📃 04

65 14 7
                                        

Our Page - Chapter 04

.
.
.

Jieun sibuk mengurus kepindahannya sejak tiga hari lalu. Mulai dari barang-barangnya, kemudian berkas-berkas miliknya dan anaknya untuk diurusnya. Dia sangat berterima kasih pada Seokjin yang turut serta membantunya mulai dari mencarikan apartemen yang dekat dengan tempat kerjanya, lalu mengurus berkas kepindahannya juga anaknya. Pria itu sudah terlalu banyak membantunya hingga Jieun sering kali keberatan menerima bantuan lain darinya.

Keputusannya yang mendadak atas permintaan sang anak yang menginginkan kembali ke kampung halaman, membuatnya tidak dapat menolak tawaran yang diberikan teman baiknya di tempat kerja dulunya untuk mengambil alih pengurusan butik di kota asalnya ini. Jieun tahu dia akan menjadi Ibu yang jahat jika dia menolak keinginan kecil anak semata wayangnya yang mengharapkan untuk bertemu dengan Ayahnya, namun dia tidak bisa mengabulkan begitu saja permintaan itu ketika situasinya tidak memungkinkan bagi mereka. Butuh waktu beberapa minggu bagi sang anak untuk membuatnya setuju akan tawaran untuk menetap dan mengambil alih cabang butik temannya. Terlalu banyak kenangan manis yang justru membuatnya terkenang akan rasa sakit atas perpisahan yang terjadi. Alasan itu yang menjadikan kepulangannya adalah suatu hal besar.

Ia menahan diri untuk tidak mencari tahu banyak tentang pria itu, keluarganya hingga keberadaannya. Kekhawatiran akan hatinya yang tidak siap membuatnya enggan melakukannya dan Jieun tahu dia telah melakukan hal benar ketika hari dimana dirinya bekerja di butik milik temannya itu, Sungjin datang sebagai pelanggan di butiknya. Tujuan itu sudah jelas tentunya saat butik yang menjadi tempat kerjanya adalah butik pernikahan.

"Kita berjumpa lagi, butik ini punyamu?" suara itu terdengar tenang sebagaimana raut yang ditunjukkan pada tampilan penuh wibawa yang semakin menguar di tubuh berbalut jas kerja itu.

Jieun menarik senyum tipis, mencoba tampak biasa saat ia mendorong pintu butik dan mempersilakan Sungjin mengikutinya.

"Iya. Apa anda membutuhkan bantuan?" dengan cepat Jieun mengalihkan keadaan ke mode profesional sebelum pembicaraan mereka melebar ke arah yang tidak diinginkan.

"Aku ingin memesan gaun." jawab Sungjin singkat. Bahasanya santai kendati kesopanan itu tetap dipertahankan sebagaimana biasanya pria itu bersikap.

Jieun mengangguk meresponnya dan memanggil salah satu gadis muda yang tengah mencatat sesuatu di meja resepsionis.

"Suhyun-ah, silakan layani pelanggan kita, aku akan ke ruanganku. Tolong sampaikan pada Yerim untuk membawakan teh ke ruanganku." ucap Jieun pada Suhyun yang langsung dipahami gadis muda itu.

Jieun melempar senyum sebagai pamit sebelum dirinya melangkah menuju lantai dua dimana kantornya berada.

.

Jieun baru saja duduk di kursinya saat ketukan dari pintu terdengar. Ia menoleh ke arah pintu kaca untuk menemukan siluet familiar dari pria yang baru saja menjadi pelanggan pertamanya hari itu. Sungjin.

"Silakan masuk." ujarnya mempersilakan.

Sungjin lalu masuk dan menyampaikan maksud kedatangannya, "Aku diarahkan ke sini untuk mendiskusikan lebih lanjut terkait detail pemesanan."

Jieun mengangguk dan mempersilakan Sungjin menempati kursi di hadapannya.

"Duduklah. Anda ingin minum apa?"

"Tidak perlu repot." tolak Sungjin.

Jieun mengangguk singkat dan langsung berdiri, mengambil map file yang diisi oleh rancangan baju pernikahan milik butik ini untuk kemudian ia tunjukkan pada Sungjin.

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang