Aneska mendudukan bokongnya di atas kursi kayu yang panjang. Ia menangis tersedu-sedu tanpa alasan yang jelas.
"Heh lo kenapa? Siapa yang bikin lo kayak gini?" Nara mengguncang bahu Aneska. "Ngomong, Nes. Jangan diem aja. Biar gue hajar dia!"
Tidak menjawab. Aneska menghapus air matanya karna malu. Lalu berubah tertawa. Sebagai alibinya ia mengatakan, "Apasi aku lagi latihan drama. Gimana? Bagus gak?"
"Halah sok latihan drama. Hidup lu aka udah drama banget." Dahi Nara mengkerut bingung. Ia mengecek suhi Aneska. Cukup anget. "Nes? Lu gak gila kan."
"Engga kok. Cuman hampir aja."
Nara mengangguk cepat lalu duduk di samping Aneska. "Gue rasa lo nangis beneran. Bukan karna latihan drama teater. Lo ada masalah?"
Sekuat mungkin Aneska menutupinya dengan baik tapi tetap saja ia tak pandai berbohong. "Gapapa."
"Btw seriusan lo jadi ceweknya kak Raiden?" Nara antusias untuk mendapatkan jawabannya. "Nes? Nes? Nes? Anjay, Nesot."
Aneska terkekeh dan menggeleng. "Bukan kok tenang aja. Yakali aku sama dia. Hhh mana mungkin. Kita kan yang ga pernah tertarik sama dia."
"Iya juga sih tapi kenapa dia bikin pengumuman kalo lo jadi ceweknya?" Nara terus menatap Aneska. "Lo jangan pernah mau. Dia banyak ceweknya."
"Kata siapa!"
Gawat. Raiden ternyata mendengar percakapan mereka. "Gue ga punya cewe lain selain lo. Terserah lo mau percaya atau engga. Yang jelas itu kenyatannya."
"Heh gausah percaya sama mulut manis buaya darat. Dia nyungur doang. Tanpa aksi." Nara menatapnya sengit. "Apa mau adu jotos sama gue?"
Raiden berdecak kesal. "Neska sayang nanti malem jalan kuy."
"Pergi gak lo!" usir Nara kepada Raiden. "Atau lo gak akan pernah gue biarin ketemu lagi sama, Neska?"
Aneska hanya menatap datar cowok itu. Lalu menarik Nara pergi. Untuk menceritakan apa yang terjadi.
"W-what? Dia bayarin biaya sekolah lo sampe semuanya lunas?" Nara menutup mulut tak percaya. "Tapi yaudahlah lo terima aja. Anggel rezeki nomplok. Ya walaupun lewat manusia bajingan itu."
"Tapi bagaimanapun juga gue harus ganti dengan uang lagi."
Nara terkekeh. "Semangat. Jangan sampe lo nyerah di bawah tekanan dia. Dan milih banting harga," katanya sambil menepuk lengan atas Aneska kemudian pergi.
"Maksutnya?" Nara pergi meninggalkan banyak pertanyaan. "Jangan bilang aku ga bisa lunasin utang aku?"
•••
Sepulang sekolah, Raiden di hadang anak kelas sebelah. Hanya karna kasus ceweknya menyimpan nomor Raiden. Selalu memantai storynya.
Raiden mengusap rahangnya. Tersenyum meremehkan. "Ck, makanya modal dikit kalo punya cewek."
"Berisik lu anjing sasimo tai!" Cowok berambut ikal yang merupakan lawan berkelahinya itu melayangkan sebuah tendangan.
Raiden menangkisnya lalu menarik kaki itu dan menendang lutut satunya lagi hingga ia tumbang. Kemudian mengangkat sebelah kaki cowok itu dan menariknya ke samping hingga menjadi ngangkang. Kaki satunya lagi ia injak sekuat mungkin. "Gua masih kasih lo kesempatan idup. Atau sekarang burung lo mau gue pecahin?"
"Argh ampun!"
"Masih mau lagi ngatain gua sasimo?" Raiden meludah di samping cowok itu. "Tuh cewek lu yang sasimo!"
"Lu juga genit anjing!"
Saat itu juga Raiden menjatuhkan kakinya. Dan menginjak perutnya. "Bacot."
Setelahnya Raiden mengambil kembali tasnya. Lalu melangkah pergi setelah mengemut sebatang loli. Mengendarai mobilnya di atas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice Love
Ficção AdolescenteAneska Zahira Meishakila. Tidak banyak yang mengenalnya di sekolah. Semuanya hanya sekedar cukup tahu. Bahwa dia pernah dekat dengan salah satu teman seangkatannya yang most wanted. Dia hanya gadis yang tertutup di sekolah. Jarang berbaur tapi tutur...