Rhea terbangun begitu alarm berbunyi dengan kencang. Telinganya terlalu sensitif akan bunyi apapun. Walaupun matanya masih terasa berat ia terpaksa harus segera menyudahi tidur nyenyaknya.
"Huhhhf masih ngantuk," Rhea menggulingkan badan menjadi tengkurap. Walaupun merasa sangat mengantuk namun ia tetap mencoba untuk bangun. Mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian menyalakan lampu di kamarnya.
Hanya butuh waktu singkat dia menyelasaikan mandinya. Sebelum berganti pakaian ia memilih memasak terlebih dahulu. Tumis Pokcoy bawang putih dan ayam filet goreng menjadi menu pilihannya.
Rhea harus membuat bekal dengan porai lebih banyak karena setelah PKPA ia harus langsung lanjut kerja di Apotek.
Dengan cekatan Rhea menyelesaikan masakan sederhananya. Memasukkannya dalam kotak bekal dan menambahnya dengan beberapa potong buah apel dan mangga di wadah yang lebih kecil.
Sudah beres urusan perut, barulah ia menyiapkan diri. Rok dibawah lutut berwarna coklat dipadu dengan kemeja floral berwarna dominan orange menjadi pilihannya. Semua sudah rapi dan masih ada waktu yang cukup menurut perhitungan Rhea sampai di Klinik Bahagia.
Jarak kost dengan klinik Bahagia hanya 2 halte saja yang membutuhkan waktu 10-15 menit kalau tidak macet.
"Oh ya tas gue kan putus kemaren," Rhea pun mencari totebag lain yang bisa ia gunakan. Ia tidak memiliki banyak tas, hanya beberapa saja. Ia memilih totebag berwarna navy dengan handle coklat yang belum pernah ia gunakan. Long Champ sebuah merk yang cukup mewah, itu adalah tas hadiah dari Alan atas kelulusan S1 nya.
Di klinik Raka terlihat sibuk menghubungi pasien Catra yang yang memiliki janji konseling pada hari ini. Ia mencoba mengatur ulang jadwal konseling setelah mendengar kabar kalau Catra habis diOperasi.
"Pagi Kak," Sapa Rhea pada Raka begitu datang.
"Hai, pagi banget datengnya." ucap Raka.
"Takut telat kak, aku naik kendaraan umum soalnya."
Rhea sengaja memilih berangkat lebih pagi agar tidak harus berdesakkan di busway. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh namun semenit saja ia telat arus lalu lintas akan sangat berbeda.
Rhea masuk ke bagian farmasi, meletakkan barangnya di loker. Ia sudah mendapat arahan kemarin dari Dela. Mengenai kebersihan sudah ada petugasnya sendiri yang akan rutin membersihkan setiap 6 jam sekali.
Rhea mengamati rak obat keras yang letaknya berada di dalam. "Lengkap banget," gumamnya. Hampir semua jenis obat berurutan dari A-Z tersusun rapi. Ada juga sebuah lemari bertuliskan "Narkotika dan Psikotropika." Klinik kejiwaan tentunya memerlukan banyak obat psikotropik bukan.
****
Suapan terakhir akhirnya habis juga masuk ke mulut Catra. Ibu Asih dengan telaten dan perhatian menyuapi anak lelakinya. Sejak semalam ia tidak pulang bahkan tidur pun seadanya. Tangannya tidak mau lepas dari sang anak. Catra memang hampir tidak pernah dirawat di rumah sakit, jadi tidak heran Ibu Asih bertingkah berlebihan.
"Ibu pulang aja, aku udah gak apa apa kok." Sejak tadi Catra terus membujuk Bu Asih untuk pulang. Ia melirik sang adik untuk membantu merayu Bu Asih pulang.
"Iya Bu, Ayah kan nanti mau dinas ke Makasar kasian gak ada yang bantuin siap-siap. Biar aku yang temenin Mas Catra." Ucap Camelia yang tengah bersila di sofa seberang ranjang Catra.
"Emang kamu gak kuliah?" Tanya Catra dan dibalas gelengan oleh Camelia.
"Ya udah ibu pulang, nanti sore ibu kesini lagi. Kalo ada apa apa cepet telepon ibu ya," peringat Bu Asih sebelum ia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa kau baik-baik saja?
Storie d'amoreCinta dan luka sering datang beriringan. Membentuk ikatan takdir yang pilu namun membawa sedikit kebahagiaan. Dua orang yang yang selalu berhadapan untuk mengobati luka pun bisa merasakan luka dan cintalah yang mungkin akan mengobati mereka. "Sepe...