memory

4 0 0
                                    

  
   Sudah lama tak kunjung datang di kota tua, aku melegakan hati dan pikiran yang tenang setelah menghadapi perjalanan jauh. Hanya ingin kembali ke tempat asalku, kota tua.

Aku bersinggah beristirahat sejenak di bangku taman panti asuhan, sambil menikmati deru angin berhembus kencang. Namun tak sengaja aku melihat seorang wanita separuh baya berpakaian mewah menggandeng gadis kecil yang sedang menangis tersedu-sedu disana. Sudah pasti anak itu akan dititipkan ke panti asuhan.

Aku masih memikirkan anak itu dan bertanya dalam hati. Lihat ibunya. Ia berpakaian mewah, malah menitipkan anaknya ke panti asuhan tanpa raut wajahnya yang sedih.

Mungkin ada alasan wanita itu sampai menitipkan anaknya ke panti asuhan. Di lihat dari pakaiannya, pasti kerja kantoran sampai lupa merawat anak. Lagi pula apa susahnya mencari pembantu? Malah menitipkan anaknya ke panti asuhan.

Anak itu membuatku teringat nasibku yang dulu di sana dan hampir sama sepertinya. Ada banyak pengalaman hidupku yang tidak bisa aku lupakan.

Dahulu itu, aku juga seperti itu, hanya saja aku anak yatim piatu dan miskin, tidak punya apa-apa. Ibuku bersusah payah mencari uang untuk kehidupan sehari-hari, membiayai sekolahku, dan membayar utang. Tapi gaji sebulan yang ibu terima tidak seberapa sebanyak yang di butuhkan, apalagi membayar utang.

Sebulan kemudian, pria penagih utang itu datang ke rumah mencari ibuku.

"Mana ibu kamu?" Suaranya meledak dengan kemarahan, membuatku kaget.

Aku hanya menggeleng ketakutan, tapi pria tua itu memberontak marah dan menendang vas bunga di halaman. Rusak semuanya.

Rindu Yang Terbendung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang