📃 03

62 13 4
                                        

The continues of Our Page - Chapter 03

.

How they story still continue...

.
.
.

Segalanya tidak berlangsung baik. Sejak hari dimana mereka bertemu, Sungjin tidak dapat berhenti memikirkan pertemuan mereka kembali setelah sekian tahun. Bagaimana wanita itu masih tampak begitu cantik seperti dulu, hanya saja aura ketegasan yang menguar akan kedewasaan usia yang dimilikilah yang disadarinya kini ada pada Jieun. Dia juga tidak dapat mengelak saat perasaannya mulai tidak menentu saat bayangan akan tangan yang merengkuh tubuh itu begitu mesra dan senyum serta tawa yang dibagi oleh wanita itu pada pria yang menemaninya malam itu tidak berhenti berputar di pikirannya.

Dulu, dia akan mencegah setiap kontak fisik yang hendak dilakukan pada lawan jenis yang ingin mendekati Jieun entah dalam artian tertarik atau pertemanan sekalipun. Ia akan menjaga jarak aman sang terkasih dari orang-orang yang menaruh perasaan pada wanitanya. Ia dapat bebas mengklaim akan kepemilikannya terhadap wanitanya. Tapi sejak 15 tahun lalu sejak hubungan mereka berakhir, Sungjin menyadari akan status yang tidak lagi memiliki kepemilikan atas Jieun dan dia tidak dapat melakukan apapun saat melihat kedekatan Jieun dengan pria asing itu.

"Sajangnim." panggilan yang disertai ketukan pada pintunya, menariknya dari lamunan singkat. Ia menoleh untuk menemukan sekretarisnya, Wonpil yang berdiri di dekat pintu.

"Kau tidak mengetuk?" tanyanya.

Wonpil lantas menggeleng kaku saat mendapati wajah serius sang atasan. Ia lantas membalas cepat, "Saya sudah mengetuk tadi."

Sungjin mengangguk dan mempersilakan sekretarisnya masuk.

"Ada apa?"

"Saya sudah mengirim revisi seperti yang diminta ke email anda. Sekretaris tuan Baek telah menanyakan kembali terkait balasan dari anda dan akan menunggu sampai sore ini."

"Ah, akan kucek sekarang. Terima kasih." ujarnya kemudian dan Wonpil lantas pamit undur ke ruangannya kembali. Sementara Sungjin kembali berkutat dengan pekerjaannya yang baru disadarinya nyaris dilalaikannya.

Sudah dua hari ini pikirannya mudah terpecah. Karena satu nama dan kejadian. Bayangan itu terus menghampiri bahkan saat ia lengah. Dia tahu dirinya telah berikrar untuk tidak mengusik urusan pribadi Jieun, tapi Sungjin tidak dapat membohongi diri ketika rasa penasaran itu begitu mengganggunya. Begitu besar keinginannya untuk mencari tahu namun ketakutan akan dugaannya tentang kebenaran status akan keduanya menahannya.

Drtt drtt

Sebuah notifikasi pesan masuk muncul di layar ponselnya yang tergeletak di atas meja. Matanya bergulir menatap pada ponselnya yang tergeletak di atas meja.

Ayah
Datanglah makan malam di rumah.

Ia lantas mengambil ponselnya, bukan untuk membalas pesan tersebut melainkan beralih melakukan panggilan dengan seseorang di seberang sana.

"Jaehyung-ah, ini aku."

.

Sungjin tidak ingat kapan terakhir kali dia kembali ke rumah Ayahnya namun sebuah pesan singkat yang siang tadi dikirimkan padanya, membuatnya datang ke tempat ini lagi.

"Tuan Im mengatakan kau menolak ajakan makan malam dengannya."

Satu dari sekian banyak alasan dia tidak lagi satu rumah dengan Ayahnya adalah karena hubungannya dengan sang Ayah yang tidak pernah baik. Ayahnya begitu keras dan otoriter. Tuan Im termasuk rekan bisnis Ayahnya, investor besar yang turut andil pada beberapa proyek yang sempat dipegang sang Ayah dan penawaran tuan Im untuk menyuntikkan dana lebih pada proyek besar yang kini ditanganinya itu disampaikan dua bulan lalu sejak pertemuan terakhir Sungjin dengan putri tuan Im. Ayahnya menjadi orang yang menyambut baik akan tawaran tersebut, berbeda dengannya.

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang