Ting!
Suara dentingan cukup nyaring yang diciptakan oleh benturan antara sendok dengan cangkir itu mengalihkan atensi meski hanya sesaat, namun Seishirou nampaknya berhasil membuyarkan seluruh lamunan [Name] sejak satu jam lalu dan tentu saja pemandangan tersebut membuat sang taruna merasakan sinyal bahaya sangat gawat.
Menyadari pandangan kosong bahkan berkedip hanya beberapa kali saja itu semua menjelaskan jika [Name] berada di ambang kesadaran, raga terduduk tetapi jiwa seakan terbang melayang demi mencari sebuah ketenangan.
Seishirou tahu sang pujaan inginkan sendiri, namun ia tak pernah izinkan satu detik pun penjagaan lalai bahkan rasanya semakin gila sebab hunian ini sudah diberi kamera pengintai demi mengawasi.
Terlalu dipenuhi gamang dalam rongga dada jelas membuat pemuda Nagi sebisa mungkin melakukan berbagai cara agar sosok pujaan tidak melamun atau melakukan hal nekat lainnya, lengah sedikit saja taruhan utama adalah hilangnya nyawa tanpa memikirkan bagaimana perasaannya. Entah kepala sengaja dibenturkan pada sudut meja berkali-kali atau bahkan usaha lain yang kerap dicoba guna mengakhiri hidup penuh belenggu gelap ini, [Name] terasa semakin sulit mengendalikan diri hingga terkadang obat atas resep Dokter pun tak ada efek berarti lagi.
Amukan juga tangis histeris itu lebih sering terdengar memilukan, tertidur pun ia selalu berkeringat dingin dan mengingau dengan bisik ketakutan.
Jika muak dengan takdir semesta menjadi kunci bagi daksa selalu tersudutkan oleh lara, maka satu kali saja perkenankan Seishirou mencurahkan nuraga 'tuk menghapus setiap goresan luka pada sosok candala namun ia inginkan tetap bersama.
Sayangnya, sang kirana masih saja menolak seluruh usaha dan semakin membangun tembok tinggi demi membatasi setiap interaksi dengannya. [Name] menolak keras eksistensi Seishirou, meski sudah jutaan kali diyakinkan tanpa henti bahwa tidak semua pria di muka bumi sama bajingannya seperti Reo.
"Teh hangat untukmu."
Netra tergulir pada cangkir lalu kembali menatap jendela seolah tidak ada yang lebih menarik dari pantulan dirinya sendiri di sana, terkesan memperhatikan apa yang terjadi di balik kaca kini menampilkan gerak mega juga burung terbang melewati cakrawala padahal [Name] hanya melamun dilengkapi sorot mata penuh kekosongan tanpa sebuah titik cahaya.
Menggantung aksara, meratap, tetapi penuh murka.
Semakin terikat temaram, gulita, terasa sangat sulit Seishirou genggam.
[Name] itu seperti bunga mawar merah, cantik dipandang namun duri mampu menusuk hingga mengalirkan darah.
"Perihal menikah. Aku serius."
Seishirou terduduk dengan rapi, pandangan terfokus pada si pemikat hati lalu mengulurkan kedua tangan dilengkapi kotak beludru yang berisikan cincin berkilau indah sekali.
"Bukan hanya dunia, tetapi jiwa raga pun akan kuberikan untukmu, [Name]."
Berpegang teguh akan seluruh keyakinan, tak mungkin luruh di antara gemerlap metafora bahkan hiperbola kian menguasai pemuda Nagi dalam lingkar kehidupan.
Keinginan untuk menjadikan [Name] sebagai permaisuri dan tetap menganut sistem monogami, Seishirou bukan sekadar janji tetapi ia sering kali memberikan bukti; langsung melamar meski jawaban terdengar menyakitkan pun ia tidak peduli.
"Aku menolak."
"Dan, aku memaksa."
"Kenapa?"
Tak jemu mengulangi, Seishirou kembali berkata pasti.
"Karena aku mencintaimu."
[Name] menoleh dan menatap lekat, iris berbeda warna saling bersirobok seolah tarik-menarik atas keyakinan dipegang oleh keduanya tak ada yang mau mengalah walau sesaat.
Seishirou yang bersikukuh inginkan [Name] menjadi pelengkap sedangkan [Name] bersikukuh inginkan Seishirou pergi jauh jangan lagi berharap, perang membisu dalam ruang hampa yang mengurung keduanya entah siapa lebih dulu akan kembali berucap.
"Tetapi, aku tidak."
Helaan napas terdengar berat, konstelasi rasa dalam dada bergumul menjadi satu dan kompak untuk menusuk kalbu hingga saliva mendadak tercekat.
"Berikan aku kesempatan."
"Bajingan tidak membutuhkan kesempatan."
"Aku akan menebus seluruh dosaku, untukmu."
"Kalau begitu, masuklah ke neraka."
Kotak beludru disimpan dengan apik, jemari Seishirou menyusur berusaha untuk menggenggam sang pujaan dan langsung ditepis dalam hitungan detik.
"Biarkan aku pergi."
"Tidak, [Name]."
"Aku bukan mainanmu."
"Hanya ini satu-satunya cara untuk memperbaiki kesalahanku."
"Memperbaiki?"
"Aku akan mengganti seluruh dukamu dengan bahagia dariku."
"Pathetic."
Iris kelabu menatap lirih, desiran darah mendadak naik hingga kepala terasa mendidih. Emosi kian memuncak sebab meyakinkan selama ribuan tahun pun pasti tidak ada gunanya, namun Seishirou sudah tak menemukan jalan terang lainnya; selain ingin membahagiakan [Name] dan menjadikan pasangan sehidup sematinya.
Seandainya ia memberi izin untuk [Name] pergi, sudah jelas di detik berikutnya akan langsung dihadapkan pada kenyataan pahit memilukan hati. Semua isi kepala selalu dipenuhi dengan berbagai percobaan bunuh diri, lantas apa bisa Seishirou percaya begitu saja tanpa merasa curiga setiap kali tak menemani?
Hanya demi memastikan [Name] masih bernapas pun Seishirou rela bekerja melalui sistem online dan berhenti menjadi pemain sepak bola, membatasi ruang lingkup bahkan enggan melangkah keluar karena tidak ingin meninggalkan apalagi membiarkan tanpa pengawasan nyata.
Meski afirmasi kerap diabaikan tak berniat sedikit saja memberi kesempatan, tetapi Seishirou akan tetap berusaha hingga sisa tenaga juga akhir hidup guna segala keyakinan yang ia perjuangkan. [Name] pasti akan luluh dan bisa membuka hati seiring berjalannya waktu, ini hanya tentang menunggu juga tingkat kesabaran jangan sampai terkikis oleh rasa jemu.
"Lalu, cara apa yang harus kulakukan untuk meyakinkanmu?"
"Berhenti menahanku."
"Menahanmu untuk tetap tinggal bersamaku?"
Gelengan menjadi jawaban, [Name] perlahan bangkit lalu melangkah pergi tanpa melirik Seishirou yang masih diam menunggu kepastian.
"Menahanku untuk mati."
Seishirou lantas mengepalkan kedua tangan hingga gemetar, padahal setia selalu menjadi fondasi, namun kini lagi-lagi ia hanya bisa menatap nanar diselimuti perasaan nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS : Nagi Seishirou ✔
Fanfic【 SOLAR SYSTEM #02 】━━ ❝Konstelasi rasa bersama tata surya.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y.NOMURA © DACHAAAN, 2023