05. Pria bersurai Cokelat.

70 10 3
                                    

🌗

'Terimakasih sudah menemaniku selama ini.'

'Aku senang berada di dekatmu.'

'Ayah dan Ibuku bercerai, aku harus pulang ke Kanada bersama Ibu dan kakak ku.'

'Selamat tinggal, kak Hanbin.'

"Hah!"

Han yang terbangun dari mimpinya seketika memegangi kepalanya. Rasanya sangat pusing, ada suara berdenging yang memekakkan di telinganya. Ricky yang biasanya sulit terbangun pun hingga berhasil bangkit saat mendengar teriakan pria disampingnya itu.

"Hei, kau kenapa?" Ricky menepuk pelan pundak Han yang masih terlihat naik turun, berusaha menetralkan nafasnya. Keringat terlihat bercucuran di dahi dan pelipisnya.

"Kau sakit?" Tanyanya lagi saat tak mendapat respon dari Han.

"Hanbin, namaku Hanbin!"

Hanbin berteriak pelan. Mimpi yang hanya terasa kurang dari 10 detik itu benar-benar menguras tenaganya. Tubuhnya terasa lemas, bahkan lebih lemas daripada kemarin.

Kerutan tampak muncul di dahi Ricky, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Satu-satunya cara adalah dengan memanggil Zhang Hao kemari.

"Aku akan memanggil Zhang Hao."

Ricky bangkit dengan sempoyongan, belum sepenuhnya sadar dari tidur nyenyak-nya.

Han yang ditinggal sendiri mati-matian menutup matanya, berharap sekelebatan mimpi itu muncul kembali di ingatannya. Namun usahanya tak membuahkan hasil. Ia tak bisa mengingat jelas wajah itu lagi.

"Han, ada apa?" Zhang Hao datang dan langsung duduk di sebelah kiri Han, tubuhnya masih dibalut celemek. Sangat ketara kalau ia sedang menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga.

Ricky sendiri masih bersandar di pintu kamar, masih sedikit kesal karena tidurnya terganggu. Ia melirik jam yang menunjukan pukul setengah 7 pagi. Ia biasanya bangun pukul sembilan kurang. Masih ada 2 jam lebih waktu yang ia butuhkan untuk tidur.

"Hao, aku ingat sesuatu! Namaku Hanbin!"

Han yang masih belum bisa mengontrol tubuhnya refleks menggenggam tangan Hao, tentu saja dilengkapi dengan pelototan lelaki berambut blonde yang masih bersandar di pintu.

"Hanbin? Kau berhasil mengingat sesuatu?"

Hao menatap lekat kedalam bola mata Han, berusaha menyalurkan rasa tenang yang mungkin bisa membuatnya lebih rileks.

"Iya, aku bersumpah melihat seorang pemuda berambut cokelat mengucapkan selamat tinggal kepadaku, dia memanggilku Hanbin. Aku kenal pria itu, tapi aku tak tau namanya. Percayalah padaku Hao!"

Hanbin yang masih syok terlihat bergetar hebat di sebelah Hao. Sorot matanya seolah mengisyaratkan rasa penasaran dan haus akan jawaban.

"Baik Hanbin. Kita akan cari tau bersama-sama tentang semuanya. Kau harus tenang, keadaan seperti ini pasti tidak hanya muncul sekali. Kita akan melewatinya bersama-sama, ya?"

Hanbin hanya membalas dengan anggukan. Kepalanya terasa masih berputar hebat. Potongan-potongan ingatan yang ia ingat saat masih menjadi siren dan yang terjadi barusan pasti ada hubungannya.

"Aku sudah menyiapkan sarapan, bangunlah dan basuh wajahmu." Hao berucap pelan, membuyarkan lamunan hanbin.

Ricky yang masih setia bersandar di pintu menatap lekat pada hanbin. Ia kemudian merogoh handphone dari kantongnya, mengetik sesuatu disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under the Ocean Waves [BinHao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang