03

206 19 8
                                    

"LOH NGAPAIN ENTE PELUK-PELUK ANE!!?" Teriak Atma ngeri karena pria tak dikenal dan mencurigakan itu justru memeluknya.

"Hmm... sebentar.." Gumaman tak jelas pria itu membuat Atma yang tadinya takut entah kenapa tiba-tiba menjadi begitu kesal.

"Ugh, om, mas, apa bang? Ah seterah bodo, kaga tau gue kudu manggil gimana! Lepasin bangke! Bukan muhrim woi!" Pintanya kepada pria itu, dengan sedikit usaha menggunakan tenaga tubuhnya, Atma mencoba melepaskan pelukan pria itu. Namun na'as, pria itu justru mengeratkan pelukannya, membuat Atma sedikit merasa sesak ketika wajahnya tenggelam kedalam dada yang lumayan berotot itu.

Atma dengan sekuat tenaga memberontak, membuat pria itu melonggarkan sedikit pelukannya, Atma kira pria yang memeluknya itu berniat untuk melepaskan dirinya. Namun perkiraannya salah, pria itu justru membungkuk untuk menyandarkan kepalanya ke pundak Atma dengan tangan yang masih melingkari pinggang Atma erat, membuat Atma lebih sulit melepaskan pelukan sepihak itu.

Atma benar-benar terkurung sekarang. Sungguh nasib sial.

Lalu.. bau alkohol dari pria itu sungguh mengganggu hidung sensitif Atma. Sudah jelas apa artinya, pria itu tengah mabuk.

Pantas saja bertindak gila, pemabuk memang selalu bertindak di luar nalar.

"..." Tiba-tiba Atma terdiam. Bukan karena pasrah, kali ini ada yang aneh dengan bajunya, ada sesuatu yang dingin menembus bajunya hingga menyentuh kulit pundaknya.. sesuatu yang cair. Ia tidak bisa menengok untuk sekedar melihat, lalu meraba pundaknya sendiri yang menjadi sandaran pria asing gila itu.

Dan Atma mendapati bahwa bajunya basah. "Oh palingan ngiler.. kan lagi teler." Ujarnya santai.

"..." Hening.

"HEH KAMPRET!" Bentaknya.

Belum sehari Atma berada di masa yang berbeda atau mungkin mimpi sial ini. Ia sudah ditimpa kesialan yang amat sangat sial.

"Edan edan!!" Atma meronta-ronta lebih brutal, tidak lupa menghujani pria itu dengan sumpah serapah. Dan sialnya pria itu masih tidak bergeming juga, masih memeluknya sangat erat.

Kakinya yang baru saja diobati sekarang kembali berdenyut-denyut karena ia berdiri terlalu lama. Kampret memang, menyesal kenapa ia tadi tidak langsung beristirahat saja dan sekarang malah mengalami hal menyebalkan seperti ini.

"Ada apa nona Atma?! Kenapa berteriak? Apa yang sedang terjadi?!" Seru dari kejauhan wanita paruh baya-nenek Jumi-yang terdengar sangat panik. Membuat atensi Atma beralih ke sumber suara yang dikenalnya.

"Mampus, gue aduin nenek Jumi lo om!" desisnya.

"NEK INI ADA YANG MAU PERKAOS ATMA! TOLONGIN HUEE!!" Teriaknya histeris.

Karena rumahnya tidak menggunakan lampu listrik, nenek Jumi tentunya tidak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi kepada Atma dari kejauhan, karena itulah ia begitu panik. Takut sesuatu terjadi kepada Atma. Ia berjalan dengan begitu tergesa-gesa menuju Atma yang berada di ruang tamu, lari pun nenek Jumi sudah tidak sanggup dikarenakan faktor umur.

Melihat Atma yang berada di depan pintu rumah dan bukannya di ruang tamu, ia semakin panik. Nenek Jumi segera mendekat. Ia belum menyadari kehadiran lain selain Atma karena terhalang oleh tubuh Atma juga rasa panik yang sedang melandanya.

"Nona ada apa?! Kenapa berada didepan pintu, apa yang sedang terjadi?!" Tanyanya lagi memastikan apakah terjadi sesuatu yang membuatnya berteriak begitu keras.

Saat nenek Jumi sudah berada di samping Atma. Ia terkejut, melihat adanya kehadiran lain yang baru disadarinya.

"Loh.. meneer!?" Serunya. Lagi-lagi ia dibuat terkejut saat melihat kehadiran lain itu ternyata adalah seseorang yang tidak asing dimatanya, dan sangat dikenal baik olehnya.

Bloemen En Bijen BataviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang