Jungkook mengemasi beberapa pakaian yang masih bersih. Memindahkannya ke lemari. Lalu memasukkan kembali kasur lipat ke kain sarungnya. Meski sudah agak semrawut. Mungkin ini waktunya bersih-bersih dan berbenah.
Ia bisa mengganjal sementara pintu menggunakan sapu. Sampai besok ia memanggil tukang untuk memperbaikinya. Tapi dikipir lagi, uangnya sudah hampir habis. Tak akan cukup untuk membayar ongkos tukang. Sementara Taehyung belum menjawab pertanyaannya untuk numpang.
Mungkin ini terlalu cepat pikir Jungkook. Taehyung bukan sahabat lama, Jungkook baru mengenalnya tak sampai dua belas hari. Itupun pertemuan yang cukup merugikan Taehyung jika diingat. Jungkook juga belum membayar semua kerugian Taehyung yang sudah ia tabrak.
Sekarang, bisa-bisanya Jungkook meminta Taehyung untuk menampungnya. Padahal mereka hanya teman biasa, bukan sahabat bukan saudara. Betapa tak tahu dirinya Jungkook.
Pemuda itu memilih pasrah saja, tidur di atas kasur yang sudah aus, bantal dan guling butut, serta pintu yang engselnya sudah mau putus.
Jungkook menyelonjorkan kaki, berusaha memejamkan mata. Tapi pikirannya masih mengelana. Jarang sekali ia mengeluh, namun hari ini ia merasa ingin mundur saja. Hidupnya seperti roda yang tergencet di lubang berlumpur. Tak bisa berputar naik dan terus berada di bawah.
Setelah pergi dari rumah, hidup sendiri dari harta sisa peninggalan neneknya. Kemudian bekerja sampingan untuk biaya kuliah. Perkenalannya dengan Sohe ia anggap keberuntungan. Jungkook bisa fokus belajar tanpa harus bekerja. Namun semua tidaklah lama, belum setahun bersama. Mereka dipisah paksa oleh keadaan. Sekarang tanpa wanita itu hidup Jungkook bagai angka nol yang bergeser ke arah minus.
Jungkook mulai melepas beban pikiranya yang bertumpuk di kepala. Ia harus beristirahat, karena besok harus mulai mencari kerja untuk menambal kebutuhan hariannya.
Jungkook tak benar tidur, ia masih bisa mendengar derap langkah dari arah tangga yang semakin lama semakin terdengar mendekat ke arahnya. Jungkook terlonjak saat pintunya didorong dari luar, hingga benda yang sudah rusak itu makin rusak dan jatuh mencium lantai.
Jungkook melompat bangun dengan wajah menganga. Melihat dua orang asing berpakaian hitam masuk ke kamarnya.
"Tuan Jungkook?" tanya salah satu dari mereka.
"Iya, saya." Jungkook menunjuk wajahnya sendiri dengan jari.
"Mari ikut kami."
"Jangan coba-coba menyentuhku!" Jungkook langsung memasang kuda-kuda. Bersiap melawan jika ada serangan.
"Kami datang atas suruhan Tuan Kim."
Alis Jungkook mengkerut, tidak lantas percaya. Masih siaga dengan kuda-kudanya. Kemudian karena suasana sepertinya tidak kondusif. Salah seorang dari mereka langsung menelpon Kim Taehyung, lalu memberikan ponselnya pada Jungkook agar berbicara langsung dengan tuannya.
.
.Dalam waktu satu jam lebih tujuh menit. Minho mendapat satu apartemen yang pemiliknya masih bisa dihubungi tengah malam. Kebetulan karena sang pemilik apartemen masih berteman dekat dengan kakek Taehyung. Dan kabar baiknya lima persen saham dari bangunan itu masih atas nama keluarga Kim.
Lima belas menit perjalanan dari mansion keluarga Kim, kemudian setengah jam untuk menata dan memindahkan barang-barang yang diperlukan tuan muda mereka.
"Ini sebenarnya terlalu mewah." Taehyung melihat betapa bagusnya furniture dan penataan ruang di unit yang akan ia tinggali. Meski tak sebagus Lotte dan Hyundai. Ini bisa dibilang di atas standar anak kuliahan.
"Maaf Tuan, hanya pemilik tempat ini yang bisa saya hubungi dengan cepat dan bisa kami nego dengan satu kamar yang sudah di DP orang lain. Kami terpaksa membayar dua kali lebih banyak untuk mendapatkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Youth (Tamat Di Pdf)
أدب الهواةTaehyung tidak terima mendengar kabar ibunya selingkuh dengan seorang lelaki muda yang lebih pantas ia panggil adik. Karena marah dan kecewa Taehyung mencari cara untuk menghancurkan hubungan mereka. Sampai akhirnya Taehyung jatuh pada sosok pemuda...