Parte 2 : Truth or Dare

5 2 1
                                    

Bulan berganti menjadi matahari. Pagi ini adalah jadwal kelasku olahraga, aku memang tidak sejago itu dalam bidang olahraga tapi bukan berarti aku tidak menyukainya.

Hari ini aku diantar Mamah katanya sekalian mau ke pasar. Aku duduk di belakang Mamah yang mengendarai motornya dengan sangat santai.

" Mah " aku menepuk pelan bahu Mamah

" Apa? "

" Boleh agak cepetan gak bawa motornya? "

" Emangnya kenapa?"

" Aku bisa telat Mah kalo Mamah bawa motornya santai banget gini "

" Ya Allah Raya, bahaya kalo bawa motor cepet-cepet "

" Tapi Mah- "

" Kamu ini, jangan ngelawan orangtua, durhaka mau? "

" Bukan gitu Mah "

" Terus apa? "

" Mamah daritadi bawa motornya di 20km/jam, coba Mamah liat jalanan nya masih sepi jadi mungkin bisa ditambahin. Kalo gini terus bisa-bisa aku telat "

" Lho?" Mamah melirik kilometer " perasaan tadi agak kenceng deh " gumam Mamah yang masih bisa aku dengar. " Iya juga ya, oke deh Mamah tambahin nih pegangan "

Aku tertawa menanggapinya, memeluk Mamah dari belakang " Siap Bu Bos ".

•••••

Aku sampai di sekolah dan menemukan Sovia di gerbang sedang menungguku.Aku menghampirinya.

" Sovia"

" Heyaraa kenapa lama banget sih?"

" Lama? Cuma 7 menit juga kok"

" Tapi tetep aja gue dari tadi nungguin lo disini"

" Yaudah, gue minta maaf ya"

" Gue maafin, ayo ke kelas keburu bel"

Sovia menarik tanganku dengan buru-buru

" Sabar kali Sov"

" Hehe"

••••••

Bel istirahat telah berbunyi, aku membereskan meja yang aku tempati untuk bersiap pergi ke kantin.

" Ayo Ra " Sovia sudah ada dihadapan ku

" Yo"

Diperjalanan menuju kantin aku berbincang-bincang dengan Sovia mengenai berbagai hal.

" Gila, pusing banget kepala gue sama Matematika"

" Apalagi titik ke bidang"

" Woah bener itu tuh yang bikin kepala gue sampe ngebul, jangar mastaka abi Ra"

" muhun, mani lieur"

" Hahaha"

Aku dan Sovia tertawa bersama hingga membuat orang lain memandang kearah kami berdua.

•••••

Hari ini adalah hari membahagiakan karena salah satu mata pelajaran sedang jam kosong. Ini adalah kebahagiaan bagi para murid.

Sovia menghampiriku dengan botol aqua bekas ditangannya.

" Ra"

" Apa? Kenapa bawa botol?"

" Kita main yu?"

" Main apaan?"

" Truth Or Dare"

" Gak ah, gak mau nanti aneh-aneh lagi"

" Ah Heyara lo mah gak asik"

" Biarin"

" Ayo lah Ra, sekali doang"

Sebenarnya aku tidak mau main Truth Or Dare, tapi melihat wajah murung Sovia aku tidak tega.

" Yaudah ayo"

" Yes!! Nah gitu dong itu baru Heyara"

Akhirnya Sovia duduk dihadapan ku dan mulai memutar botolnya.

" Satu, dua , tiga"

" Yah, kok gue" Sovia murung karena dia yang pertama.

" Hayo, Truth Or Dare Sovia?" Aku berusaha menahan tawaku.

" Truth"

" Oke Truth" Aku menaruh telunjuk di dagu seakan tengah berfikir.

" Cepetan"

" Ada yang lo suka di kelas gak?"

" Gak ada"

" Beneran?"

" Bener, soalnya kalo suka sama sekelas tuh natinya kagok. Jadi gak mau lah gue"

" Yaudah, ayo puter lagi"

" Satu, dua, tiga "

Botol berputar, lalu berhenti diarahku.

"YA HEYARA"

Aku memandang Sovia ngeri, dia terlihat sangat berbahagia membuat aku memiliki firasat buruk.

" Truth Or Dare " Sovia tersenyum konyol

" Karena gue suka tantangan jadi Dare "

" BENER?"

" Bener lah, ayo cepetan Dare nya apa?"

Sovia tampak berfikir lalu tersenyum misterius

" Dare nyaa"

" Cepetan"

" Bilang I like you sama cowo random yang gue tunjuk"

" Hah? Gak ah"

" Tadi katanya suka tantangan"

" Yaudah, oke"

Sovia tersenyum membuat ku jengkel setengah mati aku tau pasti dia mempunyai rencana yang diluar nalar.

••••••

31 Agustus 2023
Tasimalaya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang