Di pagi hari yang cerah ini, Jun Sasada bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia pamit kepada ibunya, lalu berjalan menyusuri desa yang asri. Terdapat rerumputan hijau, pepohonan yang rimbun, semak-semak, dan serangga-serangga mungil.
Setelah sampai di ruang kelas, Sasada menyapa Takashi, orang yang sepertinya menarik perhatian gadis itu.
"Pagi, Takashi-kun!" sapa Sasada. "Seperti biasa, ia selalu melamun memandang ke luar jendela," gumamnya kemudian.
"Ah, pagi!" Takashi membuyarkan lamunan dan membalas sapaan Sasada.
Sasada ingin mengatakan sesuatu, "Takashi—"
Namun, teman-temannya menginterupsi, "Takashi!" Dua laki-laki yang disamarkan wajah dan suaranya. "Takashi! Setelah ini ayo kita bermain—"
"Ah tidak...," balas Takashi.
Sasada menundukkan kepala. Kemudian, ia berbalik dan duduk pada kursinya. "Takashi," bisiknya.
***
Sementara dirinya tengah sibuk membaca novel, teman-teman yang lain asyik bergaduh di dalam kelas. Beberapa laki-laki mengobrol sambil sesekali tertawa. Di antara kumpulan lelaki itu, terdapat Takashi.
Ingin rasanya Sasada keluar kelas karena tak tahan. Namun, di benaknya tersirat keinginan untuk mengatakan sesuatu kepada teman-temannya. Sesuatu yang penting, hanya terkhusus hari ini.
"Mengenaskan sekali aku harus diabaikan." Sasada melanjutkan membaca novelnya.
***
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Siswa-siswi berhamburan keluar untuk pulang ke rumah. Berbeda dengan Sasada, ia harus mengurus beberapa pekerjaan.
Sasada keluar selagi di kelasnya masih terdapat beberapa murid. Ia berjalan menuju ruang OSIS, membuka pintu, dan masuk. Sesaat, ia berdiri dan memendarkan pandangan ke ruangan itu. Sepi, tak ada seorang pun.
"Ke manakah anggota OSIS yang lain?" gumam Sasada, yang kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Setelah selesai, Sasada berjalan kembali ke kelas lagi. Jam menunjukkan pukul tepat tiga sore. Gadis itu menggeser pintu, melihat ke mejanya. Di atas terdapat sepucuk surat yang tergeletak begitu saja.
Karena penasaran, Sasada membuka surat itu.
Kepada Jun Sasada
Aku dalam perjalanan menuju rumahmu. Maaf baru mengatakan sekarang. Jika ingin bertemu, pulanglah segera.
Natsume Takashi
"Takashi-kun?" Sasada melihat sekali lagi nama yang tertulis itu. "Takashi-kun!"
"Takashi ingin bertemu denganku! Aku harus segera pulang! Aku tak boleh membuatnya menunggu lama."
Sasada berlari, tetapi kembali untuk mengambil tasnya, lalu keluar setelah menutup pintu kelas.
***
Suasana sore di ruang kelas satu yang sepi. Seorang perempuan berkacamata duduk dan menyembunyikan wajahnya ke meja, kedua tangan terlipat menempel pada dahi. Tiba-tiba, seorang laki-laki berambut pirang masuk tanpa suara, berdiri di depan si perempuan, mengulurkan tangan.
"Ayo pergi?" ajaknya.
Perempuan itu mendongakkan kepalanya, melihat wajah putih nan tampan laki-laki bermata emas itu. Seketika kedua pipinya memerah. Saling tatap, perlahan tangan halus perempuan itu terentang, menyambut tangan hangat lagi ramah di depannya.
***
"Takashi-kun...! Takashi-kun...!"
Sasada telah sampai di depan rumah, seharusnya. Yang ia lihat saat itu adalah rumah kosong yang bobrok dan tak terawat.
"Ta-ka-shi-?" Perlahan-lahan ia mendekati tempat tersebut.
Setelah berada di depan pintu, ia menengok ke dalam. Tak ada siapa pun. Berantakan dan rusak sana-sini. Namun, tampaknya struktur tempat itu mirip seperti rumahnya sendiri. Tidak, memang sama.
Sasada masuk, berjalan mengendap-endap menyusuri lorong gelap itu. Di depan dinding, cahaya sore masuk dari ventilasi. Di sana terdapat sebuah meja dengan loker di sisi kanannya. Ia melangkah mencapai meja itu. Dibukanya loker, dan di dalamnya terdapat sebuah amplop terbuka yang berisi sepucuk kertas.
Sasada mengambil kertas itu. Baru membaca sebentar, ia langsung menjatuhkannya, terbelalak. Ia menutup mulut menggunakan telapak tangan.
Kepada Jun Sasada
Aku dalam perjalanan
menuju rumahmu
Maaf
baru mengatakan sekarang
Jika ingin bertemu
pulanglah
segera
Natsume Takashi
"Sebenarnya tempat ini apa!"
Sasada merasakan dekapan dari belakang. Terasa halus. Namun, penuh sesak. Itu adalah Jun Sasada yang lain, berwarna hitam putih.
"Kita bukan berasal dari dunia ini."
Huh? Apa maksudmu?
"Kita seharusnya tidak berada di sini."
Memangnya kenapa!
"Kita berada di luar kota, bukan di desa ini."
Masa bodoh dengan semua itu!
"Kita tak boleh berada di adegan ini. Kita tak berhak. Kita hanya muncul pada saat itu saja."
'Saat itu' apa?
Kedua perempuan itu melenyap, dibawa pergi oleh dunia. Meninggalkan debu berkelap-kelip yang berterbangan.
***
Di rumah yang kosong dan tampak bagus itu, terdapat Takashi, Tanuma, dan beberapa teman yang disamarkan wajahnya. Mereka berada di dalam ruangan penuh hiasan balon dan pita. Ada yang memakai topi pesta, beberapa membawa balon.
"Eh? Kenapa kita bisa ada di sini?"
"Entahlah. Ayo pulang."
Teman-temannya melepas topi pesta, menerbangkan balon ke atap ruangan, lalu keluar dari rumah itu dan pulang. Takashi hanya saling tatap dengan Tanuma. Kemudian, keduanya melepas topi pesta dan memutuskan untuk turut pulang seperti teman-temannya.
***
(A/N)
Di manga, dikatakan bahwa setelah Jun Sasada bertemu dengan youkai yang pernah membantunya, ia pergi ke luar kota dan pindah sekolah. Tapi, di anime, Jun Sasada tidak pindah sekolah dan tetap satu sekolah dengan Natsume Takashi serta teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu dari Jam [Natsume Yuujinchou FF]
FanfictionFiksi penggemar dari anime Natsume Yuujinchou. Pada suatu Minggu, Natsume Takashi lesap. Bibi Touko beserta Paman Shigeru menyisakan sebuah warkat. Keberadaan Tooru Taki tak ditemukan. Kediaman Jun Sasada senyap. Keluarga Kaname Tanuma bertolak ke k...