Rumah pengungsian

10 3 12
                                    

Sinar terik matahari menerangi wajah laki - laki yang terbaring dengan wajah pucat di dalam rumah.

Angin luar menghembus rambut coklat laki laki bernama Akito itu.

Setelah tragedi malam itu menimbulkan kesedihan terberat wilayah Yugen. Dan membuat wilayah Yugen tak berpimpinan sehingga di ambil alih oleh wilayah tetangga.

Kelopat mata Akito perlahan bergerak matanya mulai mencoba melihat sekitar dengan suara dengung di telinganya.

" Akito ? " Suara lembut seseorang dari samping Akito yang ternyata Zey.

Akito perlahan memandang wajah cemas anak laki - laki berambut pirang itu Zey.

" Zey ? " Suara yang lemah dengan matanya yang bersinar diterangi kialauan sinar matahari.

Zey yang menyadari itu segera mencoba menghalangi sinar itu dengan kedua tangannya yang mungil agar tidak menyakiti mata temannya Akito itu.

" Kau ini membuatku cemas setengah mati tau !? syukurlah kau selamat " Ucap Zey dengan wajah cemberutnya.

Akito terus memandang wajah cemberut temannya kemudian tangan Akito bergerak mencoba meraih tangan Zey yang menghalangi sinar terik matahari.

" Eheheh " Tawa kecil dengan senyum tipis namun terasa sangat manis Akito melihat Zey cemberut.

" Hey !! Jangan mengejek ku ! " Jawab Zey dengan wajahnya yang semakin cemeberut sehingga malah terlihat lucu.

" Sudahlah, tapi.... kita dimana? lalu... bagaimana dengan Raja ? Suara Akito semakin sendu ketika menyebut kata - kata " Raja "  itu.

Zey mendengar suara Akito yang sendu itu menggeleng kepala nya.

" Kita di wilayah Koka kalo raja....t-tewas " Gugup suara Zey mengatakan kematian sang raja Yugen.

Mata Akito yang lemah seketika berubah menjadi mata bulat yang terkejut dengan bibirnya gemetar.

Tangannya mengenggam keras seakan kesal dan sedih menghantam hatinya.

" K-kapan p-pemakamannya? " Suara gemetar Akito terdengar pilu.

" Baru saja selesai tepat sebelum kau bangun " Zey mengalih pandangannya lalu mengambil obat Akito di luar ruangan kamar Akito.

Akito terdiam mencoba bangun dari tidurnya. Kepalanya menunduk tapi bajunya basah karna air matanya yang deras mengalir jatuh di bajunya .

Wajah anak laki - laki berambut coklat itu penuh kesedihan yang menyerbu dirinya.

Berkali kali tangan mungil lemas itu mengelap matanya yang terus berair tanpa henti.

" K-kenapa s-seka-rang ? A-a-ayah ?? " Suara gemetar pelan namub penuh pilu itu terucap oleh Akito.

Teringat sekilas wajah ayahnya di benak nya Akito serta suara ayahnya yang terus terdengar berulang di telinganya.

" Akito ? " Zey melihat Akito yang menangis di atas kasur itu.

Akito menggeleng - geleng kepalanya dengan tangannya terus mengusap matanya agar berhenti menangis.

" Sudah sudah jangan menangis lagi " Zey memeluk Akito yang menangis di kala itu.

Setelah Akito mencoba berhenti menangis dan meminum obat yang dibawa oleh Zey menoleh ke arah jendela di ruangan itu.

" Di mana pemakaman itu? " Akito bertanya kepada Zey.

Zey melihat ke arah jendela lalu mengatakan...

" Di pemakaman Wilayah Yugen tepatnya pemakaman bangsawan Yugen " Zey menghela nafas teringat kejadian menakutkan tadi malam.

LIGHT OF HOPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang