Bagaimanapun sikapmu kepadaku, hatiku tetap memilihmu.
~Aileen Valeria Meshach~
.
.
.
.
.
Happy Reading!
Maaf, typo bertebaran!
.
.
.
.
."Ai, yakin di sini?" tanya Fahril sambil memperhatikan rumah mewah yang ada di hadapannya.
Fahril mengingat rumah itu, rumah yang ia datangi untuk menjemput Aileen. Setelah dari rumah itu, sikap Aileen terlihat lebih murung. Ia yakin telah terjadi sesuatu.
"Iya, Kak. Gue di sini cuma belajar untuk olimpiade, kok," terang Aileen meyakini.
"Gue temani, ya?"
Aileen menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu, lama kok belajarnya. Nanti Kak Fahril malah bosan."
Fahril mengembus napasnya kasar. Ia mengalah. Mengingat, ia juga memiliki tugas di kampusnya. Fahril melepaskan seat belt-nya lalu membuka pintu mobil. Setelah itu ia juga lakukan hal yang sama untuk Aileen. Membantunya berjalan memasuki rumah itu.
"Assalamualaikum." Fahril mengetuk pintu rumah mewah itu.
Tak berselang lama, terdengar sahutan dari dalam rumah itu. Suara pintu terbuka terdengar, menampilkan sosok gadis kecil yang memakai kaos oblong dan celana panjang berwarna merah jambu. Rambutnya dibiarkan tergerai indah. Ia tersenyum ketika melihat Aileen.
"Halo, Kak Aileen," sapa Rhea ramah.
"Halo, Rhea," balas Aileen canggung.
"Eh, hm ... Aileen titip di sini, ya. Soalnya mau belajar untuk olimpiade bareng. Gurunya belum datang?"
"Oh, mau belajar bareng Bang Regan, ya? Bang Regan ada cerita, gurunya belum datang. Ayo masuk dulu." Rhea mempersilakan mereka masuk.
Fahril membantu Aileen masuk dan duduk di sofa. Tidak lama, sosok Regan muncul. Fahril menatap Regan sedikit tajam, ada rasa tak enak meninggalkan Aileen di sini bersama Regan. Ya, walaupun ada guru mereka nantinya. Seketika Fahril tak menyukai Regan, terlebih tahu jika Regan pernah berbuat kasar pada Aileen. Jangan ditanyakan dari mana Fahril tahu, tentu dengan memaksa Aileen menceritakan semuanya. Ia juga tahu bahwa Regan anak dari suami bibinya. Alias suadara tiri Aileen.
"Nama Kakak ini siapa?" tanya Rhea pada sosok Fahril.
Fahril yang semula menatap Regan kini mengalihkan pandangannya pada Rhea. "Nama saya Fahril, sepupunya Kak Aileen," jawab Fahril berusaha ramah.
"Oh, Kak Fahril dan Kak Aileen mau minum apa?"
"Eh, iya. Saya juga mau pergi ke kampus. Titip Kak Aileen, ya?" pinta Fahril pada Rhea.
Rhea mengangguk. "Baik, Kak Fahril. Hati-hati di jalan," balas Rhea ramah.
Sebelum pergi, Fahril melewati Regan sambil membisikkan sesuatu. "Gue harap lo nggak berbuat kasar pada Aileen. Jika terjadi sesuatu, lo lihat aja akibatnya," bisik Fahril. Kemudia ia langsung meninggalkan rumah mewah itu.
"Kalau kak Rhea mau minum apa?" tanya Rhea lagi.
"Nggak perlu repot-repot, kok, Rhea. Kakak di sini cuma mau belajar," jawab Aileen tak enak hati.
"Ih, malah kalau belajar nggak enak kalau ngemil. Kalau gitu kakak minum jus apel aja mau?" tawar Rhea.
Aileen mengangguk. "Boleh, makasih Rhea."
Rhea langsung melenggang pergi ke dapur. Meminta asisten rumah tangganya untuk menyiapkan berbagai cemilan untuk Aileen, Regan, dan Bu Ratih nantinya.
Regan duduk di sofa depan Aileen. Aileen hanya menundukkan pandangannya, tak berani menatap Regan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lame Girl
Teen FictionRegan Saskara Achilles namanya, sering disapa Regan. Wajahnya standar, sawo matang, dan memiliki lesung pipi. Manis, itu kata pertama saat melihat sosok Regan. Ia juga pintar dalam bidang akademik terutama kimia. Orangnya pendiam, cuek, dan kaku. Ti...