Chapter 3 : Mungkinkah

264 28 1
                                    

"Bagaimana ? Senang bisa berbicara dengannya ?" Ujar Sehun terdengar meledek.

Krystal menoleh dan tersenyum. Ia tak tahu harus berkata apa. Ia sangat terpaku pada Kim Jo Ngin. Si pria yang selalu melewati rumah Sehun setiap jam 03.00 sore itu. Dan pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta.

"Kau tahu ? Ini akan menjadi hari yang paling membahagiakan dalam hidupku. Akan aku catat di buku harianku." Krystal tersenyum penuh sambil memikirkan wajah Kai yang baru hengkang dari hadapannya.

Rasanya, memikirkan Kai itu adalah Candu baginya dan sangat sulit untuk dihilangkan.

Disisi lain...

Dari kejauhan, sepasang telinga sedang mendengar percakapan antara Krystal dengan Sehun. Ya, memang terdengar seperti menguping. Namun, ini terdengar secara tak sengaja. Ia tersenyum sendiri saat mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Krystal kepada Sehun.

"Kau tahu ? Ini akan menjadi hari yang paling membahagiakan dalam hidupku. Akan aku catat di buku harianku." Ia menggelengkan kepala sambil terseyum aneh.

"Apa mungkin dia menyukaiku ?" Ucap pria itu. Ahh~ pria ini adalah Kai. Ia terlihat berfikir, ia merasa pernah merasakan hal ini sebelumnya. Tepatnya pada saat - saat SMP dulu. Setelah ia berbincang dengan seorang wanita. Ia dapat mendengar apapun yang dikatakan wanita itu.

Namun, karena kini jarak memisahkan mereka, akhirnya Kai tak dapat lagi mendengar Suaranya dari kejauhan. Terdengar aneh memang. Namun, kemampuan ini ia dapat saat ia memakan sebuah makanan yang diberikan seorang nenek tuli setelah ia menolong nenek itu.

* * *

"Nenek tidak mencuri roti itu, nenek sudah meletakan uangnya di meja kasir" Aku seorang nenek tua dengan suaranya yang terdengar samar.

Semua orang menuduhnya mencuri roti dari sebuah supermarket yang baru saja ia kunjungi.

Kini ia tengah diinterogasi di sebuah ruangan didalam supermarket itu. Suasana disana riuh oleh suara bisik bisik dari pengunjung supermarket yang tanpa sengaja mendengar keributan. Dan akhirnya mereka bergerumun di dalam supermarket itu.

Kai baru memasuki supermarket dan tentu sangat terkejut melihat banyaknya orang berkerumun didalam supermarket, namun ia berhasil mengalahkan rasa penasarannya, karena mungkin menurutnya menuntaskan rasa haus setelah menggoes sepedanya lebih penting daripada mengurusi hal yang baru ia temui.

Ia berjalan menuju counter minuman. Dan mengambil satu botol air mineral. Lantas ia berjalan menuju kasir, namun rasa penasarannya semakin memuncak saat beberapa orang yang mungkin telah lelah berdiri melihat semua itu berbisik, "Kasihan ya nenek itu, mungkin itu hanya alasan pegawainya saja agar ia mendapat uang lebih."

Akhirnya Kai pun memutuskan untuk menghampiri kerumunan itu meski menurutnya sedikit menganggu. Ia pun memasang telinga tajam tajam, dan akhirnya ia mendengar suara sang nenek samar samar ditengah kerumunan itu.

"Saya berani bersumpah, uangnya sudah saya letakan di meja kasir,"

Kai merasa iba dengan nenek itu. Ia pun bertanya kepada salah satu pengunjung yang ada disampingnya.

"Eumm.. maaf nyonya, apakah nyonya tahu berapa harga roti yang dibeli oleh nenek itu?"

Wanita paruh baya itu menoleh dan terlihat tengah mencerna pertanyaan Kai barusan. Dan beberapa menit kemudian, wanita itu pun menjawabnya,

"Sekitar dua ribu won, nak. Memang ken.." belum selesai wanita itu berbicara, Kai langsung berjalan tergesa menuju kasir. Matanya sibuk mencari dua lembar uang seribu won yang mungkin diletakan sang nenek disela sela kotak yang ada di atas meja kasir.

Who Know Her LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang