a fucking mistake whatever it is FUCK MEN

1.1K 57 4
                                    

Kebohongan emang gak bisa berjalan lama. Lama-lama bohong juga bikin capek jiwa.

Itulah yang dirasakan Winny. Harus pura-pura nggak terjadi apa-apa di depan teman-temannya bikin dia frustrasi.

Apalagi kalau Satang mulai thirsty abis ngeliat cowok lain. Pernah suatu hari mereka ke PIM dengan gaya "temen". Nggak sengaja Winny ketemu sama teman lamanya di SMA.

Not gonna lie, temannya yang dulu cupu sekarang cakep. Namanya Papang.

Selama dua jam ngobrol bareng, Winny bisa lihat kilat-kilat sesuatu di mata Satang. Kilat yang pernah dia lihat pas dia pertama kali hooking up sama cowok itu.

Perasaan Winny udah gak bisa dibohongi lagi. Pengen banget dia bilang ke Papang "Hei, dia FWB gue. Jangan bikin dia suka sama lu ya pantek :)" tapi kenyataannya dia cuma bisa diem.

Ketika Winny nanyain Satang kenapa dia ngeliatin Papang dengan pandangan seperti itu, jawaban Satang cuma satu: cium.

Itulah yang bikin Winny frustrasi. Mereka nggak pernah benar-benar ngobrolin soal hal yang harus mereka omongin.

Ujung-ujungnya juga balik gulat di kasur.

Untungnya project dosbing yang dia terima dengan terpaksa tempo hari lalu bikin dia terditraksi rasa kesalnya.

Dia juga sengaja ngelama-lamain pulang ke 808 biar sampai di sana dia nggak perlu ngeluapin perasaannya lagi.

"Kenapa, sih, kok diem aja?" tanya Satang ke Winny setelah mereka hooking up semalam.

Winny mengarahkan pandangannya ke arah lain, berusaha nggak nanggepin Satang. Tapi cowok itu menarik wajah Winny ke hadapannya dan bertanya sekali lagi: "Ada apa, Win?"

Gimana caranya dia bilang kalo dia muak harus pura-pura?

"Nggak, Tang, gue ngantuk," jawab Winny bohong.

"Why?"

"Kemaren ngerjain project sampe tengah malem,"

Satang mencium dada Winny pelan. "Sini gue semangatin lagi,"

Tangan Winny refleks menjauhkan kepala Satang.

"Jangan!" pekiknya.

"Hng?"

"Maksud gue... gue harus ngurusin project lagi pagi ini. Gue nggak mau telat," 

"Okay... Nevermind."

Satang bangkit dari kasur dan pergi ke kamar mandi sambil sengaja nendang meja nakas di samping kasur biar tahu kalo dirinya lagi kesel.

Winny jadi bingung sendiri. Pembicaraan soal muak ini harus dari mana? Dia pengen banget cerita ke Fourth atau Gemini buat curhat, atau bahkan Mark yang tinggal di unit sebelah, tapi.... INI SEMUA RAHASIA!

Ketika Satang sedang mandi, Winny diam-diam memakai bajunya dan pergi begitu aja tanpa ngabarin satang kalo dia akan cabut.

Kepalanya terlalu pusing untuk ngurutin semua masalah ini. Dia mengarahkan motornya ke kampus pagi ini.

Salah satu temen project Winny namanya Prim. Anak jurusan Ilmu Komunikasi, bahkan yang tercantik di jurusan itu. Mereka berdua harus kerja bareng selama enam bulan, dan selama itu pula semua cowok di kampus nanyain kontaknya Prim ke Winny.

"Win?" sapa Prim sambil mencolek Winny yang lagi bengong di kantin kampus.

"Prim? Kenapa pagi banget datengnya?"

"Gue takut telat, jadinya gue kepagian deh. Mau sarapan, nih. Gue boleh duduk di sebelah lu nggak?"

"Boleh, dong."

Jadilah pagi itu mereka sarapan mie ayam di kursi kantin sambil ketawa-ketiwi bahas Spy X Family. Prim berulang kali bilang kalo dia pengen banget ke rumah Winny buat mantengin anime bareng sebagai sesama wibu.

"Kenapa, sih, gue gak boleh ke rumah lu?" kata Prim merajuk.

"Takut ada yang marah hehe."

Prim mendekatkan wajahnya ke depan Winny. "Siapa?" tanya Prim kayak maksa.

"Yah, gak boleh gue sebut..."

Prim makin mendekatkan wajahnya, nafas mereka mulai terasa di wajah masing-masing. "Diem, Win- ada bulu mata." katanya sambil berfokus mengambil bulu mata di hidung Winny.

Entah kenapa Winny jadi ikutan nahan napas ketika wajah Prim begitu dekat dengannya. Mungkin karena dia anak tercantik di jurusan?

"Yes, dapet! Tiup sambil make a wish," kata Prim.

"Emang ada pengaruhnya?"

"Coba dulu aja, sih."

Winny mendekapkan kedua tangannya untuk berdoa, lalu meniup bulu matanya. "Amin..." katanya pelan.

Dari arah belakang, datang Satang bersama Gemini.

"Loh, Win, tumben lu sepagi ini udah main sama Prim?" sapa Gemini basa-basi meskipun kaget.

Terlihat ekspresi wajah Satang udah bener-bener gak enak. Winny tahu dia ada dalam masalah.

"Hai, Gem, Tang. Hehe. Gue kepagian, terus pengen makan mie ayam. Eh ketemu Winny lagi bengong," jelas Prim.

Satang menatap kursi kosong di samping Prim dan buru-buru duduk di tempat itu. Kini ia berhadap-hadapan dengan Winny yang lagi nervous berat.

"Tang, mau pesen apa? Teh anget?" tawar Gemini.

Satang menggeleng tapi wajahnya tetap memandang Winny. "Nggak. Nggak laper." jawabnya ketus.

"Duh, buruan damai dong sama Winny. Lama amat berantemnya?" balas Gemini.

Prim jadi salah tingkah ngelihat perilaku Satang sekarang. Dia berasa nggak seharusnya ada di situ.

"Emm... Gem, gue ikut lu pesen teh anget, deh." kata Prim sambil menarik tangan Gemini untuk pergi.

Tinggallah Winny dan Satang yang hanya diam-diaman sambil menatap sinis. Jari Satang terus bergerak untuk menahan amarah. Dia ngerasa berhak dapat penjelasan dari Winny.

Di lain sisi, Winny udah mati gaya banget karena nggak tau harus ngapain. Yang ada di otaknya sekarang adalah dia harus pergi dari tempat itu.

Tapi itu terlalu jahat.

"Lu tadi ciuman, 'kan, sama Prim?"

Deg! Ucapan menohok Satang bikin Winny merinding. Siapa pula yang ciuman, dan sejak kapan Satang merhatiin dia?!

Winny masih memilih tutup mulut. Kalau Satang boleh genit sama cowok lain, biarkan Winny juga pura-pura flirting ke Prim, ya walaupun itu sebenernya nggak terjadi.

"Jawab anjing..." bisik Satang pelan untuk mengancam.

"Emang kenapa kalo ciuman?!" balas Winny sengit.

Satang menolak percaya pertanyaan Winny barusan. "After we did it last night? Inget kan kalo semalem lu abis nyepong gue with that FUCKING MOUTH?!"

"Satang! Jangan kenceng-kenceng!"

"Kenapa? Gue capek liat lu diem mulu kayak patung pancoran!"

"Apa sih, Tang? Omongan lu makin ngaco,"

"Jangan suruh gue diem!" bentak Satang sambil mengambil tasnya dan pergi dari bangku kantin.

Gemini yang lagi beli teh anget, buru-buru nyusulin Satang dan meninggalkan Prim sendirian.

Sepeninggal Satang, air mata Winny tanpa terasa mengalir. Padahal dia yang capek pura-pura, tapi entah kenapa ngelihat Satang marah sambil nyebut nyepong di tempat umum, bikin dia pengen hubungannya dirahasiakan aja.

Karena Winny belum pernah come out.

Dan dia bahkan nggak tahu apa label dirinya.

Ia seka air matanya dan menutupi mukanya dengan hoodie yang dibawanya di tas.

Prim kembali ke bangku dan mulai cemas. "Win, lo gapapa?"

Sambil terisak, Winny hanya bisa mengangguk pelan dan mengatakan: "Gue bingung, Prim..."

friend with(out) benefit | WINNYSATANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang