Entah apa yang dimimpikan Hana semalam, sehingga hari ini sudah 3 kali ia melihat orang yang selama ini tak ingin ia lihat. Sudah cukup bahagia masa putih abu-abu nya tidak bertemu dengan teman SMP-nya itu, tetapi takdir berkehendak lain.
Seperti biasa, Karin menyapa Hana dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Hana hanya bisa tersenyum tipis kearah Karin.
Jarak Hana dan Karin semakin dekat, karena Karin berjalan kearah Hana. Karin memberikan sebuah kertas yang sedari tadi dia genggam ditangannya. Kemudian, ia menjulurkan kertas itu kearah Hana. Hana menerimanya. Kemudian Hana membukannya. Tertulis ‘MY BIRTHDAY’ di kertas tersebut, lebih tepatnya surat undangan ulang tahun.
Sebelum membuka isi surat tersebut, Hana sudah bisa menebak. Ia diundang ke acara ulang tahun Karin.
“Dateng ya, Han? Besok jam 7 malam dirumah gue,” tak lama setelah mengucapkan itu, Karin bergegas pergi.
Karin berhenti setelah berjalan lima langkah menjauhi Hana. “Oh iya, jangan lupa ajak temen lo yang kemarin dikantin, ya?”
Hana mendesah pelan, “Lagian, ngapain sih segala diundang diacara ginian. Udah gede juga ulang tahun malah dirayain!” gerutu Hana. Sebenarnya, Hana tidak berminat datang ke acara tersebut. Mengingat Karin adalah teman sebangkunya saat SMP, Hana mengurungkan niatnya. Lagipula ia sedikit tak enak dengan Karin. Ya walaupun sejak kelas 7 SMP Hana sebangku dengan Karin, tetapi tak pernah sekalipun ia akrab dengan perempuan itu. Mengobrol pun hanya seadanya.
🌻🌻🌻
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Hana segera menghampiri Lily yang masih berada dikelasnya. Hari ini kelas 11 IPA 4 sedang ada mata pelajaran tambahan karena sebentar lagi akan diadakan ujian kenaikan kelas.
10 menit sudah menunggu, Hana duduk dibangku yang ada didepan kelas 11 IPA 4. Kelas itu berdekatan dengan lapangan upacara.
Disitu, Hana melihat dua orang yang tidak asing sedang mengobrol ditengah lapangan. Seorang pria, dan seorang wanita yang Hana kenal.
Mereka berdua asyik mengobrol. Ralat, Karin seperti asyik mengobrol, sedangkan Adnan berbicara dengan tampang cueknya. Seperti tak menghargai lawan bicaranya.
Setelah diamati, Karin dan Adnan pergi meninggalkan lapangan sekolah berdua. Mereka berjalan kearah parkiran sekolah. Hana ingat, Karin tak pernah membawa kendaraan sendiri saat sekolah. Perasaanya mulai tak enak.
Tanpa berfikir panjang, Hana membuntuti mereka berdua yang sedang berjalan menuju tempat parkir siswa-siswi SMA Rajawali.
Setelah sampai ditempat tujuan, Hana bersembunyi dibalik dinding ruang guru yang ada didepan tempat parkir.
Hana melihat Karin menaiki mobil milik Adnan. Seketika dada Hana sesak. Ia tak tahu apa alasannya? Apakah karena dia takut Karin akan balikan dengan Adnan? Toh, itu bukan urusannya. Lagipula Adnan bukan siapa-siapa Hana, hanya sebatas teman.Hana segera berlari kecil untuk balik ke kelas Lily. Belum sampai di kelas 11 IPA 4, Hana sudah dikagetkan oleh Lily saat dia berbelok ke lorong kelas 10 menuju kelas 11.
Dada Hana semakin berdetak dengan kencang. Belum saja momen tadi dia lupakan, ditambah terkejut karena ulah temannya itu.
“Kenapa sih, beb? Kok mukanya gitu?” tanya Lily keheranan.
Hana mengangkat bahunya. Ia tak tau harus menjawab apa. Lily bingung, tapi dia tak mau membuat sahabatnya itu semakin kepikiran. Lily tahu, jika sudah seperti ini, mungkin sahabatnya itu sedang tak mau bicara. Biasanya sedang kecewa atau sedih. Lily hanya menunggu Hana bercerita nanti saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A+ [Adnan Ashana]
Teen FictionPernah ga sih kalian ngerasain suka sama temen sejak kecil? Ini yang dirasakan oleh Hana. Ternyata hal yang paling mengejutkan, teman kecil Hana udah punya pacar. Pacarnya adalah teman sebangku Hana. Lah, kok bisa? Penarasan sama kelanjutan ceritan...