02. Kutukan yang Terbagi Dua.

114 19 4
                                    

🌗

 Deruan ombak laut yang kencang di kesunyian malam itu berhasil membuat Zhang Hao terbangun dari pingsannya. Rasa sesak dan sakit di tenggorokannya membuat ia memuntahkan air laut yang ia telan. Jumlahnya luar biasa banyak. Nafasnya yang sesak dan memburu itu meyakinkannya bahwa ia bisa saja mati saat menelan air garam itu.

Ia menangis terisak, membayangkan bagaimana ketakutan dirinya saat jatuh tadi, membayangkan bagaimana reaksi neneknya, membayangkan bagaimana nasib toko bunga milik neneknya, semua hal yang mungkin bisa terjadi itu membuatnya menangis semakin kencang. Namun tangisannya itu terpaksa ia hentikan karena sebuah uluran jari yang menyentuh pipi sampingnya.

"Jangan menangis." Usap sesorang yang bisa ia rasakan berada disampingnya.

Zhang Hao menoleh kearah sentuhan itu berasal, awalnya ia berpikir bahwa seseorang itu mungkin orang yang menyelamatkan dirinya. Ia merasa dirinya harus mengucapkan terima kasih karena jika seseorang itu tidak menolongnya, mustahil baginya untuk tetap hidup. Perlahan ia mengusap air matanya, menstabilkan deru nafasnya dan akhirnya memaksakan diri untuk berbicara pada orang disampingnya.

"Terima kasih telah meny— ASTAGA!"

Zhang Hao terkejut bukan main, pria itu tidak memakai pakaian barang sehelai benang pun. Ia menutup matanya sambil memberi gestur tangan untuk menyuruh pria itu menutupi bagian bawah tubuhnya.

"Ada apa?" Tanya pria itu saat melihat gestur tangan yang menunjuk ke arah bawah tubuhnya. Ia melihat arah telunjuk itu lalu tertawa pelan.

"Oh, aku tak punya celana. Kau tidak perlu malu, kau juga laki-laki."

Jawaban kelewat santai orang disampingnya ini membuat Zhang Hao ingin memukulnya saat itu juga.

"Aduh! bukan begitu! Kau ini ingin dianggap orang gila atau bagaimana?!"

Zhang Hao dengan berat hati melepaskan luaran kemeja navy lengan panjang yang menutupi kaus putih berlengan pendek miliknya. Ia melemparkan kemeja ke arah pria telanjang tak tahu malu itu. Tak lama kemudian ia mendengar suara gesekan kain basah. Suaranya seperti simpulan tali.

"Kau sudah memakainya?" Tanyanya ragu.

"Sudah, buka saja matamu jika tak yakin."

Zhang Hao membuka tangan yang menutupi matanya dengan ragu-ragu. Pria itu benar, ia menyimpulkan kemejanya di bagian bawah tubuhnya. Dari fokus kepada kemejanya yang berakhir naas di selangkangan seseorang yang bahkan tak dikenalnya, Zhang Hao mengalihkan pandangannya keatas, mulai dari otot perut yang menonjol, ia juga melihat 3 tato kecil yang ada di bagian dada atasnya, hingga ia berhasil melihat wajah pria itu.

"Kau memperhatikan tubuhku, ya?"

"Tidak, aku menangisi kemejaku." Ucapnya dengan nada ketus.

"Maaf, lagipula mana ada siren yang mengenakan baju."

"Hah? Siren? Maksudmu manusia setengah ikan?" Tanya Zhang Hao.

"Iya." Balasnya dengan penuh percaya diri.

"Pfttt HAHAHAHAHAHA-"

Zhang Hao tertawa keras. Suaranya yang kencang memaksa pria disampingnya menutup mulut Zhang Hao dengan telapak tangannya.

"Kenapa kau tertawa hei! Aku serius."

Zhang Hao meraih tangan yang menutup mulutnya dan melepaskan tawanya yang kini tak sekencang sebelumnya

"Di zaman sekarang kau masih mempercayai dongeng itu?" Zhang Hao menyeka air mata yang keluar saat ia tertawa kuat tadi.

"Iya, itu benar adanya. Lagipula, untuk apa aku berbohong?"

Under the Ocean Waves [BinHao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang