Chapter 11

544 48 0
                                    

Ruangan dengan nuansa warna coklat dan khaki itu terlihat lebih tenang dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ruangan dengan nuansa warna coklat dan khaki itu terlihat lebih tenang dari biasanya. Kursi kerja berwarna coklat gelap itu kosong, di atas meja masih ada laptop yang masih menyala, asbak dengan beberapa puntung rokok juga botol soju dengan tutup yang sudah terbuka. Di samping jendela dengan ukuran besar, dengan tirai yang tersingkap, terdapat pintu berwarna khaki, pintu itu sedikit terbuka hingga cahaya matahari sedikit masuk melalui celahnya. Sang pemilik ruangan berada di luar sana, tengah berdiri dengan dua tangan yang menekuk bertumpu pinggiran balkon. Semilir angin membuat helaian rambut pendeknya tersingkap, namun wajahnya yang dingin dengan sorot matanya yang tajam tetap menatap jauh ke depan.

Dia menghela nafasnya, lalu pandangannya menerawang, menatap langit biru cerah dengan matanya yang sedikit memicing. Bibirnya yang berwarna pink alami terkatup. Kedua tangannya perlahan turun dari sandaran balkon, lalu beralih masuk ke saku celana chinosnya yang berwarna biru gelap. Dia masih terdiam, dengan suasana yang sepi. Hingga suara langkah kaki membuatnya menoleh ke sebelah kanannya.

"Boby...." itu suara Shania. Wanita itu tersenyum, rambutnya yang berwarna brown tergerai indah. Dia berjalan dan mendekat ke arah Boby.

Boby tersenyum, sementara Shania mendekat ke arahnya dan berdiri tepat di samping Boby. Shania menatap ke depan, dimana pemandangan indah dengan langit yang cerah terhampar memanjakan mata. Kedua tangannya mencengkram pembatas balkon, rambutnya yang terurai indah di terpa angin. Boby sempat mencium aroma green tea saat semilir angin itu menerpa rambut Shania.

"Kenapa tidak bilang jika ingin kesini?" tanya Boby. Lalu menatap ke depan setelah memperhatikan wajah Shania dari samping. Harus Boby akui jika Shania adalah wanita yang cantik, bahkan sebenarnya Boby selalu suka ketika mendengar Shania berbicara, entah kenapa suara wanita itu terdengar sangat indah masuk ke telinga Boby.

"Bukankah kau mengabaikan pesanku??" jawab Shania, lalu tersenyum tipis.

Bibir Boby kembali terkatup. Suasana sepi dan hening menyelimuti keduanya. Baik Boby maupun Shania seperti sengaja ingin menikmati hari ini dengan melihat pemandangan yang terhampar di depan mata mereka. Beberapa menit mereka saling diam, larut dalam pikiran masing-masing.

"Mau secangkir teh??" tawar Boby, masih dengan wajahnya yang di setting sedingin mungkin.

"Kau yang akan membuatkannya?" Shania tersenyum, jujur saja senyuman itu terlihat sangat manis di mata Boby. Oh tunggu! Apa laki-laki seperti kulkas berjalan bernama Boby Chaesara itu sudah mulai menyukai Shania Junianatha?

Boby menaikkan satu alisnya, dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya.

"Kau mengejekku???" raut wajah Boby semakin datar.

"Boby..."  nada panggilan yang entah sejak kapan selalu membuat Boby merasa di sayangi. Shania bukanlah orang baru bagi keluarga Tuan Devan, kedua keluarga itu sudah berteman lama. Tuan Devan memang bersahabat dengan ayah Shania. Faris Junianatha.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang