Pagi hari yang cerah, pemuda itu berjalan ke bilik belakang, di mana pintu gesernya terbuka. Kaname Tanuma, itulah nama pemuda itu. Ia mengenakan seragam hitam sekolahan.
Cahaya matahari yang masuk menyilaukan wajahnya. Tanuma melindungi mata dari cahaya menggunakan telapak tangan.
Dilihat pantulan riak air di dekat kakinya. Di halaman belakang rumah, tampak kolam penuh akan ikan koi yang berenang dengan riang.
Tanuma hanya menatap datar pemandangan itu. Ia berganti menengok ke ruangan di belakangnya. Kemudian menoleh ke lorong, dan ia menjadi kebingungan, tetapi tetap bereaksi dengan tatapan datarnya.
Kerumunan Tanuma-Tanuma lain yang berseragam hitam sekolahan berjalan ke arahnya. Kemudian mereka membuka pintu geser ruangan di belakang Tanuma, dan masuk satu per satu ke dalam.
Tanuma menjadi penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi. Maka ia pun turut masuk ke dalam. Di dalam, Tanuma-Tanuma lain duduk bersimpuh di hadapan sebuah peti mati yang terdapat bingkai foto di depannya.
"Ayah?" Tanuma bertanya-tanya apakah ayahnya telah meninggal.
Karena tak dapat melihat dengan jelas, Tanuma berjalan mendekati bingkai foto itu. Setelah terlihat dengan jelas, makin kebingunganlah dirinya.
Orang yang terdapat di dalam foto itu adalah dirinya sendiri, Kaname Tanuma, dengan seragam hitam sekolahan persis seperti yang ia pakai.
Tanuma menjadi pening dan memutuskan untuk meninggalkan ruangan aneh itu, menutup pintu gesernya dan menuju ke pintu depan, bersiap untuk bersekolah.
Di depan ada ayahnya yang duduk pada teras rumah, menikmati segarnya udara pagi.
"Apa kau akan pergi ke sekolah?" tanya Ayah.
Tanuma hendak membalas, menoleh ke arahnya. Namun, ia terkejut, menemukan ayahnya terbujur kaku di sana. Ia mengerjap, lalu melihat ayahnya yang duduk seperti semula.
Kepala Tanuma terasa sakit. Ia memegang dahi, sembari berjalan ke luar rumah. Di jalan ada youkai yang berperawakan seperti ayahnya. Ia memandang kosong ke arah Tanuma, lalu terbang ke atas.
"Apa yang terjadi?" Tanuma meremas kepalanya yang pening.
Tiba-tiba, dari kepalanya itu muncul juluran biru transparan, lalu turun di depan Tanuma, berubah menjadi youkai yang berperawakan seperti pemuda itu. Rasa sakit pada kepala Tanuma pun menghilang.
"Semuanya menjadi tak masuk akal." Tanuma berbalik, berlari menuju rumahnya, lalu ke kamarnya.
Ia berbaring di atas kasur, meletakkan lengannya pada dahi. Memandang ke langit-langit kamarnya.
"Pertama, kolam ikan. Kedua, diriku yang lain. Ketiga, peti mati ayah. Semuanya membuatku pusing."
"Itu tidak akan membuatmu pusing." Tiba-tiba youkai kecil mirip seperti peri muncul di atas dan tersenyum kepadanya.
Tanuma terkejut. Ia lalu berpindah ke posisi selonjor, menatap youkai itu yang kini berada di depan mukanya.
"Mengapa aku bisa melihat youkai?" tanya Tanuma dalam hati.
Namun, youkai itu tampaknya bisa membaca isi hati Tanuma. "Kau ingin tahu jawabannya?"
Tanuma terhenyak, lalu menjawab, "Ya—tunggu dulu! Siapa kau!"
"Aku adalah youkai peri yang baik hati. Aku membantu para manusia yang merasa kesulitan dengan hidup mereka." Youkai itu menjelaskan sambil tersenyum-senyum.
"Dan itulah mengapa kau mendatangiku?" tanya Tanuma.
"Iya."
"Kalau begitu jawab pertanyaanku tadi," tagih Tanuma.
"Jika kau menggunakan alasan yang logis, maka jawabannya adalah kau sedang bermimpi," jawab youkai itu sambil tersenyum.
"Betul juga." Tanuma turun dari kasurnya dan berdiri. "Bagaimana caraku untuk keluar dari mimpi ini?" tanyanya.
"Itu mudah. Bunuh saja dirimu. Ambil pisau, ambil tali, atau terjun dari atap rumahmu. Gunakan cara apa saja."
"Begitukah." Tanuma lalu melangkah ke dapur dan mengambil pisau. Lalu ia berkata, "Dengan begini aku bisa keluar."
Ia menikamkan pisau itu ke dada kirinya. Darah pun merembes keluar. Tanuma merasa sakit yang amat sangat. Tersungkur, memejamkan mata, kehabisan darah.
***
Di ruangan itu, para Tanuma berseragam hitam duduk bersimpuh di hadapan sebuah peti mati yang terdapat bingkai foto di depannya. Pada foto itu, terdapat gambar Tanuma yang tersenyum.
***
"Hah—!" Tanuma terbangun, napasnya tersengal-sengal.
"Akhirnya kau terbangun juga." Youkai peri itu masih berada di kamarnya.
"Mengapa aku masih melihatmu?" tanya Tanuma bingung.
"Hm.... Mungkin karena kau gagal," jawab youkai itu sambil tersenyum.
"Apa kau tidak sedang menipuku?" Tanuma merasa kesal.
"Tentu saja tidak. Bukankah sudah kukatakan kalau aku itu selalu membantu para manusia yang merasa kesulitan dengan hidup mereka?" ucap youkai itu.
"Lalu, apa yang harus kulakukan?"
"Tentu saja jawabannya mudah. Kau tinggal melakukan bunuh diri lagi. Kali ini lakukan dengan benar supaya kau berhasil."
Tanuma menggeram sebentar. Lalu ia berlari ke luar rumah, mengambil tangga, dan naik ke atap.
"Awas ya, kali ini harus berhasil!" Ia terjun, jatuh ke bawah.
Brak—! Tulang-tulangnya hancur, darah mengalir keluar. Rasa sakit yang Tanuma rasakan pastilah amat menyengsarakan.
***
"Hah—!" Tanuma terbangun. Napasnya tersengal-sengal. Keringat bercucuran membasahi wajahnya.
"Huh. Sepertinya kau gagal lagi," desah youkai peri itu.
"Sialan! Kau pasti menipuku! Tidak salah lagi!" Tanuma berusaha menangkap youkai peri yang lincah itu.
"Eh? Bukankah sudah kukatakan aku itu youkai yang membantu para manusia yang merasa kesulitan dengan hidup mereka? Kau adalah manusia yang kesulitan. Aku akan membantumu ... dengan membuatmu bunuh diri berkali-kali." Youkai itu menyeringai tajam, menunjukkan gigi taringnya yang berbaris rapi.
"Sialan kau!" Tanuma mencoba menangkap youkai peri. Tapi makhluk itu terbang terlalu cepat dan amat lincah.
"Mengapa kau marah? Bukankah aku sudah membantumu?" ucap youkai peri.
Tanuma dengan gelisah berkutik mencoba menangkapnya mengelilingi kamar yang sempit.
"Ha ha ha ha ha.... Kau tidak dapat menangkapku!" ejeknya dengan riang.
Gerakan cepat--Youkai peri tertangkap. Tanuma menggunakan plastik bening yang besar untuk mengurungnya.
"Hentikan! Apa yang kau lakukan!"
Tanuma berlari membawa plastik berisi youkai peri. Ia keluar dari rumah, menuju suatu bak berisi air.
"Hentikan!" Tanuma mencelupkan plastik itu, mengendurkan genggamannya.
"Aaaaaa—!" Youkai peri pun lenyap.
Tanuma merasa dadanya sesak, ia pun meremas. Kehilangan keseimbangan, jatuh. Tersungkur di atas tanah.
***
Di kamar itu, di atas kasur itu, terbaring seorang pemuda yang mengenakan seragam hitam sekolahan. Pipinya mengerut. Matanya terpejam. Kulit tubuhnya mengering. Bau busuk pun menyebar ke seluruh ruangan.
***
(A/N)
Menurut aslinya:
•Pada siang hari, di bilik belakang rumahnya, Tanuma hanya bisa melihat bayangan riak air dan bayangan ikan-ikan yang berenang. Berdasar penglihatan Takashi, sebenarnya memang ada kolam ikan di belakang rumah Tanuma.
•Tanuma tidak dapat melihat youkai, tetapi ia bisa merasakan kehadiran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu dari Jam [Natsume Yuujinchou FF]
FanfictionFiksi penggemar dari anime Natsume Yuujinchou. Pada suatu Minggu, Natsume Takashi lesap. Bibi Touko beserta Paman Shigeru menyisakan sebuah warkat. Keberadaan Tooru Taki tak ditemukan. Kediaman Jun Sasada senyap. Keluarga Kaname Tanuma bertolak ke k...