Chapter 1: Wawancara

0 0 0
                                    

Seminggu kemudian
*hari wawancara kerja*
"Wahhh berasa reuni" Kataku menatap semua orang dihadapan ku tak percaya. Sungguh mengejutkan, seluruh teman sekelasku di masa SMK ada disini. Mereka dengan natural bertegur sapa melepas rindu setelah lama tak bertemu sambil menunggu wawancara kerja kami dimulai. Tentu kami semua sangat terkejut dengan 'kebetulan' ini. "Tidak ada yang tahu rencana Tuhan" kata Cetaa. Yahh itu benar sekali. Reuni kecil itu terhenti saat salah satu staff HRD pikirku mengatakan untuk masuk ke ruang wawancara sesuai nama yang di panggil. Jadi kami pun menunggu sambil berbincang-bincang sedikit.

"Shaa lo ngelamar jadi apa? " Tanya Mira padaku. Haruskah kuberi tahu?.
"Hemmm jadi CEO kek nya" Jawabku santai. Sontak mereka berempat menoleh ke arahku dengan ekspresi tak percaya.
"Ngaco bener lo shaa astaga. Mana bisa posisi CEO di lamar Esharaaaa. Iya klo lo dapat promosi dari pemilik perusahaan nya" Jelas Lea padaku. Aku hanya mengerutkan alisku.
"Engga. Perusahaan ini emang lagi cari CEO. Di iklan lowongan pekerjaan nya ada teka-teki sebenarnya. Kalo gue lolos beneran nanti gue kasih tahu teka-teki nya" Jelasku pada mereka berempat. Dapat kulihat ekspresi tak percaya mereka masih membekas. Bahkan setelah mereka selesai wawancara pun saat melihatku mereka masih menatap sahabat mereka ini tak percaya.

"Eshara Wujana Kalastia silahkan masuk! " Ujar petugas yang berada di luar ruang wawancara.
"Sha menurut gue lo harus hati-hati. Ini bukan perusahaan biasa. Ada yang aneh" Kata Nawa memperingatkan. Seperti nya dia menyadari sesuatu yang kuanggap janggal dari tadi. Tentu saja aku tahu ini bukan perusahaan biasa. Aku melangkah menuju ruang wawancaranya. Teman-temanku masih menatapku dengan tatapan yang sama seperti dulu disaat kami masih bersekolah di sekolah kejuruan. Aku mengetuk pintu ruang wawancara lalu memasuki ruangan setelah diperbolehkan masuk. Aku masuk lalu menutup pintu ruangan itu. Dingin. Itu yang kurasakan. Apa aku gugup? Tentu saja itu wajar kan? Tapi aura mendominasi apa ini? Kulihat seorang wanita yang hampir memasuki tahap lansia duduk di sofa didekat kursi HRD. 'Agung Chandrawinata' Tertulis di papan nama di meja HRD. Yap seorang HRD pria. Aku masih berdiri di dekat pintu. Hening selama beberapa saat.

"Eshara Wujana Kalastia ya.... Silahkan duduk" Ujar Pak Agung memecah keheningan. Aku pun duduk di kursi didepan meja HRD.
Kemudian sesi wawancara pun di mulai. Pak Agung hanya bertanya tentang biodata umum diriku. Cukup lama kurasa orang ini mewawancarai ku. Hingga diujung wawancara

"Cukup Agung, tukar posisi. Saya yang akan lanjutkan" Ujar wanita itu sambil berdiri dari sofa yang terlihat sangat nyaman itu. Pak Agung berdiri dan berpindah duduk di sofa itu sementara wanita itu duduk di kursi HRD. Sepertinya saat-saat yang kunantikan telah tiba.
"Pertama perkenalkan. Saya Gendhis Ayu Wulandari, pemilik perusahaan ini. Tentu kamu seharusnya sudah tahu apa yang akan saya tanyakan ke kamu" Ujar Bu Gendhis. Wow... Jadi aura wanita ini yang kurasakan sebelumnya. Aura mendominasi yang seakan bisa membuatmu sesak napas karenanya.
"Ibu mau bertanya bagaimana dan mengapa saya melamar menjadi CEO betul? " Jawabku yakin. Sebab dari tadi, Pak Agung tak bertanya satupun hal yang berkaitan dengan hal itu. Bu Gendhis tersenyum. Tidak. Lebih tepat nya beliau tersenyum miring.
"Kamu lebih peka dari yang saya kira. Kamu sudah menunggu kami menanyakan hal itu ya" Sindir Bu Gendhis. Aku hanya tersenyum ramah menanggapi perkataan Bu Gendhis.
"Pertama, bagaimana kamu bisa memecahkan teka-teki itu? " Wah orang ini benar-benar to the point. Bahkan dia tak repot-repot berbasa-basi sebelum menanyakan hal itu.
"Saya merasa entah kenapa teka-teki itu memang ditargetkan untuk saya" Aku menjawab apa adanya.


Flashback on

Akhirnya aku menemukan lowongan pekerjaan. Tanpa pikir panjang, ku kirimkan selebaran itu ke grup chat Romushia. Kami bersorak dan memutuskan untuk melamar di perusahaan itu bersama-sama. Saat aku ingin membuat surat lamaran, aku menyadari ada tulisan kecil di pojok paling bawah sebelah kanan. Sangat kecil namun masih bisa di baca dengan mata telanjang meskipun harus mengerahkan segenap usaha untuk membacanya. Kulihat disana tertulis teka-teki. Hem teka-teki? Untuk apa ada teka-teki di selebaran lowongan pekerjaan?

Pecahkan teka-teki ini untuk menemukan posisi rahasia.
"Dimalam dunia terbakar. Aku melihat keabadian dimatamu. Kutekan tombol on lalu semua kembali seperti semula"

Petunjuk: aku menunggu mu di stasiun kereta pukul 09.43 malam.

Seperti tidak asing. Apa ini sebuah lagu? Ahhh sekarang aku tahu lagu apa ini. Jadi begitu ya. Apa benar begini? Apa ini memang untuku? Aku mulai merasa aneh dengan lowongan pekerjaan itu. Tapi entah dorongan dari mana, aku seperti menerima tantangan dari seseorang dan melamar posisi CEO yang kosong di perusahaan ini.

Flashback off



"Kamu memang benar. Teka-teki itu memang dibuat khusus untuk kamu" Bu Gendhis menanggapi ceritaku. Yang kulihat senyum miringnya bukannya menghilang, malah semakin lebar. Semakin terlihat menakutkan. Entah kenapa aku menjadi sedikit menyesal melamar posisi ini.
"Eshara... Saya selaku pemilik perusahaan ini akan memberikan posisi CEO ini untuk kamu" Lanjut Bu Gendhis dengan tegas.
"Bu? Ibu bercanda? Ah maaf saya tahu Ibu tidak bercanda. Tapi maaf saya tidak bisa menerima posisi ini begitu saja. Pasti ada alasan khusus mengapa Ibu sengaja memancing saya dengan teka-teki khusus untuk saya" Jawabku tak kalah tegas. Aku memang melamar sebagai CEO, tapi kukira itu hanya permainan perusahaan. Ternyata aku benar-benar salah.
"Itu karena saya sudah tidak memiliki keluarga maupun kerabat yang bisa diwarisi ini semua" Jelas wanita tua itu.
"Ibu tidak bermaksud mewariskan semua ini kepada saya kan? " Tanyaku menelisik.
"Entah... Apa kata nanti saja" Jawab Bu Gendhis dengan senyuman penuh arti. Aku masih penasaran mengapa orang ini menargetkan diriku. Apa dia mengenalku? Pernyataan selanjutnya yang wanita itu lontarkan membuatku agak tercengang.

"Mulai bulan depan kamu akan bekerja sebagai CEO perusahaan ini dan mulai besok kamu akan pindah ke apartment yang sudah saya siapkan"

"Hm? Bagaimana Bu? " Tanyaku memastikan.
"Apa perlu saya mengulangi kata-kata saya? "
"Ti-tidak Bu. Tidak, saya paham, tapi kenapa saya harus pindah? Tidak bisakah saya tetap tinggal di rumah saya? " Tanyaku merasa tak yakin. "posisi CEO di perusahaan ini adalah posisi yag berbahaya Eshara. Saya tidak bisa membiarkan kamu tanpa perlindungan. Kamu akan punya asisten pribadi, bodyguard, lalu asisten rumah tangga juga untuk di apartement kamu. Oh iya satu lagi, jangan sampai teman-teman mu tahu kamu diterima sebagai CEO sebelum bulan depan kamu saya resmikan menjadi CEO" Jelas nya.
"Sepertinya saya mulai menyesali perbuatan saya melamar posisi ini" "Hohoho kamu lucu sekali. Sekalipun kamu melamar posisi yang berbeda saya akan tetap membuat kamu menjadi CEO" Balas nya dengan senyum miring seperti psikopat. Wah wah kalau dilihat-lihat lagi wanita ini benar-benar menyeramkan.
"Sesi wawancara ini cukup sampai disini saja. Kamu harus banyak istirahat sebelum memulai pekerjaan kamu. Saya beri kamu waktu sebulan untuk belajar dan beradaptasi dengan pekerjaan CEO. Baru setelah itu kamu akan aktif di kantor. Selama satu bulan kamu akan ada di apartemen di bimbing oleh asisten pribadimu." Jelas nya lagi.
Wah wanita ini sudah menyiapkan mata-mata disekitarku.
"Baik Bu. Kalau begitu saya pamit undur diri. Terimakasih atas kesempatan yang telah di berikan kepada saya." Aku berpamitan hendak keluar dari ruangan ini. Selangkah lagi sebelum aku meraih knop pintu, Bu Gendhis kembali berucap.
"Rahasiakan dulu tentang ini dari orang-orang terdekat kamu. Saya akan memberitahu keluarga kamu bila waktunya tepat." Aku terdiam sejenak. Bagaimana aku menyembunyikan ini dari romushia? Mereka ini seperti intel yang bisa mendapatkan informasi dari mana saja. Yah apa boleh buat. Aku hanya menghela napas dan mengangguk sebagai respon, kemudian aku keluar dari ruangan itu. Kulihat hanya tersisa mereka berempat. Aku bertanya kepada petugas di luar ruangan ternyata kami sudah di perbolehkan pulang hanya saja mereka berempat menungguku. Aku merasa terharu. Kuharap mereka tidak menunggu terlalu lama.
"Weh lama bener lo wawancara kita-kita aja gak sampe sejam wawancara. Gimana hasilnya? " Seru Nawa.
"Lo beneran ngelamar jadi CEO Sha? Keterima? " Timpal Cetaa.
"Lo gila juga yah ngelamar jadi CEO. Nge cheat nya next level astaga" Lea ikut terheran-heran.
"MasyaAllah temen gue otaknya pinter padahal bisa-bisanya sengklek pas ngelamar kerja" Mira menghela napas sebagai respon untukku.
"Weh weh kalian langsung nyerbu gue begini gimana gue bisa jawab coba. Diem dulu napa biar gue bisa jawab" Jawabku untuk semua pertanyaan mereka. Rasanya seperti di keroyok preman kampung.
"Udah mending sekarang kita ke caffe aja nongki bentar sekalian gue jawab semua rasa penasaran kalian" Sedikit memijat pelipis ku dan berpikir bagaimana aku akan menjelaskan nya kepada mereka.






























░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░

Buat chapter 1 gmn nihhhhh......
Vote komen jangan lupa yahhhhh
Love youu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mendadak CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang