Sang putri mendadak menghentikan langkahnya, mencoba menyingkirkan dugaan negatif gang bisa-bisanya datang setelah dia dalam beberapa langkah lagi berhasil kembali ke kamar. Dia menggeleng, mengembuskan napas sebelum meneruskan ayunan pada tungkai-tungkainya. Sebentar lagi dia akan sampai. Ya! Keyakinan kuat semula tidak akan mengendur semudah ini. Sekali lagi, gelisah itu dia buang perlahan-lahan.
"Putri, ada gerangan apa Anda keluar di fajar seperti ini? Tuan Otsutsuki memerintahkan kepada kami untuk selalu mengawasi pergerakan Putri. Saya tidak ingat ada informasi yang menjelaskan tentang kepergian Putri."
"Aku tersentak. Belakangan tidurku sangat buruk, sering terjaga di waktu-waktu menjelang subuh. Dan tadi aku putuskan buat mencari angin di luar."
"Anda tidak diizinkan untuk keluar tanpa pengawalan, Putri. Jika Tuan Otsutsuki tahu soal ini, maka kami semua akan menanggung akibatnya."
"Aku tahu penjaga, tadi--"
"Maaf Putri menunggu lama." Si penjaga yang memergoki sang putri lekas menengok ke sumber suara. "Saya dan penjaga Kiba membicarakan beberapa hal menyangkut kepentingan istana."
"Apa itu?!" tanya si penjaga yang jelas sekali menampakkan raut curiga.
"Masalah dapur, penjaga. Aku meminta penjaga Kiba untuk mengawal beberapa orang dapur ke pasar, untuk menghindari insiden yang sempat terjadi belakangan ini dan tentu saja mereka takut hal demikian terulang."
"Insiden?! Insiden--"
"Maafkan aku, biarkan kami pergi. Aku takut Putri kedinginan karena terlalu lama berkeliling di luar, permisi." Sang putri mengerang lega. Terdengar halus, agar dia tetap dikira tenang saat menyingkir. Dan si penjaga menutup apa-apa yang masih hendak dipertanyakan, membungkuk singkat sebelum dia pun kembali pada posisinya.
-----
"Kau menyelamatkanku, Tamaki."
"Sudah menjadi tugas saya, Putri."
"Hampir saja semuanya berantakan. Aku tidak bisa membayangkan kelanjutannya, andai kau tidak muncul di waktu yang tepat."
"Saya mengetuk kamar Putri setengah jam lalu, barangkali Putri ingin menikmati udara pagi ke taman. Sesaat saya menunggu jawaban, namun Putri tak kunjung menyahut. Saya memutuskan masuk dan tiba-tiba merasa cemas karena menemukan kamar ini kosong."
"Aku pergi di jam tiga."
"Ke mana?" Tamaki melongo, agak terkejut oleh pengakuan barusan.
"Menjumpai dia. Aku kepikiran karena dia tak juga mampir kemari."
"Putri sudah tahu mengenai perintah Tuan Otsutsuki 'kan?"
"Ya, dia memperketat penjagaan di sekitar ruanganku."
"Akan berbahaya bila Kepala Penjaga tetap nekat memilih ke sini. Saya dapat menebak, dia melakukannya demi Putri."
"Benar, tadi pun aku nyaris ketahuan oleh penjaga Mang. Untung sekali kau datang."
"Putri harus menahan diri berjauhan darinya, untuk kebaikan Putri."
"Tapi, aku tidak mungkin begini terus. Otsutsuki--dia mengirimkan surat tempo hari, dan mengatakan bahwa bulan depan dia pulang ke mansion. Apa yang mesti kuperbuat sampai masa itu tiba? Sebulan bukanlah waktu yang panjang."
"Apa sebenarnya yang Putri harapkan dari hubungan terlarang ini?"
"Entahlah, Tamaki. Aku tidak sanggup mengakhirinya. Di sisi lain, aku pun tak siap dan takut memperhitungkan kekacauan apa yang timbul bila si Otsutsuki mengetahui hal ini. Dia bisa saja membunuhku, atau menembak mati Naruto."
"Maaf seumpama perkataan saya ini kelewat lancang. Hanya saja Putri, saya tak habis pikir kenapa Putri mengkhianati Tuan Otsutsuki untuk seseorang yang bahkan tidak sebanding derajatnya dengan Putri apalagi beliau."
"Cinta, Tamaki. Dia membuatku tak mampu berpaling sejak di mana dia mengawal kedatangan Otsutsuki membawa lamarannya kepada keluargaku. Aku terus memperhatikannya, dia cuma berdiri tegak dan diam di samping Otsutsuki. Dia begitu gagah dengan aura mendominasi. Wajahnya tegas--kau tahu apa yang membuatku jatuh sangat mudah padanya? Dia tak sekalipun melirikku, entah kenapa itu memancing amarahku. Aku terbiasa menerima banyak pujian dan kekaguman dari para lelaki yang melihatku." Sang Putri lalu menyaksikan kecemasan di paras si pelayannya yang setia.
"Saya bisa berkata apa setelah mendengar kesaksian Anda?" Si pelayan mendesah berat, merasakan beban perasaan itu turut mengusiknya, "Semoga Tuhan melindungi Anda atas seluruh kejujuran ini."
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Wine (Commission) ✓
Roman d'amourGara-gara anggur merah, Naruto berubah tamak ingin terus mencicipi. Kendati, dia harus menembus ketentuan moral di tengah masyarakat. Sosoknya terlalu indah untuk ditunggu, terlalu menggoda untuk ditatap, terlalu nikmat untuk direguk. Dan Uzumaki Na...