2. Steal Attention

0 0 0
                                    

Pagi hari ini sekolah di hebohkan dengam desas-desus 2 guru yang terkenal galak di pecat. Yaitu bu Ijem dan yang kemarin berkelahi dengan Raiden.

"Gila sih udah tau jangan macem-macem. Malah macem-macem mulu kerjaannya," gerutu Farez sambil menyuapi pacarnya makan. "Aaa lagi sayang. Biar cepet gede makanya yang bener."

Adit hanya meliriknya malas. "BTW Raiden mane sih. Tumben gak nongol pagi ini. Ikutan kelas kali ya?"

Tak lama kemudian bel berbunyi. Kantin mulai penuh. Dan yang mereka bicarakan datang dengan lesu tak bersemangat.

"Kenapa, Den?"

Raiden duduk di pinggir meja. "Kayaknya Neska marah besar sama gua."

"Lu apain anak orang anjir? Sampe dia marah," sentak Adit.

Farez meletakkan mangkuk di atas meja. "Sayang pindah yuk disini panas banyak setaknya."

"Idih sono lu pindah yang jauh hush zina aja bangga," usir Adit.

"Diem jomblo."

Adit mengunyah roti dan menatap Raiden. "Sini bro cerita ngapa. Lu apain Neska sampe marah. Dia biasanya jarang marah lama-lama."

"Bang minta duit. Duit gue abis hehe," kata seorang cewek tak lain adiknya Adit, Marsha.

Adit merogoh sakunya tanpa mengomel. "Noh jangan minta lagi." Adiknya langsung pergi tanpa berterima kasih.

"Eh lu temennya Neska, kan?" Adit mencegat langkah Sheryl. Dia mengangguk. "Dia masuk, gak?"

"Engga katanya ada acara keluarga."

Adit pun memperbolehkannya pergi. "Udah gausah di pikirin. Lu suka ya sama dia?"

Raiden terlonjak kaget. "Hah? Kagak anjir ngarang lu. Udah ah cariin yang namanya Shinta sebelas TB. Ntar gua traktir."

"Hadeh nyusahin aja lo bangke, kalo cantik lo yang lanjutin. Kalo jelek harus gue yang ngurusin ah apes," gerutu Adit langsung di laksanakan.

Tanpa sadar, Adit sudah pergi. Raiden duduk memakan sukro. Memikirkan apa yang terjadi sengan Aneska. Ia ingin mencari tahu tentangnya lebih jauh lagi. "Eh gue baru sadar harusnya kemarin dia pake baju ciri khas tapi kenapa dia pake baku putih abu?"

•••

Aneska duduk melamun di sudut kamarnya. Belum makan ataupun mandi. Luka kemarin sore sudah mengering. Walau sisa darahnya nempel di baju yang di kenakan. Kepalanya terasa mau pecah. Memikirkan reputasi ayahnya jika ia berhenti sekolah. Padahal abangnya juga kerja.

Gadis itu merubah posisi. Malas. Tidak bergairah. Dan rasanya ingin mengakhiri hidup.

Sebelum lulus SMP ia sudah di peringati tidak usah lanjut sekolah oleh ayahnya. Tapi ia memaksa ingin tetap menyelesaikan apapun yang terjadi. Yang ternyata ia berhasil melewati tantangan itu, tapi ternyata tidak mudah menaklukan hari-hari yang cukul berat. Apalagi di kalangan kaum elite serba berduit.

"De soal lunasim administrasi di sekolah jangan di pikirin terus. Doa aja semoga ada rezekinya."

"Iya."

Setelah itu senyap. Aneska membuka ponsel dan mencari lowongan pekerjaan. Tapi belum ada yang menawarinya. Hingga akhirnya membuang postingan bertuliskan 'info loker'.

•••

"Mph argh! Oh shit ahh. Lagi arghhhhhh."

"Kak lagi ngapain sih di dalem? Mandi kok lama amat!" Elika mengedor-gedor pintu toiler. "Buruan kita udah nunggu. Katanya mau jalan, kan? Atau tinggal aja nih."

Twice LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang