Part 9

36 6 0
                                    

"Jika dengan senyumanku kau akan bahagia, aku akan selalu tersenyum untukmu."
~Aileen Valeria Meshach~

*********

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen

*********

Tidak seperti biasanya Aileen murung ketika pergi sekolah. Aileen hanya menatap ke jendela sambil memainkan ujung jilbabnya. Sedari kemarin Aileen tidak berbicara, kalaupun berbicara hal yang penting saja.

"Aileen, lo kenapa dari kemarin diam aja?" tanya Fahril, sedari kemarin ia ingin menanyakan diamnya Aileen.

"Kemarin Ibu ke sekolah."

Fahril terkejut mendengar hal itu, sampai-sampai mobil yang sedang dikendarainya oleng. "Tante ketemu lo? Terus gimana?"

"Paksa gue untuk ikut, tentu gue nggak mau."

"Jadi Tante pulang begitu saja?"

"Awalnya nggak mau, tetap aja maksa. Namun, ada malaikat datang dan selamatin gue," ujar Aileen, sekarang ia membayangkan sosok 'malaikat' baginya.

Fahril diam, ia menebak-nebak siapa maksud malaikat bagi Aileen. Ia memutuskan untuk tidak bertanya hal itu, mungkin saja jawaban dari Aileen bisa membuatnya kesal.

"Tante kemarin pergi sendiri atau—"

"Sendiri," potong Aileen.

Fahril memilih diam, ia tidak ingin bertanya lagi. Dari cara berbicara Aileen, tentu Aileen akan lebih murung dengan menjawab pertanyaannya. Fahril memilih untuk menyimpang pertanyaannya di gudang kepala.

Tidak lama, akhirnya mobil Fahril berhenti di depan gerbang pintu sekolah. Fahril mengambil kursi roda Aileen lalu membantu Aileen untuk keluar dari mobil. "Aileen, belajar jalanmu akhir-akhir ini memiliki kemajuan yang pesat. Tadi gue buka hasil check up minggu lalu, hasilnya lo sudah bisa biasakan jalan pakai tongkat," ucap Fahril. Tentu kabar tersebut membuat Aileen sedikit ceria.

Fahril mendorong kursi roda Aileen, sesampai di koridor kelas sepuluh, Aileen menghentikan Fahril untuk mendorong kursi rodanya."Kak Fahril pulang aja, gue bisa sendiri."

"Tapi gue ngg—"

"Gue ingin membiasakan diri, tidak mau terlalu merepotkan orang lain," sanggah Aileen.

Fahril mengikuti kemauan Aileen, Aileen mulai mendorong kursi rodanya sendiri. Fahril tetap memantau dari kejauhan, saat dikira aman, ia memilih pulang.

Aileen mendorong kursi rodanya sendiri. Tidak sulit, karena lantainya dari keramik, ditambah keadaan yang masih sepi sehingga Aileen tidak perlu takut menabrak orang lain. Aileen memasuki kelasnya, tetapi ada lelaki yang keluar dari kelasnya sehingga mereka Saling bertabrakan.

"Maaf, Kak nggak senga ... eh, Kak Regan? Kakak ngapain di sini?" tanya Aileen melihat Regan yang hampir mencium lantai.

"Eh Aileen, maaf," ujar Regan sambil memegang dinding di dekatnya.

"Kak Regan ngapain ke sini?" tanya Aileen. Regan sekarang terlihat seperti maling di sekolah. Lihat saja, kelas masih kosong, tetapi Regan baru saja keluar dari sana.

Njir, gue ketahuan.

"Eh, gue mau kasih surat Erika. Dia hari ini tidak masuk ke kelas karena sakit," jawab Regan sambil menunjukkan surat di atas meja guru.

Untung hari ini ada alasan yang tepat dan gue nggak perlu bohong, batin Regan.

Aileen hanya mengangguk, Ia mendorong kursi rodanya sendiri ke dalam kelas. Regan masih menatap Aileen,  Aileen terlihat murung, apa gara-gara masalah kemarin, ya?

Lame Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang