Selasa, 25 Juli 2023
Enam bulan sudah berlalu sejak 26 Januari 2023, sejak sapaan-sapaan tanggung yang basa-basi.
Hari itu, saya ngantor karena tim saya janjian ke kantor untuk membahas desain website yang belum selesai. Satu tim janjian ke kantor, ya jelas semalas apapun saya harus ke kantor (kan sudah janjian). Hanya saja, meeting dimulai habis dzuhur. Tapi saya memutuskan untuk datang lebih pagi.
Sesampainya di kantor, kursi favorit saya kosong, tapi sayangnya kursi di belakang saya terisi lebih dulu oleh rekan saya. Ah saya tidak suka punggung kursi saya beradu dengan kursi lainnya. Akhirnya, saya memutuskan untuk memilih meja dan kursi lain.
Kursi dan meja yang saya pilih adalah kursi atau meja yang kosong tapi memang merangsek ke kalangan rekan2 IT Dev.
"Kosong nih," batin saya sembari menghampiri meja tersebut dan mulai bekerja. Memang sistem di kantor adalah hot seat, siapa yang datang duluan akan bisa memilih lebih banyak, sementara yang datang terakhir memilih yang tersisa.
Hari semakin siang, satu persatu makhluk-mahkluk pencari cuan ini memenuhi kantor, kantor semakin padat, dan kursi-kursi mulai terisi.
Tiba-tiba sosok itu datang, celingukan, mencari kursi yang kosong. Setelah menimbang-nimbang sejenak, ia akhirnya bergerak menuju deretan saya. Menarik kursi tepat di belakang punggung saya, dan, kita saling memunggungi.
Hati saya, mencelos, jatuh sampai lantai.
Ini adalah pertama kalinya, setelah 6 bulan hanya duduk berjauhan dan berseberangan pada ujung-ujung ruang, dan kali ini saling memunggungi.
Duh salah tingkah.
Meskipun kita tidak saling bicara. Hanya saling mengangguk sopan dan lanjut bekerja masing-masing. Tapi, jantungku porak poranda.
Setidaknya, ada kemajuan hari itu.
***
Waktu berlalu, jam makan siang mendekat.
Saya sedang tidak sholat dan memutuskan menunggu teman-teman sholat terlebih dahulu. Sambil menunggu, saya mengambil cemilan yang tersedia di salah satu meja bersama.
Sambil makan cemilan, saya mengobrol dengan Kang Ma'ruf, seorang Frontend Engineer yang dulu satu tim di Pikobar dengan saya. Sambil ngobrol kesana kemari, ternyata di sebelah saya ada Kang Rio, Quality Assurance Engineer yang sama-sama di Pikobar. Entah bagaimana, dia muncul di antara Kang Ma'ruf dan Kang Rio.
Saya melontarkan lelucon, "Wah, tim pikobar semua nih kalian, ga ada yang nyiapin properti foto buat foto sama pak Gubernur?" kebetulan kita ada janji foto bareng pak gub sebelum beliau lengser.
Kang Maruf menyahut, "Ah udah pada bubar, siapa yang mau nyiapin."
"Aku tuh lupa loh kang kalau kang maruf tim pikobar juga," celetukku.
"Iya, cuma sebentar doang kita mah,"
Lalu kita bercanda-canda kecil sebelum berpisah, aku langsung ke kantin, sementara mereka menuju masjid.
Tapi candaan kecil itu ternyata bukan akhir interaksi hari ini.
***
Sesampainya di Kantin, ternyata saya dan teman2 kehabisan tempat duduk. Karena teman-teman masih mencari tempat duduk, akhirnya saya memutuskan cari menu makanan dulu baru cari tempat duduk.
Ternyata sekembalinya dari memesan menu makanan, saya melihat dia dan Kang Maruf bergabung tempat duduk dengan teman-teman saya.
Saya akhirnya harus duduk berhadapan dengannya. Tentu jantung saya langsung tidak karuan, lidah saya kelu, dan mata saya tidak tahu harus menghadap mana. Padahal saya adalah orang yang terbiasa berkenalan dengan orang asing di perjalanan, memulai percakapan, dan bercanda dengan orang lain. Tapi saya panik dan kelu.
Namun, disitulah kebuntuan mulai cair. Meskipun hanya ditaraf basa basi.
Kami bertukar tanya soal menu yang dipesan. Bertukar cerita soal kerja (meskipun tidak personal karena bercengkerama dalam grup besar). Tapi setidaknya hari itu, setelah 6 bulan, setelah hanya sekedar saling mengangguk dan menyapa "Pagi, teh," "Pagi, kang" sebatas sopan santun menjadi lebih tidak canggung.
Ah, setidaknya hari itu, hubungan kita beranjak dari dua orang yang hanya saling mengangguk canggung menjadi dua orang yang pernah bertukar cerita saat makan siang.