke arah dapur mengucapkan selamat pagi pada sang bunda.
"pagiii bundadariiii" Laki-laki manis itu tersenyum sembari mengecup pipi sang bunda
Dengan sigap tangannya ikut membereskan sisa pekerjaan bundanya mencuci beberapa peralatan yang sudah tidak terpakai dan menyajikan masakan yang sudah matang ke meja,
"Anggara manager kamu yang kemarin masih gak ada kabar? bunda baru inget mau nanyain ke kamu soalnya"
"Sejak kita pindahan kemarin gak ngasih kabar apa-apa bun..."
"Urus ke agensi aja deh bun, ganti aja managernya soalnya Aku juga enggak nyaman sama dia" Anggara yang selesai menata lauk-pauk kembali memusatkan atensinya pada sang bunda.
"Managernya gak kabur lagi gara-gara sikap mu kan?" si bunda kembali bertanya dengan penuh selidik melihat si sulung yang nampak gugup
"Enggakk bunda" Putranya itu berulang kali menggelengkan kepala mencoba membohongi bundanya.
"ohh iya? Agensi ada ngasih penawaran buat bunda gara-gara sifat mu kenapa gak kamu sendiri aja yang nyari manager pribadi mu? yang bisa sesuai sama apa yang kamu mau" Anggara terdiam mendengar pertanyaan sang bunda, bingung apakah bundanya sedang serius atau hanya mengejeknya.
"Yang bener bunda?"
"Bener Ara kamu kasih aja rekomendasinya nanti bakal di proses sama agensi" Bundanya mengusap rambut anaknya dengan penuh sayang memanggil putranya dengan nama kecil anak laki-laki itu.
"Aku coba cari ya bundadarii kalau gak dapat bunda aja jadi manajer ku"
"Ngaco kamu dah sana bangunin adek sama papah lanjut siap-siap sana" Sentilan sayang dilayangkan pada kening putra terkasihnya, bukannya tidak mau untuk menemani segala kegiatan putranya tapi si bunda juga sibuk mengurus bisnis keluarganya sulit untuknya membagi waktu lagi.
"Okei Bun"
Anggara lantas beranjak dari dapur membuka pintu kamar adik perempuannya, membuka lebar jendela kamar yang lebih muda membiarkan cahaya matahari masuk dan menjadi penerang alami. Sebuah ide jahil keluar dari kepalanya dicubitnya pipi sang adik dan menggoyang-goyangkan kepalanya. Satu pukulan akhirnya mendarat diperut yang lebih tua, cubitannya terlepas si adik pun langsung duduk memicingkan mata pada kakaknya tak lupa melayangkan jari tengah pada kakaknya.
Anggara jelas tidak terima dengan perlakuan si adik belum lagi saat melihat jari tengah yang diacungkan si adik,
"Heh belajar dari mana" Suara Anggara meninggi melayangkan sentilan pada jari gadis kecil itu.
"Kak Ara kemarin di tv kek gini pas marah wlee" Jawab yang lebih kecil
"Bundaa Acha nakall" jelas yang tua tidak ingin kalah berlanjut mengadukan perbuatan si adik, bahkan sang ayah terbangun karena pertengkaran dua bocah itu.
"ARA SIAP-SIAP SEKOLAH SANA STOP KELAHI SAMA ADEK MU!!"
"AYAH BANGUN BANTU ADEK SIAP-SIAP" teriakan bunda menggema dari dapur mengejutkan 3 orang itu. Anggara dengan cemberut segera meninggalkan si adik dan bersiap-siap kesekolahnya, Langkah kaki ayah yang gontai pun terdengar menuntun putrinya bersiap-siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Crime | Lee Heeseung x Oc
Teen FictionBukan salahnya jika dia terlalu berkilauan sedari lahir dirinya telah menjadi pusat disemesta kecilnya, uluran tangan yang selalu ada kemanapun dirinya melangkah serta setiap keinginan yang terwujudkan. Egoiskah dia saat ini mengharapkan cantiknya y...