✦ lembar kesepuluh.

1.5K 181 52
                                    

Tiap detik berlalu, Seishirou terus berharap jika semua ini sekadar mimpi buruk dan hanya fragmen dari bayangan semu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiap detik berlalu, Seishirou terus berharap jika semua ini sekadar mimpi buruk dan hanya fragmen dari bayangan semu. Rintik hujan yang membasahi daksa tatkala bersimpuh di hadapan nisan bertuliskan nama sang pujaan jelaslah membuatnya semakin terisak pilu, merutuki diri sendiri sebab untuk menjadi pelindung di napas terakhirnya saja ia jelas tidak mampu.

Bumantara pun seakan menangisi takdir semesta yang begitu kejam ketika memisahkan keduanya, derai tirta dari mega berkilat redum bahkan terasa semakin deras mengguyur pemuda Nagi tetap memilih diam enggan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir wanita tercinta. Meratapi lakuna menganga sangat lebar pada rongga dada, Seishirou merasa jika separuh jiwanya terbawa pergi bersama sosok anindya yang setia mengisi singgasana begitu istimewa.

Terlebih, di pemakaman yang seharusnya dihadiri pihak keluarga atau rekan terdekat saja wanita itu masih tidak bisa mendapatkannya, lagi-lagi disebabkan ulah si bedebah berhasil meyakinkan seluruh pihak bahwa kematian ini atas pilihan [Name] sendiri sebagai bentuk penyesalan setelah dulu mengkhianati dengan tidur bersama banyak pria hingga menggugurkan kandungannya.

Pria lavender itu dengan berani melukis wajah sendu ketika tampil di depan media, memasang raut paling tersakiti seolah ialah korban utama dari kekasih yang begitu teganya mendua. Menangis dan berkata jika sebenarnya tak perlu sampai bunuh diri, karena Reo sudah memaafkan segala kesalahannya dengan sepenuh hati.

Aktingnya memang mengesankan.

Tetapi, bolehkah Seishirou memotong lidahnya saja agar keparat itu berhenti bicara omong kosong untuk kesekian kali?

Terlalu muak akan segala benawat yang ditunjukkan membuatnya sangat ingin membinasakan sosok dalang utama kehancuran, seribu sayang sistem kinerja otak selalu saja langsung mengingatkan setiap janji telah ia ucapkan pada [Name]; tak akan pernah mengulangi kesalahan sama apalagi menyakiti orang lain hanya demi hal semakin merugikan diri sendiri.

Apa pun sudah terjadi tidak akan bisa dikembalikan lagi, lantas, apa yang harus dilakukan oleh Seishirou untuk bisa membuktikan jika dirinya tak pernah main-main ketika mencintai?

Berhenti menahanku untuk mati.

Haruskah ia berusaha merelakan sang idaman untuk hidup di dalam dimensi yang jauh berbeda?

"Bahkan di saat terakhirmu mencoba meminta pertolongan, aku masih tidak bisa menjadi seorang pahlawan."

Seishirou menunduk, tubuhnya bergetar diikuti kedua tangan terulur untuk memeluk.

"Maaf ..."

Mendekap nisan begitu erat seakan yang berada dalam rengkuhan adalah [Name] seperti hari-hari biasanya, isak memilukan kembali lolos padahal sudah dua jam lamanya ia terus menangis tanpa jeda. Sesak terus melingkupi respirasi hingga ia kesulitan bernapas juga mengedepankan derana, nyatanya Seishirou tak akan sanggup memberi cahaya untuk sosok impian meski sudah mengerahkan seluruh kemampuan yang ada.

VENUS : Nagi Seishirou ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang