"Tuan Otsutsuki akan pulang setelah sebulan penuh meninggalkan pengantinnya. Menurutmu apa yang terjadi sepulangnya dia nanti?"
"Entahlah, aku tidak memikirkan soal itu." Gumpalan asap melayang-layang di sekitar dia dengan pandang menerawang tanpa kejelasan.
"Kurasa istrinya akan dihajar habis-habisan, hahaha. Aku jadi merinding!" Kiba menyapu-nyapu lengan yang dia rasa rambut-rambut halusnya menegak. "Lagian, siapa sih bisa menahan diri dari kuatnya hasrat di malam pertama? Tuan Otsutsuki itu memang aneh."
"Kiba, kereta yang biasa dibawa ke pasar apakah masih kuat?" Mereka bersampingan, bertopang pada pembatas kayu setinggi perut yang membingkai bagian depan pos jaga. Si Uzumaki sama sekali tidak merespons celetukan rekannya, dia terbuai oleh nalarnya sendiri.
"Aku tidak tahu, kenapa kau menanyakannya?"
"Ehm, ada sesuatu yang perlu kulakukan dengan kreta itu. Tapi, aku tidak tahu seperti apa kondisinya. Sekadar memastikan saja, masih aman atau tidak dipergunakan."
"Kau mau ke mana?"
"Putri memintaku mengantarnya ke pusat kota. Sepertinya, dia ingin mempersiapkan diri agar dapat menyambut Tuan Otsutsuki dengan penampilan terbaik."
"Wah, dia sangat bersemangat ternyata."
"Begitulah," jawab si kepala penjaga acuh tak acuh sebelum sisa gulungan tembakau dia buang sembarang.
"Sejak kapan hal itu menjadi tugasmu?"
"Aku tidak mungkin menolak perintah 'kan? Dia yang memintaku--kalau kau yang di posisiku, bagaimana?"
"Kau benar." Penjaga Kiba mengesah berat, "Waktu kupakai masih aman. Tapi, sebaiknya kau mengganti kudanya. Kuda yang biasa sudah berumur tua, jalannya pun jadi lamban."
"Ah, aku mengerti. Ada masalah lain?"
"Tidak, selain kudanya yang agak menghambat perjalanan."
"Akan kuganti dengan Thunder."
"Kuda hitam itu? Kau yang memberikannya nama 'kan?"
"Ya. Pertama kali dibawa ke sini, mereka mengajakku ke halaman belakang untuk melihat kuda-kuda itu. Satu kuda betina sedang melahirkan, dan aku langsung takjub menyaksikan bayi kudanya."
"Maksudmu Thunder?"
"Ya, usiaku di mansion ini sama dengan usia Thunder. Dan dia kuda yang sangat kuat. Aku selalu mengikuti pelatihannya jika pekerjaanku di kandang sudah tuntas."
"Berarti kau tidak perlu khawatir, mungkin dia mengenalmu sebagai teman masa kecil. Masalahnya, kuda itu sedikit agresif pada orang-orang."
"Aku bisa mengatasinya, tenang saja."
"Ya, aku cuma bisa memperingati kau agar berhati-hati."
-----
Sang Putri kentara gelisah. Sudah seperempat jam mondar-mandir di kamarnya tanpa interupsi apa-apa kepada pelayan setianya di sana. "Anda tidak ingin menceritakannya, Putri? Saya sungguh mencemaskan Anda, katakan sesuatu biar saya tahu apa yang membebani pikiran Anda."
"Otsutsuki mempercepat waktu kepulangannya. Dia akan tiba dalam seminggu ini dan tidak menetapkan harinya sebagai bentuk kejutan untukku."
"Apa itu yang membuat Putri diam belakangan ini?"
"Aku tidak bisa tidur."
"Ya ampun, pantas wajah Anda kelihatan pucat."
"Apa yang harus kuperbuat Tamaki? Aku ragu bertemu dengannya."
"Saya pun tidak tahu, Putri. Kalau jadi Anda, kabur adalah opsi yang sudah pasti saya pilih. Percuma meneruskan pernikahan tanpa cinta, lebih-lebih ketika ketakutan lain membayang-bayangi."
"Bagaimana bila aku gagal?! Astaga, aku bergidik walau hanya menduga-duga dampaknya. Aku belum siap kehilangan nyawa sekarang."
"Kenapa Anda berkata begitu? Anda tidak sendirian, bicaralah kepada kepala penjaga. Apa yang terjadi di antara Putri dan dia tentu merupakan tanggung jawab bersama. Temui saja dia sebelum pergantian hari, supaya ada banyak waktu dalam merundingkan solusinya."
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Wine (Commission) ✓
RomanceGara-gara anggur merah, Naruto berubah tamak ingin terus mencicipi. Kendati, dia harus menembus ketentuan moral di tengah masyarakat. Sosoknya terlalu indah untuk ditunggu, terlalu menggoda untuk ditatap, terlalu nikmat untuk direguk. Dan Uzumaki Na...