Samudra, pemuda arogan

16 3 0
                                    

BERI DUKUNGAN KALIAN DENGAN MENEKAN BINTANG DI POJOK KIRI, SATU VOTE DARI KALIAN MENGAPRESIASI AUTHOR DALAM PEMBUATAN CERITA INI.

SEMOGA YANG MENEKAN BINTANG DISETIAP BAB, DILANCARKAN JODOHNYA, AAMIIN😆
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Dunia ini neraka bagi gue! Semuanya neraka!

-Samudra Pangestu Adipura-
.
.
.
.
.
.
.
o0o
.

Malam yang begitu gelap, di mana malam hari seperti ini adalah waktu bagi para manusia mengistirahatkan diri dari akitivitas yang menguras banyak enegri selama seharian. Namun hal itu tidak berlaku bagi seorang pemuda tampan yang tengah duduk disebuah sofa ruang VVIP club malam yang terkenal.

Setiap malam dia selalu menghabiskan waktunya di club malam seperti ini, bersama ke 4 temannya yang selalu menemaninya, rasa penat dan rasa lelah akan terbayar tuntas dengan sebotol alcohol yang selalu menjadi candunya.

Tangannya yang kekar terus terusan meneguk gelas kecil yang berisi minuman haram itu, rasa panas menggerogoti tenggorokkan namun terasa begitu nikmat menurutnya, rasa pening di kepalanya langsung hilang dengan minuman yang haram namun sialnya enak itu.

"Udahlah Sam, jangan minum terus," ucap seorang pemuda yang duduk disampingnya dengan kaca mata yang selalu berteger diwajahnya, karena masalah penglihatan, dia Dafa.

Sam, nama panggilan dari Samudra Pangestu Adipura.

"Biarkan gue minum, gak boleh ada yang larang larang gue," ujar Samudra dengan nada sedikit menyentak karena merasa terganggu dengan larangan temannya.

"Lo udah minum terlalu banyak Sam," cecarnya dengan kesal.

"Gue gak peduli," jawabnya dengan sedikit sempoyongan karena mulai merasakan mabuk.

Dafa menghela nafasnya dengan kesal, lalu dia meneguk segelas minuman dengan sekaligus, dan berusaha mengacuhkan temannya yang nakal ini.

"Haha dunia yang jahat! Hahaha."

Bukan hal aneh kalau Sam meracau tak jelas tentang dunia, karena memang dunia yang di injakinya begitu kejam baginya, seorang anak yang di kucilkan oleh keluarganya tanpa alasan yang jelas. Dia yang ada namun tak dianggap ada.

"Mereka jahat kan Dafa." Perlahan nada suara Samudra melemah sambil terduduk dengan wajah yang mulai sedih.

"Mereka jahat, mereka gak pernah lihat gue, gue salah apa Dafa? Gue anak baik kan?" gumamnya dengan mata yang berkaca kaca.

"Tapi tidak! Gue gak peduli tentang mereka, mereka tak jauh beda dari iblis kan? Hahaa yah mereka iblis."

Lagi lagi Dafa hanya menghela nafasnya dengan perlahan, lalu menatap sahabatnya yang selalu terlihat rapuh jika dia sudah mabuk, kalau dalam keadaan sadar, dia tidak pernah memperlihatkan sisi kerapuhannya, dia justru menyembunyikan kerapuhannya di balik sifat arogan dan tak berperasaannya.

"Iya, lo gak perlu peduli dengan mereka." Seperti biasa, jawaban Dafa hanya itu, setiap Samudra rapuh, maka jawaban dia selalu seperti itu.

"Ya gak perlu pedulikan mereka," gumamnya dengan terkekeh lirih.

Dafa mengusap pelan pundak Samudra lalu menuangkan kembali minuman itu dan memberikannya pada Samudra.

"Anjir, Sam lo udah mabuk, ya elah baru juga jam segini udah mabuk aja," celetuk seorang pemuda yang berjalan setelah lama berjoget ria lantai dansa tadi bersama kedua temannya yang lain, mereka adalah Garry, Haikal dan Janu.

"Teler bestie teler," ledek Haikal dengan terkekeh pelan, lalu duduk di samping Samudra dan mengambil gelas Samudra yang masih tersisa minuman itu.

"Lebih baik gue pulang sama Samudra, Samudra sudah gak bisa di selamatkan," ujar Dafa dengan terkekeh pelan.

"Ah gak asik, kebiasaan si Samudra kalau main kesini Cuma bentar karena sudah teler," ujar Garry dengan berdecak sebal.

Dafa menggelengkan kepalanya pelan, dia beranjak dari duduknya dan membantu Samudra untuk berdiri dari duduknya, dia harus cepat cepat membawa pulang Samudra, karena dia sudah tahau tabiat Samudra kalau mabuk pasti melakukan hal hal yang aneh, untuk mencegahnya biasanya Dafa selalu membawa Samudra pulang dengan paksa.

"Lepasin gue, gue gak mau pulang, gue mau bersenang senang disini, lepasin gue!" teriaknya dengan berusaha memberontak.

Namun dia sama sekali tidak bisa melawan tenaga Dafa yang memegangnya dengan kuat.

"Lepasin gue! Gue mau bersenang senang disini!" Lagi lagi dia berteriak dengan begitu nyaring.

Dengan begitu kesusahan akhirnya Dafa berhasil memasukkan Samudra kedalam mobil miliknya, lalu dia langsung melajukan mobilnya dengan sangat cepat, ngomong ngomong dia juga ingin cepat pulang karena pasti ibunya tengah cemas menunggu kedatangannya.

Di antara Samudra dan ketiga temannya yang lain, Dafa lah orang yang beruntung Karena mempunyai keluarga yang harmonis, berbeda dengan mereka yang keluarganya sangat jauh dari kata harmonis.

Apalagi Samudra, rumahnya saja menjadi neraka baginya, jika orang orang melihat rumahnya dengan tatapan penuh kekaguman karena begitu megah, beda dengan Samudra yang melihatnya seakan akan penjara dan neraka yang menyiksanya dari detik ke detik.

Memuakkan, kehidupannya begitu memuakkan!

Samudra dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang