Kepingan kebenaran

9 2 0
                                    

Akito segera bersiap - siap untuk melakukan latihan pedang dengan ayahnya di ruang latihan khusus untuk Akito di kerajaan.

Sambil berlari menuju ke ruang istana agar ia tidak terlambat dan tidak di curigai ayahnya karna keluar dari kerajaan.

"Huh...Syukurlah ayah belum tiba..Tapi aneh seharusnya aku sekarang sudah mati di sana, tapi kenapa aku selamat dan lukanya?.."  Akito sungguh penasaran apa yang terjadi pada dirinya di sela - sela menunggu ayahnya.

Tiba - tiba seseorang mangajukan pedang di depan Akito tepat dituju pada bagian perut Akito yang sedang lengah.

Akito yang sedang lengah tiba tiba mengalami sesak nafas dan seakan akan ingatannya terus memaksa memutar kejadian ketika ia tertusuk pedang di hutan pada malam itu. Dan perasaan yang ia rasakan ketika tertusuk pedang seakan - akan kembali terasa.

"AGHAAAAAAAA!!!!!! " Akito berteriak histeris memegang perutnya serta mukanya yang pucat.

" Akito!! "Samurai kerajaan yang melihat Akito teriak histeris segera membuang pedangnya.

"Sakit!....Sakit!...hentikan!...AAAA!!! " Akito yang langsung berlari keluar dari ruang latihan sambil memegang perutnya dan berniat menuju ke ayahnya.

Namun di saat ia semakin bersuara rasa sakitnya seakan akan semakin bertambah berkali-kali lipat. Karna tak bisa lagi menahan rasa sakit yang terus bertambah...

/BRAKKK!!

Akito jatuh pingsan tepat di depan kamar ayahnya sebelum sempat untuk membuka pintu kamar ayahnya.

" AKITO! " Teriak samurai kerajaan yang melihat Akito jatuh pingsan.

Para samurai kerajaan segera membawa Akito ke ruang kamar Akito dan memanggil pengobat untuk memeriksa keadaan Akito serta memanggil ayahnya Akito.

" Dia baik - baik saja, tapi sepertinya Akito mengalami trauma pada ingatannya " Ucap pengobat setelah memeriksa keadaan Akito.

" Tidak kusangka dia akan membantah perintahku. Ketika Akito sudah sadar segera perintahkan dia ke ruang latihan " Ayah Akito menjawab perkataan pengobat sambil menatap Akito yang masih terbaring di kasur kamarnya.

Para samurai kerajaan mendengar perkataan pimpinan nya Hoshi Jyu berkata begitu tak bisa berkata kata.

Beberapa jam telah berlalu...
Hampir sekitar 4 jam Akito tak sadarkan diri akhirnya terbangun. Pengawal yang menemani Akito segera memberitahukan kepada Akito...

" Akito, ayah mu ingin kamu menghadapnya di ruang latihan " Ucap samurai kepada Akito yang baru sadar itu.

Akito segera berjalan menuju ke ayahnya walaupun masih keadaan pucat dengan harapan ingin menceritakan apa yang ia rasakan dan mempertanyakan apa yang dia alami.

Setelah Akito tiba di ruang latihan.

"Ayah-" Tiba - tiba perkataan Akito di potong ayahnya.

"Akito kau sudah keluar dari kerajaan secara diam diam bukan?" Ayah Akito bertanya kepada Akito.

Mendengar hal itu sontak membuat Akito terkejut.

"Maaf ayah.." Akito membungkuk kepada ayahnya dengan muka yang menyesal.

" Apa ayah pernah mengajarkan kebohongan kepadamu Akito " Ucap ayah Akito mengahadap ke arah jendela.

Di saat itu Akito tidak bisa berkata kata dan hanya terdiam dengan tubuhnya yang masih membungkuk kepada ayahnya.

" Akito siapa yang telah melihat wajahmu? dan siapa yang menyerangmu? " Tanya ayah Akito menatap Akito yang membungkuk.

" Pengintai wilayah Juza, ayah " Jawab Akito dengan perasaan takut.

Sejenak Ayah Akito terdiam sambil menatap anaknya yang masih membungkuk.

" Akito tepat tadi malam kau memasuki 12 tahun bukan? Kurasa kau sudah pantas untuk mengetahui hal ini " Ucap ayah Akito sambil melihat Akito yang membungkuk di depannya.

" Akito kau sebenarnya bukan manusia, tapi campuran manusia dan rubah, Ibumu sebenarnya bukan manusia biasa tapi dia seorang manusia rubah " Ucap ayah Akito sambil mengelus kepala Akito yang kembali berdiri tegak dari bungkuknya.

" A-ayah itu bukan lelucon yang bagus..." Ucap Akito melihat ayahnya yang terdiam memandang dirinya.

Ayah Akito tidak sama sekali menjawab Akito.

" A-ayah...Ja-jadi itu alasannya selama ini ayah melarangku untuk memberitahukan kalau ayah dan ibu itu orang tua ku? Jawab ayah!? " Akito yang sangat terkejut atas pernyataan ayahnya dengan posisi tubuhnya yang gemetar.

" Itu benar " Jawab ayah Akito sambil memandang anaknya yang gemetar.

" Apa apaan ini mana ada manusia seperti diriku..Apalagi ini.." Ucap Akito di dalam hatinya dengan air matanya yang terasa menetes.

Itu pertama kalinya Akito menangis di depan ayahnya selama hidup Akito di saat ini.

Akito terduduk di depan ayahnya, air matanya terus menetes dengan tubuhnya yang gemetar.

" A-ayah apa alasanmu melarangku keluar dari kerajaan ini? " Tanya Akito menatap ayahnya.

" Akito jika orang lain mengetahui kebenaran sosok dirimu kau akan menjadi incaran dari seluruh wilayah dan kau akan dibunuh, Karna manusia rubah adalah ancaman kehidupan manusia. Meski sekarang di kabarkan manusia rubah sudah punah tapi sebenarnya masih tersisa beberapa manusia rubah yang tersebar di berbagai wilayah dan salah satunya kau, Akito. Ayah tidak Ingin kau dalam bahaya hanya kau yang ayah punya setelah ibumu meninggal " Ucap ayah Akito sambil memegang bahu Akito dengan wajah ayahnya yang tampak sedih.

Akito hanya bisa terdiam dari duduknya yang tidak lama terbaring di lantai dengan wajahnya yang tampak terkejut atas kebenaran dirinya. Pada hari itu adalah hari ulang tahunnya Akito ke-12 tahun, namun di saat itu juga ia mendapat kebenaran yang menyakitkan atas dirinya.

" Bagaimana bisa aku harus hidup dengan sosok manusia setengah rubah ini ayah? " Ucap Akito kepada ayahnya dengan nada tinggi.

" Dan bagaimana dengan penyebab kematian ibu? " Tanya Akito dengan nada rendah kepada ayahnya.

" Akito, ayah tidak bisa memberitahukan kepadamu semuanya tentang ibumu yang pastinya, ibumu di bunuh tepat setelah melahirkan mu " Jawab ayah Akito keluar dari ruangan latihan dan meninggalkan Akito sendiri.

Akito terdiam di dalam ruangan dengan posisi yang terbaring dengan perasaannya yang kacau dan hatinya yang penuh dengan pertanyaan. Ia begitu tak mengerti apa yang terjadi bahkan ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Hingga ia merasa takut dengan dirinya sendiri.

Akito terus terbaring dengan wajahnya yang suram, semuanya begitu rumit di pemikiran nya yang masih belum luas.


Next story......

LIGHT OF HOPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang