✦ lembar kesembilan.

997 159 26
                                    

Dalam bayang semu semata, hamparan luas menyapa indra penglihatan namun terasa begitu menyesakkan memicu rongga dada seolah diselimuti jejal nestapa tak berkesudahan tatkala akara sosok idaman kian menjauh dari layaknya jangkauan sang taruna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam bayang semu semata, hamparan luas menyapa indra penglihatan namun terasa begitu menyesakkan memicu rongga dada seolah diselimuti jejal nestapa tak berkesudahan tatkala akara sosok idaman kian menjauh dari layaknya jangkauan sang taruna.

Jemari terulur susah payah berusaha menggapai agar pujaan bisa kembali, duduk bersanding meski hingga saat ini pun dua insan kerap bersama jelas tidak pernah memiliki korelasi dan seharusnya bukan menjadi masalah besar semisal salah satunya tetap bersikukuh pergi.

Bilamana [Name] memang inginkan sebuah keabadian agar bisa merasa tenang, sepantasnya Seishirou izinkan saja agar rasa sakit dalam hati tidak terus melekat bahkan selalu terbayang. Basirah terlampau muak akan kuatnya belenggu dipenuhi duri juga cela, seluruh asa kini telah hirap terganti hidup kelabu berhiaskan jutaan duka lara.

Tetapi apa daya jika ia terlalu berat hati untuk sekadar melihat wanita terkasih meninggalkannya tanpa permisi, terlebih semua ini pun akibat dari ulah bodohnya di masa lalu walau bersikeras sangat ingin melakukan penebusan dosa; sialnya tak pernah diterima sebab sang kirana terlampau benci akan segala presensi para lelaki.

Meski begitu Seishirou berani bersumpah atas nama Tuhan, sedetik pun ia tak pernah rela jika harus benar kehilangan.

"[Name] ..."

Labium berucap lirih, tubuh tegap Seishirou mencoba berlari sekuat tenaga tatkala mengejar wanita yang justru semakin terasa sangat sulit untuk ia raih.

Kedua tangan terus terulur guna menarik kembali sang idaman ke dalam rengkuhan hangat juga setia menemani, sayangnya sosok memenuhi pandangan itu hanya berbalik sekilas untuk sekadar membalas tatap dengan binar kelembutan yang baru pertama dilihatnya terasa begitu tulus tanpa setitik beban sama sekali.

Netra berkilau itu akhirnya mau menatap pada Seishirou.

Labium ranum itu akhirnya mau melukis senyum untuk Seishirou.

Lantas, akankah akhirnya hati itu juga mau menerima kehadiran Seishirou?

Berlabuh. Menyimpan percaya sampai keduanya bertubuh rimpuh.

"[Name] ... jangan pergi ..."

Begitu nelangsa ia bergumam, hingga tanpa sadar mengalirkan tirta penuh kesakitan yang terlampau memilukan. Aksa terus memusatkan atensi pada sosok idaman hati, seribu sayang Seishirou tetap gagal membawanya masuk dalam pelukan erat sebab [Name] melangkah semakin jauh, jauh, dan jauh sampai tak terlihat lagi.

Membuatnya sontak terjatuh berlutut diikuti wajah pucat pasi, bergumam tanpa henti memanggil nama sang pemilik mahligai cinta sampai akhir nanti. Namun, tatkala daksa duduk bersimpuh seolah kehilangan seluruh asa, rungu mampu mendengar suara lembut yang berbisik rendah memanggil namanya.

"Bila semesta kini memisahkan kita, akankah kau tetap bersedia mengejarku di kehidupan berikutnya, Seishirou?"

Huh?!

VENUS : Nagi Seishirou ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang