Bukan perihal beda agama apa lagi restu orang tua. Melainkan tingginya tembok persahabatan yang sulit untuk ditembus.
-Silka Belva Asteria.༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Sinar pagi menembus masuk ke dalam kamar melalui celah cendela menyentuh langsung ke area mata yang masih tertutup.
Tidak, bukan itu yang menggangu tidurnya melainkan sebuah tangan nakal yang bermain-main di wajahnya. Sungguh menyebalkan."Lucu," puji Salka melihat Silka yang tengah menggeliat. Menggangu Silka adalah hobi Salka jika kalian ingin tahu.
Gadis bermanik hitam pekat itu masih tak bangun meski sudah diganggu beberapa menit lamanya.
Silka si tukang tidur dan Salka sangat tahu itu.
"Dasar kebo!" seru Salka mencubit gemas hidung mancung Silka membuat sang pemiliknya refleks terbangun dan mengatur kesakitan.
"Alka! Sakit tau!" Ia meringis sebaliknya sembari mengusap hidung mancung miliknya yang sudah berubah merah.
Gemas. Kata itu sangat cocok menggambarkan seorang Silka saat ini.
Silka Belva Asteria. Gadis berusia 17 tahun dengan kepribadian ceria. Senyumnya bagaikan bir yang membuat candu bagi siapa pun manusia yang melihat. Manik hitam pekat, bulu mata lentik, dan tahi lalat di sudut bibir kiri. Silka Asteria dengan segala keindahannya.
"Lucu banget sih sahabat gue." Seperti biasa Salka mengacak-acak rambut Silka, kemudian merapikannya kembali, lalu meniup poni gadis itu adalah kebiasaan konyolnya.
"Nyebelin kamu!"
Pria bermata hazel itu tersenyum tipis. Senyum manisnya menular membuat gadis di depan juga ikut membentuk lekungan bulan sabit.
"Mandi, Sil abis itu buatin gue sarapan kayak biasa, ya," mintanya dengan cengiran khas seorang Salka.
Salka Zio Bratendzi. Sahabat Silka yang paling tampan. Jelas, karena hanya Salka pria yang mau bersahabat dengannya. Sifat manja dan menyebalkan cowok itu menjadi warna-warna yang menghiasi hidup Silka. Selalu menjaga dan melindungi Silka adalah janjinya pada diri sendiri. Selalu menyayangi Silka itu pasti. Katanya.
"Kebiasaan."
"Kan, memang biasanya begini, Sil. Gue cuman mau sarapan pagi sama omlet buatan lo," lanjut Salka langsung menarik sang sahabat menuju kamar mandi. "Mau gue mandiin?" tanyanya berpura-pura polos setelah sampai di depan kamar mandi.
Alis tebal Salka naik turun bak buaya gatal minta disikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart, Sasil
Teen FictionBukan tentang cinta beda agama apa lagi melawan restu orang tua. Melainkan tentang tingginya tembok persahabatan yang sulit untuk ditembus. Merubah status sahabat menjadi kekasih, bukan satu hal mudah dan terdengar tidak mungkin. ✧༺༻✧ "Kenapa enggak...