Sesuatu yang sudah lama ia tunggu-tunggu adalah mendengar cerita tentang ibu Taehyung dari mulut Jungkook sendiri. Sudah sejauh mana hubungan mereka berjalan, dan apa penyebab dari terjadinya perselingkuhan.
Untuk sampai di tempat itu, Taehyung haruslah bersandiwara terlebih dulu untuk menarik simpati Jungkook. Membuat pemuda itu percaya, bahwa Taehyung adalah orang yang tepat dijadikan sandaran. Jadi ia mulai mendramatisir keadaan.
Pura-pura mengembuskan napas kasar, Taehyung menatap langit-langit ruangan dengan mata nanar.
"Aku benci hidup ini," ujarnya kemudian.Jungkook melepaskan pelukannya, bergeser mendekat ke arah Taehyung yang sedang menitikkan air mata. Kesungguhan cerita akan semakin kuat dengan adanya air mata.
"Aku patah hati dua kali, oleh kekasihku dan oleh keluargaku sendiri." Tangis Taehyung semakin lancar saja, mungkin ia terbawa suasana mengingat betapa sakitnya saat ia tahu sang ibu menghianati ayahnya.
"Hidup harus terus berjalan, kawan." Jugkook meraih kepala Taehyung untuk bersandar di dadanya. Menepuk-nepuknya pelan sambil terus memberi semangat.
"Keluargamu sedang diuji, kau harus lebih kuat untuk menghadapi itu. Biarkan masa lalu yang menyakitimu pergi, fokus saja untuk memperbaiki semua."
"Aku sedang berusaha melakukan itu saat ini." Taehyung mengepalkan tangan sembunyi-sembunyi. Menahan laju emosi.
"Aku ingin membalasnya." Taehyung menggeram.
"Balas dendam hanya akan menyakitimu sendiri."
"Kau tidak tahu rasanya dihianati." Taehyung melepaskan diri dari pelukan Jungkook. Ia duduk tegak memandang Jungkook dengan amarah.
"Maaf, bukan maksud meggurui." Diam sejenak. "Aku tak akan berbicara lagi, sebaiknya kita tidur saja. Hujannya masih sangat deras." Jungkook mengambil selimut yang tadi ia singkirkan. Tapi Taehyung mencekal lengan pemuda itu.
"Katakan apa yang harus aku lakukan?"
"Maksudnya?" Alis Jungkook mengkerut tak mengerti.
"Aku tak terbiasa tidur tanpa pelukan."
Taehyung mengusap air matanya seperti bocah yang baru saja jatuh dari sepeda.Sungguh akting yang memukau, seekor serigala sedang menyembunyikan ekornya. Kelinci itu tak menyadari akan marabahaya, saat membuka lengan agar Taehyung masuk dalam pelukan.
"Kau merasa lebih baik sekarang?" tanya Jungkook, saat tubuh Taehyung sudah sepenuhnya masuk ke dalam selimut. Dan Jungkook dengan senang hati memeluk Taehyung dari belakang.
"Ini sedikit tak nyaman." Taehyung menggeliat berusaha menyingkirkan lengan Jungkook. Sungguh ia risih dan jijik oleh sentuhan pria itu. Jika tak ingat tujuannya untuk balas dendam. Mungkin sudah sejak tadi ia meludah di mukanya.
"Maaf, aku dengar tadi kau butuh pelukan." Jungkook menjauhkan tangannya. Taehyung malah berbalik menghadapnya. Melingkarkan kaki dan lengan ke tubuh sang tuan rumah.
"Maksudku pelukan yang seperti ini." Taehyung meletakkan wajahnya tepat di samping telinga Jungkook. Sehingga napas hangat yang ia embuskan masuk ke sela lubang telinga yang lebih muda. Membuat Jungkook merinding kegelian.
"Euh ... Tae." Jungkook hampir saja mendesah, karena bibir Taehyung yang semakin maju.
Jungkook menoleh ke arah Taehyung, hendak bergeser sedikit menjauh. Supaya napas hangat Taehyung tidak membuatnya kegelian lagi. Ketika ia menolehkan wajahnya ke samping. Taehyung malah semakin merapat, membuat wajah keduanya semakin dekat.
Pertemuan dua bibir itu akhirnya tak terelakkan. Jungkook yang sadar, lekas saja bergeser ke belakang. Tapi rupanya Taehyung sedang mengigau dan bermimpi. Ia mengira Jungkook adalah kekasihnya. Tangannya meraba-raba wajah Jungkook, tapi matanya terpejam erat. Tidak sampai di sana, Taehyung juga melabuhkan satu kecupan tepat di bibir yang lebih muda sambil berucap 'selamat malam chagiya' dengan suara lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Youth (Tamat Di Pdf)
FanficTaehyung tidak terima mendengar kabar ibunya selingkuh dengan seorang lelaki muda yang lebih pantas ia panggil adik. Karena marah dan kecewa Taehyung mencari cara untuk menghancurkan hubungan mereka. Sampai akhirnya Taehyung jatuh pada sosok pemuda...