Chapter 2

28 3 0
                                    

Beberapa hari pun berlalu, Cassie masih menjalani harinya seperti biasa. Tidur 4 jam sehari bukan hal baru lagi bagi gadis itu. Orientasinya saat ini hanya untuk memenuhi saldo rekeningnya dan memiliki pekerjaan tetap. Melamun dan membayangkan dirinya memakai gaun cantik dengan segelas wine ditangan serta orang-orang penting di sekelilingnya membuat dirinya tersenyum untuk beberapa saat.

"Beri aku sebungkus rokok" kata seseorang dengan nada berat dan tajam. Selain ingin membeli rokok, lelaki itu juga menyodorkan sekaleng bir.

Cassie agak kaget. Itu adalah orang yang tempo hari membeli rokok.

"Totalnya—"

"Kenapa harus kerja disini?" kata lelaki itu memotong perkataan Cassie

Cassie terdiam sejenak. Ia tidak mau terlihat seperti perempuan yang gila-gilaan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Aku bosan jika hanya diam dirumah" sahut Cassie

"menjelang tengah malam seperti ini, seharusnya kau dirumah. Tidur. Bukannya mencari pekerjaan hanya karena kau bosan" balas lelaki itu sambil menyodorkan uang.

"Kembaliannya ambil saja" katanya lagi sambil meraup bir dan rokoknya.

Cassie mendengus agak kesal, "lihat saja dirinya sendiri, berkeliaran dengan pakaian gelap seperti ingin merampok toserba ini".

Helaan nafas terdengar dari mulut Cassie. Sift yang ia mulai dari jam 9 malam akhirnya berakhir juga. Hujan turun beberapa menit sebelum ia keluar dari pintu toserba. Walau tidak terlalu deras, namun Cassie yakin hujan ini akan cukup membuatnya nyaman tidur didalam selimut. Dengan mata penuh kantuk ia mulai menyusuri jalan dijam 3 pagi. Sangat dingin, ia menarik lebih dalam mantelnya dan memperkuat pegangannya pada payung yang ia gunakan.

Sekilas ia melirik pada jalan setapak yang berundak-undak, itu adalah jalan tercepat untuk kembali ke apartemennya.

"Sebaiknya aku lewat sini saja" kata Cassie. Ia harus bergegas kembali ke rumah sebelum flu menyerangnya.

Matanya terus menatap kaki yang melangkah kian laju, pertanda ia takut dengan kesunyian dan gelap ditengah hujan deras yang melanda kota itu.

Matanya melotot tanda ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Darah. Itu darah yang mengalir berjampur dengan air hujan. Dengan gemetar Cassie mengangkat lebih tinggi payungnya untuk mlihat dari mana aliran darah itu berasal. Ia berjalan perlahan dan berbelok pada jalan buntu yang dipenuhi rongsokan barang bekas.

Ketakutan Cassie makin bertambah saat dia melihat seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam sedang menikam seseorang, padahal orang itu sudah tak bergerak lagi, namun serangan membabi-buta masih saja terjadi.

Seakan tersadar, lelaki itu menatap sinis ke arah belakang dan mendapati seseorang mempergoki aksinya. Dengan terburu-buru Cassie berlari mundur dan berusaha kembali ke jalan yang lebih besar daripada lorong sempit itu. Ia sangat takut dan berusaha lari agar tidak menjadi korban selanjutnya.

Namun na'as, ia terjungkal akibat tidak berhati-hati saat berlari.

Benar saja, bagian belakang mantel Cassie ditarik oleh pelaku tersebut sampai mereka berhadapan dengan jarak yang begitu dekat.

Mata Cassie membulat ketika menyadari siapa pelakunya. Orang itu. Orang itu adalah lelaki yang beberapa jam lalu membeli rokok di toserba tempat dia bekerja.

"Jadi ini jalan pulang kerumahmu ya?" kata pria itu sambil menyeringai. Entah kenapa, tampangnya sangat menakutkan kali ini.

"Aku harap matamu yang cantik bisa melupakan hal ini, aku juga berharap mulutmu yang menggoda tidak akan mengatakannya pada siapapun" sambungnya

Cassie menelan ludah dan mengangguk kecil.

Lelaki itu melepaskan pegangannya pada mantel milik Cassie dan pergi menjauh meninggalkan Cassie yang masih shock dengan kejadian tersebut.

MIDNIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang