Jenuh, Aneska duduk melamun di pelaminan. Tak suka dengan suasana ini. Orang tuanya juga meninggalkannya begitu saja. Mungkin karna kecewa. Terlebih sudah mau sore. Tapi tamu terus saja berdatangan membuatnya bosan.
Elika sejak tadi asik berfoto-foto. Mencicipi makanan yang tersedia. "Bu, kakak ga salah pilih sih. Ceweknya cantik lah segitumah."
"Kayaknya pemalu."
"Tapi kalo sama Raiden kayaknya gatau malu. Sampe ngisi duluan. Waduh parah."
"Hush jangan gitu. Sekarang dia kakak kamu. Kamu bisa bestian sama dia."
Berkali-kali Aneska menguap. Ia juga tidak lapar. Hanya pegal. Mukanya pasti sudah kusut. Kepalanya pusing memakai hijab yang di lilit membuatnya merasa di cekik.
Reputasi yang ia jaga selama ini hancur begitu saja. Bukan hanya menghancurkan martabat dan kehormatannya tapi juga orang tua dan keluarganya. Apalagi dengan bangganya melangsungkan pernikahan terang-terangan dengan alasan yang memalukan.
Puluhan kali Raiden sudah menawarkan makanan untuk Aneska. Tapi sama sekali tidak di gubris. Dia malah terus membisu di tempat. Hingga akhirnya ia naik ke atas panggung. Mengambil mik dan memberikan penguguman.
Bilqis, Killa dan Aqella. Hanya mereka yang tersisa. Dengan beberapa teman dekat Raiden yang ingin menghadiri acara sampai selesai. Ah ralat, maksudnya bolos sekolah. Mereka langsung mengalihkan pandangan ke panggung. "Weh apa nih?"
Raiden melirik Aneska. Tapi dia tidak meliriknya sama sekali. Masih terlihat sedih. Membuatnya tak tahan. "Saya Raiden, saya ingin meluruskan simpang siur yang menjadi bahan perbincangan saya dan istri saya. Sebenarnya kami menikah karna saya mencintainya. Bukan karna dia telah hamil duluan. Dia masih suci. Saya belum pernah menyentuhnya sama sekali. Kita baru kenal beberala hari yang lalu. Tapi saya begitu ingin menua bersamanya. Jadi tolong semuanya berhenti membicarakannya. Atau saya akan tuntut kalian. Untuk yang sebelumnya telah saya maafkan. Tapi jika terus menerus, kalian akan berurusan dengan hukum. Yang jelas pernikahan ini murni terjadi karna keinginan saya. Saya begitu mencintai Aneska. Dia gadis yang baik. Saya berkata jujur. Dia begitu mulia. Hingga saya ingin memilikinya-- jadi saya terpaksa berbohong kalau Aneska sedang hamil anak saya. Agar kami bisa secepatnya menikah."
Bibir Bilqis dan Aqella mengerucut. "Ja-jadi gitu? Ah anjir nekat banget."
Nekat. Aneska dan Raiden memang pasangan yang nekat. Aneska selalu nekat menghalalkan segala cara agar bisa bebas dari Raiden, walaupun nyawanya terancam. Begitulula sebaliknya. Raiden begitu nekat. Apapun ia lakukan untuk bisa memiliki Aneska. Termasuk menyatakan kebohongan.
"Nes, gue udah turutin apa yang lo mau. Sekarang lo makan ya?" Raiden berusaha membujuk. "Ayo, Nes. Kalo lo gamau makan pas di suruh sama gue gapapa. Setidaknya lo mau makan buat diri lo."
"Biarin. Biar gue sakit sekalian."Aneska masih cemberut. "Apa pedulinya lo sama gue."
Raiden menghela nafas dan jongkok di sebelahnya. Mencoba kontak mata. "Sayang maafin aku ya? Nanti kalo kamu sakit aku ga tega liatnya. Atau mau aku suapin?"
Aneska langsung berjalan menggunakan gaun. Mengambil sedikit makanan. Lalu duduk dan makan tanpa selera. Rasaya hambar. Raiden datang, menawarkan banyal hal.
"Mau aku beliin makanan lain? Apapun yang kamu minta bakalan ada di hadapan kamu. Asalkan kamu mau makan ya?" Entah kenapa Raiden bisa selembut ini. "Kalo kamu ga makan, aku juga," katanya lalu pergi.
"Bodo amat." Aneska meninggalkan makanannya. Lalu menyendiri. Sambil menatap room chat dengan lelaki bernama Hans. "Boleh gasi gue kangen sama kamu? Kamu kemana kok gak bales chat aku setelah aku jujur kalo aku mau nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice Love
Teen FictionAneska Zahira Meishakila. Tidak banyak yang mengenalnya di sekolah. Semuanya hanya sekedar cukup tahu. Bahwa dia pernah dekat dengan salah satu teman seangkatannya yang most wanted. Dia hanya gadis yang tertutup di sekolah. Jarang berbaur tapi tutur...