6. Percobaan

972 155 2
                                    

BERBEKAL KARTU anggota KIR milik Sisi, kami bisa menggunakan laboratorium kimia selama yang kami butuhkan, asal nggak lebih dari pukul enam sore. Biasanya, aku menggunakan kartu Dhira untuk mendapatkan akses seperti ini. Namun, karena ini proyek rahasia, lebih rahasia daripada proyek bayi kami yang terpaksa dibekukan dulu, maka aku dan Sisi sepakat untuk memulai percobaan setelah pukul empat sore, menunggu sekolah sepi.

Sisi memakai jas labnya, aku melakukan hal yang sama. Di luar, langit senja mulai menguning. Mungkin percobaan ini akan selesai sekitar pukul enam, yang artinya aku harus menelepon Adit supaya dia menjemputku. Semoga dia nggak sedang kencan atau semacamnya.

"Mana resep salinannya?" tanya Sisi.

Aku mengeluarkan kotak kuno warisan keluarga Sisi dari dalam tas. Saat ini, di kotak itu ada tiga perkamen. Satu berbahasa Jepang, satu berbahasa Jawa, dan satu lagi berbahasa Indonesia. Hasil terjemahan Bude Miah itu kutulis di sebuah kertas buram dengan terburu-buru.

- Setelah tiga hari pengendapan, masukkan sehelai rambut Anda ke dalam ramuan, diamkan sampai tiga hari berikutnya atau hingga cairan berubah warna menjadi putih keperakan

- Campurkan satu sendok ramuan ke dalam satu gelas minuman yang hendak diberikan kepada target. Ramuan cinta tidak akan mengubah rasa ataupun warna minuman yang dicampuri

- Seseorang yang meminum ramuan cinta akan jatuh cinta kepada orang yang telah memberikan helai rambutnya ke dalam ramuan

- Satu sendok ramuan akan bekerja selama dua bulan

- Ramuan ini hanya akan memengaruhi kondisi jiwa di bawah kesadaran. Reaksi ramuan ini tergantung pada kondisi psikis serta kebiasaan-kebiasaan target. Setiap orang memiliki cara yang ber- beda-beda dalam mengekspresikan perasaannya

- Ketika dua bulan berakhir, target akan melupakan semuanya

"Lo tahu nggak, Si?" kataku tiba-tiba. "Apa tuh?"

"Kalau sampai nanti muka lo berubah jadi muka Nico, kayak ramuan Polijus di Harry Potter, gue nggak mau tanggung jawab."

"Tapi, kan, elo yang bikin percobaannya!"

Aku mengedikkan bahu. "Yang punya resep siapa?"

"Nenek buyut gue."

"Kalau gitu biarin nenek buyut lo yang tanggung jawab."

Sisi memberengut, aku tertawa kecil.

"Tapi gue beneran nggak yakin nih, Si," kataku serius. "Logika gue masih nggak bisa terima. Mana ada ramuan yang bikin orang jatuh cinta? Lagian ... iyuh! Pake rambut-rambut segala. Jorok!"

Sebenarnya aku sedang mengatakan kepada diriku sendiri bahwa aku nggak mau bertanggung jawab jika ramuan ini nantinya menimbulkan kekacauan. Salahkan saja Sisi dan nenek buyutnya yang menggagas ramuan gila ini. Ya, ya. Aku tahu, aku hanya sedang menyangkal perasaanku. Aku memang penasaran akut kepada Dhira, tetapi nggak seharusnya aku memberinya ramuan cinta, kan? Oke, tenang, tenang. Aku menarik napas panjang.

"Selow, Cit. Kita coba aja dulu. Kalau nggak berhasil, ya, nggak apa-apa. Yang penting, kan, udah dicoba." 

Aku diam saja.

"Kita bikin dua," kata Sisi sambil menyerahkan sebuah gelas kimia padaku.

"Tapi—"

"Kalau nggak mau ngasih ke Dhira, tinggal lo buang aja, kan?" potong Sisi.

Under Your Spell - TEASER ONLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang