Tak henti mengucap kata syukur karena pernah mengikuti pelatihan Blue Lock bersama rekan lainnya, Seishirou harus segera berterima kasih pada Hyouma yang selalu melakukan berbagai macam perawatan rambut ketika mereka berada di dalam satu kamar sampai ia pun mulai hafal bahkan bisa langsung melakukan hal sama; tentu saja akan didedikasikan untuk sang pujaan hatinya.
Sudut bibir terangkat perlahan melukis senyuman manis penuh cinta, masih dipenuhi gerak kaku akibat salah tingkah Seishirou berusaha mendekat dengan membawa sebuah handuk kecil, hairdyer, juga sisir di dalam genggamannya.
Terduduk di samping [Name] yang kini hanya menatap lurus pada televisi mati setelah selesai berganti pakaian; dipaksa Seishirou, pria bersurai putih itu lantas berdeham pelan dengan sangat sopan. Sesaat menjilat bibir bawahnya sendiri berusaha menghilangkan rasa gugup dalam dada, nyatanya berada di jarak dekat dengan pujaan hati memang selalu membuatnya kehilangan kata-kata.
"Biar kubantu keringkan rambutmu."
Tidak ada jawaban, namun Seishirou tentu saja tetap melakukan.
Jemarinya tergerak perlahan untuk mengusap mahkota berkilau sosok idaman dengan hati-hati, berusaha agar handuk ini tidak sampai menyakiti apalagi mengurangi setiap helai keindahan yang sangat ia kagumi. Menyisir lembut sampai benar-benar rapi dan memastikan hairdyer menyala itu berada di jarak yang aman, Seishirou tidak ingin [Name] sampai meringis atau terluka karena merasa kepanasan.
Bahkan sejak awal melakukan kegiatan sederhana ini iris kelabu Seishirou tidak bisa berkedip disebabkan terlalu menikmati pemandangan menakjubkan di depan kedua mata, degup jantungnya pun berpacu sangat cepat sampai terdengar berisik ke telinganya; mungkin [Name] juga bisa mendengar karena suasana terlampau hening di antara keduanya.
Cantik.
[Name] memang selalu cantik dan sempurna bagi Seishirou.
Semua yang ada di dalam dirinya adalah hal terindah selalu ia sukai, kecuali satu; tatapan kosong kerap menyapa diselimuti perasaan sakit tak kunjung berhasil diobati.
"Berhenti menatapku."
Kelopak sontak mengerjap cepat, Seishirou nyaris kehilangan napas kehidupan karena [Name] tiba-tiba saja menoleh hingga netra keduanya saling bersirobok dengan jarak dekat.
"Aku ... tidak bisa berhenti jika itu adalah hal tentangmu."
"Terdengar seperti sampah."
"[Name]---"
"Enyahlah."
Sang Ratu pengisi singgasana istimewa berlalu pergi, meninggalkannya sendiri yang tentu saja masih basah kuyup, kedinginan, juga menggigil tak bisa untuk sekadar disembunyikan lagi.
Meski begitu, Seishirou tidak merasa terhina apalagi dipenuhi emosi menggebu. Ia tetap melukis senyum manis yang satu detik pun tak berniat untuk dilunturkan, karena selama [Name] kembali nyaman dalam hunian itu sudah sangat cukup membuatnya merasa dipenuhi dengan ketenangan.
Terutama saat mengingat jika semua perkakas tajam seperti pisau juga garpu sudah ia sembunyikan, bahkan saluran air pemanas pun Seshirou putuskan agar tidak lagi membahayakan. Berbagai macam perabotan listrik pun selalu dipastikan dalam keadaan aman, biarkan saja Seishirou yang memenuhi segala kebutuhan [Name] termasuk makan juga minum agar sang pujaan tidak perlu lagi memasak dan berujung ingin memotong tangannya sendiri tanpa keraguan.
Terlalu takut kehilangan [Name] membuatnya harus selalu waspada akan benda sekitar yang bisa saja membuat sukses aksi bunuh dirinya, terdengar gila, tetapi Seishirou mulai berpikir untuk memasang kamera pengintai juga di dalam hunian ini agar bisa terus memantau ketika diri terusir seperti biasanya.
"Kamera pengintai?"
Seishirou dengan cepat mengambil gawai dalam saku, sesekali mengusap layarnya yang ikut basah untung saja tidak sampai rusak dan minta ganti dengan model baru.
"Jelas, hanya si gila Ranze yang bisa membantu." Gumamnya.
Tubuh tegap bergegas bangkit dengan ibu jari menggulir layar gawai demi menghubungkan sebuah panggilan, kaki jenjangnya melangkah cukup jauh agar [Name] tidak mendengar setiap ucapan yang akan ia sampaikan pada sang rekan.
Namun, pijakan yang berhasil mengganjal setiap langkah membuatnya mengurungkan segala niat dan langsung menunduk guna melihat benda apa seenaknya tergeletak pada lantai dingin seolah diabaikan, bajingan, Seishirou refleks menutup kedua mata sesaat diikuti embusan napas berat terdengar menyesakkan.
Sebuah majalah masa kini dengan cover seorang pria lavender yang tentu saja sangat ia kenali, pernah saling melengkapi sialnya harus berakhir dengan insiden tragis ini. Pantas saja [Name] kembali teringat akan segala memori dalam hujan yang membekas seolah sulit terhapuskan, toh, halaman utama inilah penyebab semua ingatan itu berputar cepat tak mampu dikendalikan.
"Aku harus membakar ini."
Tak peduli pernah dekat bahkan terikat sebagai sahabat, kini Seishirou hanya ingin menjadi penerang satu-satunya untuk [Name] yang masih terjebak di dalam labirin dihiasi suasana pekat. Menerima sepenuh hati bahkan sepenuh jiwa raganya, tidak pernah memikirkan bagaimana masa lalu kelam itu kerap menjerat dan sukar untuk sekadar diabaikan sebab terlalu lama bersarang menyelimuti hatinya.
Terutama kegelapan yang berhasil mengubah jalan hidup si gadis ceria kini menyandang status sebagai wanita candala.
Dibuang oleh keluarga.
Kehilangan popularitas mendunia.
Diasingkan seisi jagat raya.
Skandal besar mencoret nama.
Tetap, Seishirou tidak akan pernah mempermasalahkannya.
Sekalipun ia jelas mengetahui, jika [Name] pernah melakukan satu hal paling keji.
Aborsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS : Nagi Seishirou ✔
Fanfiction【 SOLAR SYSTEM #02 】━━ ❝Konstelasi rasa bersama tata surya.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y.NOMURA © DACHAAAN, 2023