Presentasi makalah yang dibuat Taehyung dalam semalam terbilang lancar. Jungkook cukup vokal untuk ukuran seorang pendiam. Dalam ranah pendidikan ia sangat tegas menjawab beberapa pertanyaan.
Usai presentasi, keduanya sama-sama mendatangi dekan untuk mengajukan pindah kelas. Taehyung tak bisa meninggalkan perusahaannya begitu saja. Setidaknya ia harus memeriksa dokumen sebelum memberikan tandatangan.
Jungkook sendiri sangat butuh pekerjaan. Ia tidak memiliki sumber pemasukan lagi. Sementara kuliahnya akan berakhir dan tentu biaya untuk skripsi dan wisuda sudah menunggu di depan mata.
Jungkook diminta menunggu di luar ruangan, sedangkan Taehyung masuk ke ruang dekan untuk berbicara empat mata.
"Tuan Muda Kim, sungguh kehormatan Anda berada di sini." Seorang dekan bermarga Park mengulurkan tangan. Rambutnya hitam klimis, alis menukik tajam dan garis wajah yang tampan. Pas sekali dengan setelan jasnya.
"Aku ingin melihat-lihat kampus milik kakekku, dan menjadi bagian dari mahasiswa sementara waktu. Tapi aku akan ambil kelas sore mulai besok bersama temanku Jeon Jungkook."
"Apa yang tidak untuk Anda Tuan muda." Pria itu mengangguk hormat.
"Omong-omong, aku butuh data pribadi mahasiswa bernama Jeon Jungkook ini," ujarnya sebelum pamit undur diri.
"Tentu saja Tuan Kim. Kami akan meminta bagian kesiswaan mencarinya dan mengirimkannya pada Anda."
"Bagus." Taehyung menghentikan langkahnya yang sudah hampir mencapai pintu.
"Ah, satu lagi jangan sampai ada yang tahu jika aku adalah cucu dari pemilik kampus ini."
"Baik Tuan."
"Good." Taehyung menunjukkan jempolnya lalu memutar knop pintu dan keluar dengan muka kusut yang dibuat-buat.
"Bagaimana?" Jungkook langsung menodongnya dengan pertanyaan.
"Kita mendapat ijin dari dekan, dengan catatan ..." Taehyung mengembuskan napas kesar seolah begitu sangat lelah.
"Aku harus mengisi kas adminstrisi kampus dua persen dari gajiku tiap bulan."
"Kau setuju?"
"Yah, mau bagaimana lagi." Taehyung mengedikkan bahu pasrah. Taehyung tidak bohong, setiap bulan profit perusahaan sebesar dua persen akan dikirim ke kampus ini untuk biaya operasional pendidikan. Itu setara tujuh juta won dalam korea. Jadi, Taehyung tidak sedang mengada-ada.
"Apakah aku harus melakukan itu juga?" Jungkook memutar badan hendak mengetuk ruang dekan.
"Tidak, kau tidak perlu melakukannya. Ijin yang kudapat sudah mencakup namaku dan namamu."
"Hah? Benarkah?" Mata Jungkook membulat, bagaimana wajah terkejut bercampur senang itu begitu nampak lucu. Mulut menganga, mata membola merubah segala tatanan macho yang selama ini menjadi satu sisi yang Taehyung benci.
"Jadi ...." Jungkook berhenti sejenak, Taehyung ikut menghentikan langkah, menoleh pada Jungkook.
"Aku harus menyetor berapa persen gajiku padamu nanti untuk kas?"
"Tidak perlu." Taehyung mengulurkan tangan, untuk menggandeng lengan Jungkook sepanjang jalan.
"Dua persen dari gajiku sudah termasuk dengan perijinanmu. Jadi tenanglah kau tidak perlu melakukan apa-apa."
"Itu artinya aku berhutang padamu." Jungkook menyahut sambil menyelipkan tangannya di lengan Taehyung.
"Bagaimana jika menebusnya dengan mentraktirku minum nanti sepulang kampus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Youth (Tamat Di Pdf)
Fiksi PenggemarTaehyung tidak terima mendengar kabar ibunya selingkuh dengan seorang lelaki muda yang lebih pantas ia panggil adik. Karena marah dan kecewa Taehyung mencari cara untuk menghancurkan hubungan mereka. Sampai akhirnya Taehyung jatuh pada sosok pemuda...